yoldash.net

Fetri dan Cuan Rp20 Juta per Hari dari Jual Baju Shimmer saat Lebaran

Tren baju shimmer yang mengemuka pada Lebaran kemarin memberikan berkah kepada para pedagang di Pasar Tanah Abang.
Tren baju shimmer yang mengemuka pada Lebaran kemarin memberikan berkah kepada para pedagang di Pasar Tanah Abang. Ilustrasi (CNN Indonesia/Safir Makki).

Jakarta, Indonesia --

Tren baju shimmer yang mengemuka pada Lebaran kemarin memberikan berkah kepada para pedagang di Pasar Tanah Abang

Salah satu berkah diraup Toko Stefani Clait. Pegawai Toko Stefani Clait Fetri mengungkapkan karena tren itu, penjualan baju di tokonya bisa tembus belasan hingga Rp20 jutaan per hari.

Penjualan itu naik beberapa kali lipat jika dibandingkan momen selain Ramadan. Ambil contoh, pada setelah Lebaran 2024 saja toko yang ditunggunya itu hanya memiliki omzet sekitar Rp1 juta-Rp5 juta per hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah lebaran turun lagi sepi banget, hari-hari normal omzetnya tidak menentu. Kadang Rp5 juta, kadang Rp1 juta. Kalau jaman-jaman Lebaran bisa sampai Rp20 juta puncaknya, atau Rp17 juta, Rp18 juta, Rp19 juta," ungkap Fetri kepada Indonesia.com, Senin (22/4).

ADVERTISEMENT

"Tahun ini peningkatan omzetnya signifikan banget dibanding tahun-tahun lalu, dengan adanya tren shimmer ini jadi meningkatkan omzet toko juga dibanding tahun-tahun lalu" sebutnya.

Ia mengatakan model baju shimmer sendiri memiliki 3 kategori; tipe biasa, sedang, dan premium. Fetri menyatakan ke tiga kategori ini ludes dalam sekejap hingga toko harus melakukan memesan kembali sebanyak 3 kali karena selalu habisnya stok.

Sama seperti baju, Fetri sebut kerudung juga termasuk dalam tren shimmer tahun ini. Namun meningkatkan omzetnya tidak setinggi baju. Ia juga mengungkapkan adanya perbedaan selera dalam kerudung shimmer.

"Yang paling laku masih tetap yang kerudung model biasa untuk ibu-ibu dan shimmer lebih laku di kalangan anak-anak ABG dan remaja. Baju shimmer masih lebih laku daripada kerudungnya," beber Fetri.

Meskipun memancing pembeli, namun tidak semua toko di Tanah Abang meliriknya untuk dijual. 

Toko Diana misalnya. Mereka lebih memilih untuk loyal tidak mengikuti tren menjual busana muslim shimmer.

"Kita nggak main (shimmer), kita memang dari dulu jualannya abaya aja," lanjutnya.

Meskipun tak mengikuti tren, Fatih mengatakan penjualan di tokonya tetap kencang pada Ramadhan kemarin. 

Ia mengatakan toko abaya yang berdiri dari 3 tahun lalu ini bisa meraup pendapatan hingga Rp30 juta- Rp40 juta per hari pada Ramadan kemarin.

"Totalnya Ramadan kemarin capai sekitar Rp400 juta. Kalau per harinya bisa Rp30 juta-Rp40 juta," ungkapnya.

Ia mengatakan setelah Lebaran, omzet itu turun drastis menjadi tinggal hanya Rp2 juta-Rp3 juta per hari.

"Normalnya per harinya Rp2 juta-Rp3 juta, tidak menentu tapi paling tingginya paling Rp10 juta," beber Fatih.

Ia mengaku tidak mengetahui apa yang membuat turunnya omzet itu. Pasalnya, penurunan cukup drastis dibanding tahun sebelumnya.

Ia hanya menduga itu semua dipicu ketatnya persaingan pasar di era digital ini. Ia menyebut pedagang di situs digital yang identik dengan cara live untuk berjualan itu telah mempengaruhi harga pasar secara negatif.

Pasalnya, mereka menjual barang dengan harga 50 persen dari harga pasar.

"Di online itu kan suka menghancurkan harga di yang biasanya live itu. Misalkan di pasarannya di Tanah Abang Rp100 ribu, itu di online bisa sampai Rp50 ribu, ya jatuh dong ," bebernya.

Hal tersebut memberikan keresahan karena mempengaruhi omset toko ini walau belum bisa dikategorikan besar.

Meski begitu, ia mengatakan Diana Abaya tidak memiliki rencana untuk membuka toko online ke depannya.

Fatih menyebut sebagai salah satu toko grosir dan produsen abaya, Diana Abaya khawatir akan kehilangan pelanggan grosir setianya. Ia juga mengungkap banyaknya penjual grosir dan produsen yang gulung tikar karena mencoba mengikuti tren pasar itu.

"Kalau kita kan di sini kan grosir, kalau kita live juga langganan kita yang biasanya beli grosir tak mau lagi belanja, biasanya gitu. Karena masa produsen menjual sendiri jadi distributor. Sudah lah tak mau lagi ngambil ke sini, kata mereka karena kata mereka mau menyetok barang terus ternyata kita di sini jual live, ya tidak mungkin," ungkapnya.

Selanjutnya ia mengungkapkan alasan lain tak mau jualan online; kepedulian tokonya akan nasib distributor dari daerah-daerah. Ia tidak ingin merusak pasar distributor ecer dengan ikut merusak keseimbangan harga pasar.

"Karena target utamanya kan langganan orang daerah yang belanja kemari, buat dijual lagi eceran gitu, nah mati pasar di situ jadinya kak, jadi untuk menjaga kestabilan harganya juga," tutupnya.

[Gambas:Video CNN]



(nma/agt)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat