yoldash.net

Temuan Tulang Ikan Raksasa di Sulsel, Ahli Sebut Bangkai Bukan Fosil

Menurut ahli ITB tulang ikan raksasa di Selayar, Sulsel adalah bangkai ikan yang masih berkerliaran di Indonesia, bukan fosil seperti spekulasi beredar.
Warga Selayar, Sulsel, sempat heboh karena penemuan tulang ikan raksasa. (Dok. Istimewa)

Jakarta, Indonesia --

Ahli Arkeologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Pindi Setiawan menyebut tulang ikan besar yang ditemukan warga di Sulawesi Selatan (Sulsel) adalah bangkai, bukan fosil.

"Kalau yang di Selayar itu setahu saya dari bangkai, bukan dari fosil. Jadi ikan besar yang masih berkeliaran di laut Indonesia, lalu mati terdampar," kata Pindi kepada Indonesia.com lewat pesan teks, Selasa (15/2).

Seorang warga bernama Hasan diketahui menemukan tulang ikan besar di bibir pantai Dusun Kawau, Desa Garaupa, Kecamatan Pasilambena, Selayar pada Minggu (6/2) kemarin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah penemuan tersebut ada beberapa dugaan yang muncul, seperti tulang ikan berasal dari fosil ikan purba hingga merujuk ke pertanyaan Sulsel sebagai habitat satwa purba.

Sulsel sendiri beberapa kali menjadi rumah bagi penemuan fosil, sehingga sempat ada dugaan tulang ikan raksasa yang ditemukan di Selayar berasal dari hewan purba.

ADVERTISEMENT

Penemuan jejak kehidupan purba di Sulsel di antaranya adalah Homo Sapiens berumur 7.000 tahun.

"Kalau temuan Homo Sapiens 7.000 tahun itu sudah masuk Holocen. Jadi 'cukup' tua, tp kami masih mencari yang lebih tua [50 ribuan tahun]," ujar Pindi.

Kerangka tersebut merupakan manusia paling tua yang pernah ditemukan oleh para peneliti hingga saat ini.

"Memang sampai sekarang itu kerangka paling tua yang ditemukan di Maros, Sulawesi," jelas Pindi.

Lebih lanjut, dugaan lain yang menyebut Sulawesi menjadi pusat kehidupan satwa purba berumur 2 juta tahun dibantah Pindi.

Pasalnya, Pulau Sulawesi sejak 20 juta tahun yang lalu telah menjadi pulau dan terpisah dari daratan lain sehingga satwa yang berada di sana berevolusi sendiri dan terisolasi.

"Sulawesi sudah 20 juta tahun berupa pulau. Kira kira mengalami dua kali perubahan iklim : jaman es yang kering, dan jaman kelautan sekarang yang cenderung lembab," tutur Pindi.

"Jadi kalau mau disebut 'pusat' fosil satwa 2 juta tahun, ya tidak akan sebanyak di pulau Jawa. Karena tadi sudah 20 juta tahun 'berevolusi' sendiri," imbuhnya.

(lom/fea)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat