yoldash.net

Julian Assange Disebut Bakal Berakhir jika Diekstradisi ke AS

Pendiri WikiLeaks Julian Assange disebut bakal berakhir jika diekstradisi ke AS. Itu juga dinilai bakal berdampak bagi jurnalisme.
Pendiri WikiLeaks Julian Assange disebut bakal berakhir jika diekstradisi ke AS. Itu juga dinilai bakal berdampak bagi jurnalisme. Foto: (NIKLAS HALLE'N / AFP)

Jakarta, Indonesia --

Pendiri WikiLeaks Julian Assange disebut akan menghadapi kematian apabila diekstradisi ke Amerika Serikat. Hal tersebut dapat terjadi Assange tak kunjung berhasil mendapatkan kebebasan dalam satu dekade terakhir.

Jurnalis Australia sekaligus pembuat film John Pilger mengatakan bahwa kekalahan pria berusia 51 tahun itu di Pengadilan Inggris nantinya memiliki konsekuensi luas bagi jurnalisme.

"Jika Julian pergi ke Amerika Serikat, secara efektif dijatuhkan ke lubang neraka. Itu akan menjadi akhir bagi dirinya, dia akan mati," kata Pilger sebagaimana dikutip SCMP, Sabtu (9/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilger yang merupakan orang kepercayaan dan dekat dengan Assange sejak 2010. Ia mengatakan rekannya itu selama ini disiksa ketika berada di penjara Belmarsh, London.

Menurutnya, warga Australia akan lebih baik mendapat hukuman selain diekstradisi ke AS.

ADVERTISEMENT

Sebelum penahanan, Assange mendapat suaka dari Ekuador pada 2012. Ia menghabiskan waktu tujuh tahun di kedutaan Quito di London untuk menghindari ekstradisi ke Swedia.

Namun, ia di sana menghadapi tuduhan penyerangan seksual. Dalam hal ini, Assange menyangkal semua tuduhan itu.

Sementara itu, Assange berpotensi diekstradisi ke AS atas tuduhan spionase dan penyalahgunaan teknologi komputer berkaitan dengan publikasi dokumen rahasia negara Paman Sam itu oleh WikiLeaks sejak 2010.

Menurut Pilger, Assange dituduh dengan motif politik. Ia pun tak bisa mendapat proses peradilan yang adil di AS.

"Jika Julian diekstradisi ke Amerika Serikat, saya pikir itu akan secara efektif mengakhiri jurnalisme investigasi independen," ucap dia.

Di masa mendatang, kata dia, tak ada lagi jurnalis yang mau mengambil risiko melawan AS ataupun negara lain yang mampu menjangkau dunia. Hal itu digambarkan ketika AS mampu menindak jurnalis di luar negaranya yang menulis atau mengungkap sesuatu yang tak diharapkan negara adidaya itu.

Pilger menyatakan bakal melihat langkah Perdana Menteri Australia Anthonyu Albanese menyikapi kasus Assange. Ia menilai pemerintahan Partai Buruh di negara itu seharusnya meyakini bahwa Assange tidak bersalah.

Albanese sesungguhnya salah satu yang meneken kampanye "Bring Julian Assange Home". Meski demikian, kata Pilger, Albanese cenderung akan bergantung pada kebijakan AS Canberra dalam bersikap mengenai kasus ini.

"Akankah Australia menyimpang dari Amerika Serikat? Pandangan saya tidak," ucap Pilger.

Sebelumnya, istri Julian Assange Stela sempat meminta pemerintah Inggris tak meneken persetujuan ekstradisi suaminya. Hal itu dilakukan usai pengadilan Inggris mengeluarkan perintah resmi untuk mengekstradisi Assange ke Amerika Serikat untuk menjalani proses peradilan di negara itu.

Meski demikian, keputusan akhir itu saat ini berada di tangan Mendagri Inggris Priti Patel.

Adapun perkara yang menjerat Assange menjadi salah satu tantangan bagi kebebasan media dan transparansi dunia. AS disebut berang dan ingin mengadili Assange terkait publikasi sekitar 500 ribu dokumen rahasia militer berkaitan kiprah negara itu dalam perang di Irak dan Afghanistan.

Pada Desember 2021 lalu, Julian disebut mengalami stroke ringan di penjara karena stres menghadapi nasibnya yang terancam diekstradisi ke AS.

(mjo/chri)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat