yoldash.net

Polemik Kota Depok, Porsi Minim Cegah Stunting

Upaya mencegah stunting di Kota Depok menuai polemik. Porsi makanan Rp9 ribu untuk balita dinilai tak layak.
Ilustrasi. Upaya menekan stunting dengan memberikan makanan tambahan bagi balita di Kota Depok menuai polemik. (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)

Jakarta, Indonesia --

Warga Depok, Jawa Barat, Maimunah heran saat menerima makanan pencegah stunting untuk anaknya yang masih balita. Penganan itu berupa tiga bola nasi berisi ikan yang digoreng seperti nuget.

Makanan itu disimpan di stoples yang ditempeli stiker bergambar Wali Kota Depok M. Idris dan Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono. Di bawahnya tertulis 'Bocah Depok Kudu Sehat, Prestasi Hebat, Stunting Minggat'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum menerima makanan itu, Maimunah mengikuti penyuluhan di posyandu wilayah Depok 2 Tengah. Kader posyandu menyebut berat badan anaknya rendah, begitu pula dengan tinggi badannya.

Padahal menurutnya, berdasarkan pemeriksaan dokter spesialis anak, berat badan anaknya cukup dan tidak ada masalah, apalagi stunting. Dia pun yakin sedari dalam kandungan, gizinya terpenuhi. Hanya saja anaknya alergi prosapi dan kedelai sehingga susah untuk menaikkan berat badan.

ADVERTISEMENT

"Dari posyandu dibilang anak saya berat badannya kurang dan akan mendapatkan makanan dari pemerintah yaitu kudapan (snack)," ujar perempuan yang tak ingin disebutkan identitas aslinya kepada Indonesia.com.

Melalui Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal, Pemerintah Kota Depok memberikan penganan di 63 kelurahan selama 28 hari hingga 8 Desember 2023. Targetnya 9.882 balita di kota tersebut.

Makanan tambahan ini menyasar balita usia 6-59 bulan dengan empat kategori, yaitu balita gizi kurang, balita berat badan kurang, balita stunting dengan gizi kurang, dan balita berat badan tidak naik.

Menu yang diberikan pun berbeda-beda setiap hari. Enam hari kudapan, sehari makanan lengkap.

Pada hari pertama, Maimunah mendapat kudapan nasi bola ikan goreng. Menu ini berbeda dengan wilayah lain. Ada warga yang mendapat dua potong tahu rebus berkuah sawi.

Hari kedua dia mendapat perkedel, bubur di hari ketiga, otak-otak pada hari keempat, singkong bola di hari kelima. Hari keenam dia mendapat makanan lengkap berisi nasi, kaki naga, semur tahu, pisang lampung. Hari ketujuh kudapan lagi berupa bihun.

Makanan itu diantar ke rumah warga, meskipun waktunya tidak menentu. Kadang pagi, atau setelah tengah hari, pernah juga sore karena alasan pengantar makanan sedang ada acara sebelumnya.

Dia menyayangkan makanan tambahan pemberian pemerintah itu tak digemari anak.

[Gambas:Instagram]

Dari Rp4,9 miliar ke Rp9 ribu

Selain menu yang mengherankan, Maimunah bertambah kecewa saat mengetahui anggaran yang digelontorkan pemerintah. Setiap balita mendapat jatah makanan seharga Rp18 ribu per porsi makanan tiap hari. Namun yang diterima oleh masyarakat hanya separuhya.

"Sangat menyayangkan sebenarnya, dari jatah Rp18 ribu sampai ke warga hanya Rp9.000," kata Maimunah.

Anggota Komisi D DPRD Kota Depok Ikravany Hilman mengonfirmasi hal ini. Dia mendapat informasi bahwa anggaran yang dialokasikan untuk program ini mencapai Rp4,4 miliar. Satu paket makanan dihargai Rp18 ribu dikurangi pajak dan ongkos pengantaran.

"Informasi dari staf kami di Badan Anggaran itu sekitar Rp4,4 miliar, tapi disebutkan juga malah ada bantuan dari Pemerintah Kota sebesar 6,6 miliar," kata dia saat dihubungi, Kamis (16/11).

Dia mengatakan salah satu vendor penyedia makanan itu menyebutkan anggaran untuk satu porsi hanya dijatah Rp9.000. "Apa yang kita harapkan dari Rp9.000," katanya.

Jumlah yang berbeda disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Mary Liziawati. Dia menjelaskan anggaran program PMT lokal itu mencapai Rp4,9 miliar. Anggaran itu berasal dari dana insentif fiskal untuk penanganan stunting dari pemerintah pusat.

"Setiap porsi, baik kudapan dan menu makanan lengkap, Rp18 ribu per menu per hari," kata Mary kepada Indonesia TV.

Dia pun menjelaskan dana Rp18 ribu itu masih dibagi lagi untuk bahan makanan, distribusi, wadah, pajak, biaya e-purchasing aplikasi mbiz market.



Pihaknya menyerahkan kepada vendor untuk mengaturnya hingga makanan itu berada di tangan warga.

"Silakan penyedia mengelola Rp18 ribu untuk bisa mendistribusikan sampai ke balita sasaran," katanya.

Belakangan, ada salah satu vendor yang diputus kontrak oleh Pemkot Depok lantaran ada ketidaksesuaian menu. Selain itu, pengiriman makanan juga tak sesuai waktu yang ditentukan.

"Pengiriman menu kudapan jam 9 di masing-masing kelurahan, tapi enggak bisa dipenuhi sama vendor ini," kata Mary.

Pemkot Depok juga tidak lagi menempeli stiker bergambar Wali Kota di wadah makanan.

INSERTGRAFIS stuntingInsert grafis stunting. (Indonesia/Agder Maulana)

Petunjuk Kemenkes

Mary mengatakan pemberian makanan tambahan ini telah sesuai petunjuk teknis (juknis) dari Kementerian Kesehatan.

Berdasarkan juknis tata laksana gizi yang diterbitkan Kemenkes, dipaparkan contoh siklus menu PMT lokal bagi balita. Hari pertama; bubur sup kacang merah, sari buah jeruk. Hari kedua; puding kentang, ayam, buah naga. Hari ketiga; mie kukus, telur puyuh, pepaya.

Hari keempat; Bola-bola nasi isi rabuk, ikan, buah naga. Hari kelima; nuget, tempe, ayam, sayuran. Hari keenam; nasi tim, ikan tuna, semangka. Hari ketujuh; nasi sop, bola tahu, ayam, melon.

Dalam juknis itu menu makanan tambahan lokal bagi bayi pun berbeda-beda di setiap kategori usia. Begitu pula angka kecukupan gizi disesuaikan umur balita.

Baca halaman berikutnya: Porsi Tak Layak Cegah Stunting

Porsi Tak Layak Cegah Stunting

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat