yoldash.net

Cerita Tempat Tersepi di Bumi, Kuburan Roket-roket Usang

Tempat tersepi di Bumi terisolasi ribuan kilometer dari daratan terdekat dan menjadi kuburan untuk wahana antariksa yang sudah tutup usia.
Ilustrasi. Tempat tersepi di Bumi terisolasi ribuan kilometer dari daratan terdekat dan menjadi kuburan untuk wahana antariksa yang sudah tutup usia. (Foto: iStockphoto/robertsrob)

Jakarta, Indonesia --

Tempat tersepi di Bumi terisolasi ribuan kilometer dari daratan terdekat dan tempat tersebut menjadi kuburan untuk wahana antariksa yang sudah tutup usia.

Tempat tersepi itu berada di koordinat 48°52.6′S 123°23.6′W, atau tepatnya 2.688 kilometer dari daratan terdekat, yakni Pulau Ducie, bagian dari Kepulauan Pitcairn di sebelah utara; Motu Nui, salah satu dari Kepulauan Paskah, di sebelah timur laut; dan Pulau Maher, bagian dari Antartika, di sebelah selatan.

Melansir keterangan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), tempat yang berada di Samudera Pasifik ini disebut sebagai Nemo Point. Nama tersebut diambil dari pelaut kapal selam terkenal dari novel Twenty Thousand Leagues Under the Sea karya Jules Verne.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi yang sangat terisolasi menjadikan Nemo Point sebagai kuburan wahana antariksa yang telah tutup usia.

ADVERTISEMENT

Ketika perjalanan luar angkasa berakhir, satelit tua, suku cadang roket, dan stasiun luar angkasa dikirim ke tempat terpencil di Samudera Pasifik ini untuk beristirahat di dasar laut.

Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), laboratorium antariksa seukuran lapangan sepak bola yang mengorbit Bumi, pun kemungkinan besar akan berakhir di sini.

Ketika wahana antariksa mati, wahana tersebut menjadi bahaya bagi semua yang ada di orbit.

Pasalnya, puing-puing antariksa tersebut akan dengan cepat mengganggu ruang angkasa. Pada kecepatan orbit yang mencapai 17.500 km/jam, puing kecil saja bisa menyebabkan kerusakan serius pada pesawat antariksa lainnya.

Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), ada ribuan sampah antariksa di luar sana saat ini.

"Ada begitu banyak sampah sehingga kami khawatir satu tabrakan kecil bisa memicu reaksi berantai yang besar. Kemungkinan ini disebut 'Efek Kessler'," kata NASA, mengutip The Guardian.

Efek Kessler, atau Sindrom Kessler, adalah potensi jumlah puing-puing di orbit untuk mencapai massa kritis di mana setiap tabrakan menciptakan lebih banyak puing-puing secara bertingkat, hingga mencapai titik di mana orbit tidak dapat digunakan lagi.

"Untuk mencegah bencana seperti itu, siapa pun yang meluncurkan sesuatu ke orbit saat ini harus memiliki rencana untuk mengirimnya ke orbit kuburan, atau mengirimnya kembali ke Bumi untuk terbakar di atmosfer Bumi," kata NASA.

Satelit yang sangat tinggi bisa terlempar jauh ke luar angkasa dengan bahan bakar terakhirnya dan menjauhkannya dari potensi membahayakan wahana lain di orbit.

Sementara itu, satelit yang lebih dekat bisa terdorong keluar dari orbit, dan satelit yang lebih kecil bisa terbakar habis saat masuk kembali.

Satelit yang tidak terbakar bisa jatuh ke Bumi dalam lintasan yang tidak direncanakan. Namun, hal ini tentu bisa membahayakan penduduk jika satelit jatuh di wilayah tinggal.

Maka dari itu, alih-alih meluncur ke daratan yang berpenghuni, puing-puing tersebut diarahkan dengan hati-hati untuk jatuh di Point Nemo.

(lom/dmi)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat