yoldash.net

BSSN Akui Data Lama INAFIS Bocor di Dark Web

Dugaan kebocoran data INAFIS dikonfirmasi BSSN berdasarkan keterangan Polri. Simak penjelasannya berikut.
Ilustrasi. Data lama INAFIS Polri bocor di forum gelap. (Foto: Adhi Wicaksono)

Jakarta, Indonesia --

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengakui ada kebocoran data lama milik Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS) Polri.

"Terkait dengan dugaan insiden pada INAFIS yang ada di kepolisian, jadi hasil koordinasi kita dengan kepolisian, nanti boleh ditanyakan kepada mereka lebih lanjut," ujar Kepala BSSN Hinsa Siburian, dalam konferensi pers di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (24/6).

"Karena data ini kan ditemukannya dari dark web, sama dengan pasar gelap, jadi tentu kita crosscheck, kita konfirmasi dengan kepolisian apa benar ini data kalian? Mereka bilang itu ada data memang data lama," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan tersebut menjawab tanda tanya yang muncul di masyarakat terkait kebocoran data INAFIS dan serangan ransomware pada Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya yang terjadi pada waktu berdekatan.

ADVERTISEMENT

Pada Sabtu (22/6), informasi kebocoran data INAFIS tersebut diunggah akun @FalconFeedsio. Akun ini menyebut data INAFIS diunggah oleh salah satu pengguna di BreachForums bernama MoonzHaxor.

"MoonzHaxor, anggota BreachForums, telah mengunggah pelanggaran data yang signifikan yang melibatkan Sistem Identifikasi Sidik Jari Otomatis Indonesia (INAFIS)," tulis akun tersebut, Sabtu (22/6).

[Gambas:Twitter]

Akun tersebut memaparkan data yang dibocorkan MoonzHaxor di antaranya adalah gambar sidik jari, email, dan aplikasi SpringBoot yang telah dikonfigurasi.

Penjahat siber tersebut menjual data-data tersebut dengan data US$1.000 atau sekitar Rp164 juta.

Sementara itu, serangan ransomware yang menimpa PDNS sejak 20 Juni sempat mengganggu 210 instansi pusat dan daerah. Salah satu yang paling terdampak adalah layanan imigrasi.

"Jadi yang terdampak itu ada 210 instansi, baik itu pusat maupun daerah," ujar Semuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam kesempatan yang sama.

Semuel tak memberikan rincian 210 instansi yang terdampak itu. Namun, ia mengklaim sejumlah layanan saat ini sudah mulai pulih, mulai dari layanan imigrasi hingga layanan pemerintah daerah.

INAFIS sendiri punya peran penting dalam mengungkap kasus hukum. Ini termasuk mengumpulkan barang bukti di Tempat Kejadian Perkara (TKP) sedetil mungkin, termasuk sidik jari dan jejak DNA.

Dalam hal pelayanan, INAFIS berperan dalam mengidentifikasi orang hilang, transaksi bank dan asuransi, hingga penerbitan dokumen identitas.

[Gambas:Video CNN]

(lom/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat