Serangan Siber Menggila, 411 Ribu Malware Baru Muncul Tiap Hari di RI
![Serangan Siber Menggila, 411 Ribu Malware Baru Muncul Tiap Hari di RI Kaspersky, perusahaan keamanan siber, mencatat pada tahun 2023 ada 411.000 malware baru terdeteksi setiap harinya di Indonesia.](https://akcdn.detik.net.id/visual/2022/09/12/ilustrasi-hacker-ilustrasi-serangan-siber-3_169.jpeg?w=650&q=90)
Serangan ransomware atau peretasan dengan modus pemerasan terlacak menjadi kejahatan siber dengan jumlah korban yang cukup banyak di Indonesia.
Pada 2023, 411.000 malware atau perangkat lunak pembobol sistem yang baru juga terdeteksi setiap harinya.
Hal ini dikarenakan serangan ransomware memiliki teknologi yang lebih mutakhir sehingga dianggap lebih efisien karena tidak terlalu mencolok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Metode ini memungkinkan otomatisasi hanya dengan mengeksploitasi celah pada sistem dan kebocoran kredensial (pasangan username dan password) yang sudah ada sebelumnya.
"Di tengah lanskap perkembangan teknologi yang pesat saat ini, Indonesia telah tumbuh menjadi salah satu negara yang mengalami transformasi pesat," kata Dony Koesmandarin, Enterprise Group Manager Kaspersky di Jakarta Pusat, Selasa (21/5).
ADVERTISEMENT
"Hal ini membuka peluang baru bagi pelaku industri dan juga penjahat dunia maya," lanjutnya.
Merujuk data Kaspersky, kejahatan siber menggunakan ransomware kepada pengguna terdeteksi sebanyak 97.226 di Indonesia per Januari hingga Desember pada 2023.
Keadaan ini menjadikan 52 persen dari sistem keamanan siber di Indonesia menjadi lebih sulit menangani serangannya dibandingkan tiga tahun yang lalu.
Selain serangan ransomware, Kaspersky juga mendeteksi beberapa serangan lainnya yang menyerang bisnis di Indonesia, diantaranya seperti serangan phishing finansial sebanyak 97.465, serangan insiden lokal sebanyak 16,4 juta, dan serangan RDP (Remote Desktop Protocol) sebanyak 11,7 juta.
Serangan ini bisa berhasil dikarenakan oleh beberapa hal yakni, lanskap ancaman yang berkembang dan berubah dengan cepat.
Selain itu, ada kesenjangan dalam alat dan proses pemantauan keamanan siber, dan ditambah oleh kurangnya keterampilan dari staf keamanan siber untuk mengikuti analisis dan operasi keamanan.
(rni/dmi)Terkini Lainnya
-
Menkes soal Kematian Zhang Zhi Jie: Kalau Ditangani Cepat, Dia Survive
-
Jokowi Tepis Cawe-cawe Pilkada: Itu Urusan Parpol, Jangan Tanya Saya
-
Komite Jurnalis Ungkap Kronologi Kasus Tewasnya Wartawan Tribrata TV
-
FOTO: 116 Orang Tewas Terinjak-injak usai Acara Keagamaan di India
-
30 Jenderal Senior Israel Desak Netanyahu Setop Perang dengan Hamas
-
Siapa Yahudi Ultra-ortodoks Haredim yang Tolak Jadi Tentara Israel?
-
OJK Beber Alur Blokir Rekening Terlibat Judi Online
-
Salip BIll Gates, Eks CEO Microsoft Jadi Orang Terkaya ke-6 Dunia
-
Jokowi Resmikan Pabrik Baterai Mobil Listrik Terbesar di Asia Tenggara
-
Daftar Lengkap Pertandingan Perempat Final Copa America 2024
-
Menanti Jurus Terakhir Timnas Indonesia U-16 demi Libas Vietnam
-
Zhang Zhi Jie Meninggal, Shi Yu Qi Ubah Duka Jadi Semangat Membara
-
Daftar Hp Tidak Bisa Pakai WA Juli 2024, Termasuk iPhone dan Samsung
-
Ahli Kembangkan Jaringan Internet 6G, Cek Kedahsyatan dan Kelemahannya
-
Penampakan Komputer Tertua di Dunia dari Yunani, Bisa Apa?
-
Bikin SIM Pakai BPJS Kesehatan Bakal Berlaku di Seluruh Indonesia
-
Insentif Mobil Hybrid Diminta Setara Mobil Listrik
-
Syarat Mobil Hybrid Citroen Masuk Indonesia
-
BTOB Batal Gelar Fan Concert di Jakarta Gegara Masalah Kontrak
-
Ayu Ting Ting Enggan Menutup Diri Meski Gagal Nikah Lagi
-
Kris Dayanti Beber Rencana Pernikahan Azriel Hermansyah dan Sarah
-
BKKBN Targetkan Tiap Keluarga Punya 1 Anak Perempuan, Ini Alasannya
-
INFOGRAFIS: Pertolongan Pertama pada Korban Henti Jantung
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso