yoldash.net

Ahli Kembangkan Jaringan Internet 6G, Cek Kedahsyatan dan Kelemahannya

Sejumlah peneliti tengah mengembangkan jaringan telekomunikasi 6G pertama di dunia. Simak keandalan dan kelemahannya.
Ilustrasi. Penelitian terbaru mengklaim inovasi antena yang dapat membuka jalan bagi perangkat jaringan 6G. (Foto: iStockphoto/sompong_tom)

Jakarta, Indonesia --

Peneliti tengah mengembangkan jaringan telekomunikasi 6G pertama di dunia. Secepat apa jaringan ini?

Badan Perdagangan Global System for Mobile Communication (GSMA) menyebut jaringan 6G ini bisa seribu kali lebih cepat dari 5G, yang merupakan standar komunikasi seluler tercanggih saat ini.

Sebuah penelitian terbaru yang terbit di jurnal IEEE Open Journal of Antennas and Propagation, mengklaim inovasi antena yang dapat membuka jalan bagi perangkat jaringan 6G.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Desain antena frekuensi tinggi kami yang cerdas dan sangat adaptif dapat menjadi salah satu batu fondasi teknologi antena mmWave generasi berikutnya yang dapat dikonfigurasi ulang," kata peneliti utama, Masood Ur Rehman, dosen senior di Universitas Glasgow, Skotlandia, dalam sebuah pernyataan resmi di website Universitas Glasgow, Jumat (12/4), mengutip Live Science.

Para peneliti menciptakan antena metasurface dinamis (DMA) yang dapat dikontrol oleh prosesor miniatur berkode digital yang secara teknis dapat diprogram di lapangan (FPGA) dengan kecepatan tinggi (sejenis sirkuit) yang dapat dikonfigurasi ulang dan terintegrasi ke dalam sebuah chip.

ADVERTISEMENT

Prototipe sebesar kotak korek api ini merupakan antena pertama di dunia yang bekerja dengan sinyal 6G dalam pita gelombang milimeter (mmWave) 60 GHz dan nantinya bisa diperuntukkan bagi aplikasi industri, ilmiah, dan medis.

Salah satu fitur utama antena prototipe tersebut adalah beamforming yang dapat memfokuskan arah sinyal 6G secara tepat ke perangkat, sehingga dapat meningkatkan keandalan dan kecepatan sekaligus mengurangi kebutuhan daya hanya dalam nano detik.

Elemen yang digunakan oleh para peneliti adalah 'metamaterial' yang dirancang untuk beresonansi pada frekuensi sekitar 60,5 GHz yang bisa disesuaikan tanpa sirkuit yang rumit.

Meskipun demikian, masih terdapat tantangan utama dalam penyediaan jaringan 6G ini, yakni masih sulit untuk memperoleh sinyal di dalam gedung.

Sehingga, antena baru dirancang untuk mendukung jaringan Internet of Things(IoT) dalam ruangan 60 GHz berskala besar yang mencakup tingkat transmisi tinggi dan throughput data yang sangat besar.

Nantinya spesifikasi akhir dari jaringan 6G ini diharapkan selesai pada tahun 2028 sehingga pada awal tahun 2030 peluncuran komersial untuk publik dapat dilakukan.

Selain itu, dalam studinya para peneliti mengklaim bahwa penyediaan perangkat ini akan memiliki dampak yang besar bagi kemajuan komunikasi, penginderaan, dan pencitraan.

Menurut peneliti, penginderaan melalui 6G yang menggunakan sifat gelombang radio dapat mendeteksi objek secara real-time.

Penerapan potensialnya termasuk penanganan pasien di rumah sakit atau menentukan jalur mobil otonom termasuk dengan penciptaan model holografik 3D yang menunjukkan pergerakan orang dan benda tersebut.

"Kami berencana untuk menyempurnakan desain sehingga antena menawarkan fleksibilitas yang lebih besar dan kinerja yang lebih serbaguna. Dimana pada akhirnya, ini menjadi komponen kunci dalam lingkungan IoT dan kota pintar yang mendukung 6G," pungkas Masood.

[Gambas:Video CNN]

(rni/dmi)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat