yoldash.net

Jabodetabek Dilanda Hujan-Angin Awal Juli, Apa Pemicunya?

Hujan lebat dan angin kencang melanda sejumlah wilayah di Jabodetabek dalam dua hari terakhir. Apa pemicunya?
Pohon tumbang usai hujan deras di Jalan Jend. Sudirman, Jakarta, Rabu (3/7). Simak pemicu cuaca ekstrem ini. (CNN Indonesia/ Adi Ibrahim)

Jakarta, Indonesia --

Hujan lebat dan angin kencang melanda sejumlah wilayah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dalam dua hari terakhir. Apa pemicunya?

Hujan turun dengan intensitas tinggi alias lebat pada Rabu (3/7) dan Kamis (4/7). Imbasnya, beberapa wilayah di Jakarta sempat terendam banjir dan sejumlah pohon tumbang.

Lantas apa pemicu hujan lebat dan angin kencang yang melanda Jabodetabek dalam dua hari terakhir?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Erma Yulihastin, ahli klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengungkap ada faktor yang membuat intensitas hujan kembali meningkat pada awal Juli. Salah satunya adalah efek dinamika tekanan rendah.

"Hujan kembali meningkat, terpantau di Jakarta, Depok, Bandung, dan sebagian pesisir utara Jateng. Selama dasarian pertama Juli diprediksi terjadi peningkatan hujan ekstrem karena efek dinamika tekanan rendah yg terbentuk di Laut Jawa dan Samudra Hindia dekat Sumatra-Jabar," kata Erma dalam unggahannya di X, Kamis (4/7).

ADVERTISEMENT

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya juga mengungkap bahwa sejumlah daerah, termasuk Jakarta, sudah memasuki musim kemarau sejak Juni. Namun, menurut BMKG musim kemarau tidak selalu kering, karena hujan masih dapat turun.

BMKG, dalam Prospek Cuaca Mingguan Periode 2-8 Juli bertajuk "Kemarau tidak selalu kering: hujan masih berpotensi di musim kemarau" mengungkap bahwa masih ada sejumlah daerah yang diguyur hujan saat musim kemarau.

"Musim kemarau sering dikaitkan dengan cuaca kering dan panas yang panjang, namun dalam beberapa hari terakhir ini beberapa wilayah Indonesia masih diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dan bahkan sangat lebat," tulis BMKG.

"Kondisi ini menjadi pengingat bahwa cuaca di negeri ini sangat dinamis sehingga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang dapat berubah dengan cepat," tambahnya.

Menurut BMKG ada sejumlah fenomena atmosfer yang memicu peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia ini, termasuk di Jakarta.

Pertama, gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) yang berada pada fase 3 (Indian Ocean) yang berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

Kedua, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial. Ini terpantau aktif di Sumatera, Kalimantan, Jawa, NTB, NTT, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua Selatan.

Ketiga, gelombang Kelvin yang terpantau di Lampung, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.

Keempat, sirkulasi siklonik terpantau di Selat Makassar Barat dari Sulawesi Barat. Sirkulasi tersebut membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dan daerah pertemuan angin (konfluensi), yang memicu pembentukan awan hujan.

[Gambas:Twitter]

[Gambas:Video CNN]

(dir/dmi)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat