yoldash.net

Mengenal Homo Floresiensis yang Disebut Manusia Purba di Flores - Halaman 2

Homo floresiensis atau "the Hobbit" adalah hominin kuno yang hidup setidaknya 17.000 tahun yang lalu.
Ilustrasi Homo Floresiensis. (Foto: CNN)

Gajah kerdil di Flores, yang sekarang sudah punah, menunjukkan adaptasi yang sama. Spesies terkecil dari gajah Homo dan Stegodon ditemukan di pulau Flores, Indonesia. Namun, beberapa ilmuwan sekarang mempertimbangkan kemungkinan bahwa nenek moyang Homo floresiensis berukuran kecil ketika mereka pertama kali mencapai Flores.

Menurut hasil penelitian, perkakas batu yang ditemukan di pulau Flores menunjukkan manusia purba tiba di sana setidaknya 1 juta tahun yang lalu. Namun, tidak diketahui bagaimana manusia purba sampai di sana karena pulau terdekat berjarak 9 km dengan melintasi lautan berbahaya kala itu. 

Ahli paleoantropologi menemukan banyak alat batu yang terkait dengan Homo floresiensis. Alat-alat tersebut secara umum mirip dengan yang ditemukan sebelumnya di Flores dan sepanjang karir evolusi manusia yaitu alat Paleolitik Bawah di Asia atau alat Oldowan di Afrika.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada juga bukti bahwa H. floresiensis secara selektif memburu Stegodon (sejenis gajah yang telah punah) karena ratusan fragmen tulang Stegodon yang menunjukkan bekas pemotongan ditemukan di dalam lapisan pendudukan Homo floresiensis.

Saat pertama kali ditemukan, Homo floresiensis diduga merupakan keturunan dari Homo erectus Jawa. Namun, analisis yang lebih rinci dari sisa-sisa kerangka telah menemukan ciri-ciri yang lebih kuno daripada Homo erectus Asia dan lebih mirip dengan australopithecus, Homo habilis atau hominin dari Dmanisi di Georgia (diklasifikasikan sebagai Homo ergaster atau Homo georgicus).

ADVERTISEMENT

Kebanyakan ilmuwan menyebut Homo floresiensis sebagai spesies yang sah sekarang berpikir bahwa nenek moyangnya mungkin berasal dari penyebaran Afrika awal oleh spesies Homo primitif yang mirip dengan Homo habilis atau hominin Dmanisi.

Hal ini menandakan, ia memiliki nenek moyang yang sama dengan Homo erectus Asia tetapi tidak diturunkan darinya. Analisis kladistik mendukung kurangnya hubungan dekat dengan Homo erectus.

Penemuan tulang rahang dan beberapa gigi dari Mata Menge di Flores yang baru-baru ini diumumkan (2016) membantu mengisi kesenjangan waktu antara Homo floresiensis dan nenek moyang sebelumnya.

Alat-alat batu yang mungkin dibuat oleh Homo erectus (atau spesies serupa) ditemukan di Flores 840 ribu tahun lalu yang menunjukkan bahwa spesies hominin mungkin hidup di pulau itu pada waktu itu.

Apapun asal usul populasi leluhur, dapat diterima bahwa populasi tersebut menjalani isolasi jangka panjang di pulau itu dan beberapa pengerdilan pulau (walaupun mungkin awalnya kecil) yang membuat mereka menjadi spesies 'kerdil' endemik Homo floresiensis. Ini adalah fenomena umum yang terlihat pada mamalia lain di lingkungan yang sama melansir australian.museum.

Sebelumnya, arkeologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Pindi Setiawan membantah temuan peneliti asing yang menyebut manusia purba masih hidup di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurut Pindi, dari kelas Homo, yang masih hidup sampai sekarang hanya Homo Sapiens atau manusia yang kini hidup di Flores.

"Setahu saya sekarang ya Homo Sapiens saja, dari kelas Homo yang masih hidup. Homo Sapiens itu ya DNA manusia Adam. Sama aja sih, hanya ada variasi warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, bisa juga cebol, jangkung, berjari 6. Itu variasinya," kata Pindi kepada Indonesia.com, Senin (25/4).

Pindi menjelaskan, masyarakat yang ada di Flores tidak ada hubungannya dengan Homo Floresiensis atau yang disebut juga Hobbit yang disebut arekologasing tersebut.

(ttf/mik)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat