yoldash.net

Arkeolog Temukan Bukti Tempat Lahir Buddha di Nepal, Simak Tekniknya

Bukti-bukti arkeologis kehidupan masa kecil Buddha di Nepal terungkap lewat penemuan sisa-sisa struktur kayu.
Patung Buddha di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Arkeolog mengungkap bukti fase awal kehidupannya. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/18)

Jakarta, Indonesia --

Tim arkeolog dari Universitas Durham, Inggris, mengungkapkan bukti-bukti masa awal kehidupan Buddha di Kuil Maya Devi, Lumbini, Nepal.

Kuil itu merupakan kawasan yang dijadikan situs warisan dunia oleh organisasi Internasional yang bergerak pada bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan (UNESCO).

Peneliti menemukan sisa-sisa struktur kayu dari abad 6 SM yang sebelumnya tidak diketahui di bawah serangkaian kuil batu bata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ditata dengan desain yang sama dengan kuil-kuil di atasnya, struktur kayu ini memiliki ruang terbuka di tengahnya yang terhubung dengan kisah kelahiran Buddha.

ADVERTISEMENT

Hingga saat ini, bukti arkeologis paling awal dari bangunan Buddha di Lumbini berasal dari abad 3 SM, masa pemerintahan Kaisar Asoka, yang mendorong penyebaran agama Buddha dari wilayah yang sekarang menjadi Afghanistan hingga Bangladesh.

"Sangat sedikit yang diketahui tentang kehidupan Buddha, kecuali melalui sumber-sumber tekstual dan tradisi lisan," kata arkeolog Universitas Durham, Robin Coningham, yang memimpin penelitian ini, dikutip dari ScienceDaily.

Beberapa ahli, kata dia, menyatakan Buddha lahir pada abad 3 SM. Namun, peneliti berpikir 'mengapa tidak kembali ke arkeologi untuk mencoba menjawab beberapa pertanyaan tentang kelahirannya?'.

"Sekarang, untuk pertama kalinya, kami memiliki rangkaian arkeologi di Lumbini yang menunjukkan sebuah bangunan di sana sejak abad keenam SM," kata dia.

Agama Buddha awal

Tim arkeolog internasional, yang dipimpin oleh Coningham dan Kosh Prasad Acharya dari Pashupati Area Development Trust di Nepal, mengatakan penemuan ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih besar tentang perkembangan awal agama Buddha serta pentingnya Lumbini secara spiritual.

Penelitian yang telah melalui proses tinjauan sejawat (peer review) ini dilaporkan dalam jurnal internasional Antiquity edisi Desember 2013 dan sebagian didukung oleh National Geographic Society.

Untuk menentukan usia kuil kayu dan struktur bata awal yang sebelumnya tidak diketahui di atasnya, fragmen arang dan butiran pasir diuji dengan menggunakan kombinasi radiokarbon dan teknik pendaran yang distimulasi secara optik.

Penelitian geo-arkeologi juga mengonfirmasi keberadaan akar pohon kuno di dalam ruang kosong di tengah kuil.

"UNESCO sangat bangga dapat terlibat dalam penemuan penting ini di salah satu tempat paling suci bagi salah satu agama tertua di dunia," ujar Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova.

Tradisi Buddhis mencatat bahwa Ratu Maya Devi, ibu Buddha, melahirkannya sambil berpegangan pada cabang pohon di Taman Lumbini, di tengah-tengah kerajaan suami dan orang tuanya.

Coningham dan rekan-rekannya menduga bahwa ruang terbuka di tengah-tengah kuil kayu yang paling kuno menampung sebuah pohon.

Kuil-kuil batu bata yang dibangun kemudian di atas kuil kayu juga disusun di sekitar ruang tengah, yang tidak beratap.

Kuil Maya Devi di Lumbini tetap menjadi kuil yang hidup untuk aktivitas keagamaan. Para arkeolog bekerja bersama para biksu, biksuni, dan peziarah yang sedang bermeditasi.

Dalam makalah ilmiah di Antiquity, para penulis menulis: "Rangkaian (peninggalan arkeologi) di Lumbini merupakan mikrokosmos bagi perkembangan agama Buddha dari kultus lokal menjadi agama global."

Situs ini tertutup di hutan Nepal pada periode abad pertengahan. Lumbini kuno ditemukan kembali pada 1896 dan diidentifikasi sebagai tempat kelahiran Buddha, karena keberadaan pilar batu pasir dari abad ketiga sebelum masehi.

Pilar yang masih berdiri ini memiliki prasasti yang mendokumentasikan kunjungan Kaisar Asoka ke tempat kelahiran Buddha serta nama situs - Lumbini.

Setengah miliar orang di seluruh dunia adalah penganut Buddha, dan ratusan ribu orang berziarah ke Lumbini setiap tahunnya.

Penyelidikan arkeologi di sana didanai oleh pemerintah Jepang dalam kemitraan dengan pemerintah Nepal, di bawah proyek UNESCO yang bertujuan untuk memperkuat konservasi dan pengelolaan Lumbini.

(can/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat