yoldash.net

Bukan La Nina, Cek Alasan Jabodetabek Masih Hujan di Awal Kemarau

Hujan masih rajin menyapa sejumlah wilayah Jabodetabek meski musim kemarau diprediksi sudah datang. Simak faktor-faktor pemicunya.
Ilustrasi. Jabodetabek masih rajin diguyur hujan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Jakarta, Indonesia --

Beberapa fenomena atmosfer menjadi pemicu hujan masih rajin melanda wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), bukan fenomena iklim La Nina.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi beberapa wilayah akan memasuki musim kemarau pada Juni, yakni Jakarta, sebagian kecil Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, sebagian Jawa Timur, sebagian kecil Maluku, sebagian Papua, dan Papua Selatan.

Dalam Prediksi Musim Kemarau 2024, BMKG menyebut beberapa wilayah Jabodetabek mestinya sudah masuk kemarau sejak April.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contohnya Zona Musim (ZoM) Banten DKI 14, yang meliputi beberapa kecamatan di Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara. Wilayah ini diprediksi masuk kemarau pada dasarian III April.

ADVERTISEMENT

Meski demikian, terpantau hujan masih rajin turun. Dalam Ikhtisar Cuaca 11–13 Juni, BMKG mengungkap lima besar wilayah Jabodetabek yang dilanda hujan, yang didominasi oleh Bogor:

+ Stasiun Meteorologi Curug, Tangerang: 54,0 mm.
+ Automatic Weather Station (AWS) Leuwiliang, Bogor: 46,4 mm.
+ Atang Sanjaya, Bogor: 23,0 mm.
+ Beji, Depok: 20,5 mm.
+ Stasiun Klimatologi Jawa Barat, Bogor: 18,8 mm.

Pada Prospek Cuaca Mingguan Periode 11–17 Juni, BMKG juga memasukkan Jakarta dan Jawa Barat ke dalam wilayah yang berpotensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir, dan angin kencang, serta wilayah berpotensi terdampak bahaya hujan lebat.

Selanjutnya, BMKG memprakirakan pada Juni dasarian (sepuluh harian) I hingga III 2024 wilayah Indonesia umumnya punya curah hujan kriteria rendah hingga menengah (0–150 mm/dasarian).

Wilayah yang diprediksi mengalami hujan kategori rendah (

Faktor pemicu

BMKG memaparkan beberapa fenomena yang turut memicu hujan masih turun di Jabodetabek itu.

Apa ada pengaruh La Nina?

Lembaga mengungkap saat ini Indeks NINO 3.4, yang adalah indikator El Nino Southern Oscillation (ENSO), masih dalam kondisi Netral. BMKG menyebut angkanya saat ini adalah +0,37.

Lembaga Atmosfer dan Kelautan AS (NOAA) memprediksi La Nina, yang memicu curah hujan lebih tinggi di berbagai negara, "dapat berkembang pada bulan Juni-Agustus 2024 (peluang 49 persen) atau Juli-September (69 persen)."

Yang lebih berpengaruh pada curah hujan terkini, kata BMKG, adalah beberapa fenomena atmosfer. 

Pertama, Gelombang Rossby Ekuator yang merambat ke arah barat diprediksi aktif di sejumlah wilayah, termasuk sebagian besar Jawa dan Bali, hingga Bangka Belitung dan Lampung.

Hal ini "berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut."

Kedua, daerah konfluensi (pertemuan angin) terpantau berada di Laut Jawa, dan di Samudra Hindia selatan Bali hingga selatan Banten.

Ketiga, Labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif atau pembentukan awan hujan, termasuk di Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat