Populasi Thailand Turun Gegara Resesi Seks, Warga Pilih Adopsi Kucing
![Populasi Thailand Turun Gegara Resesi Seks, Warga Pilih Adopsi Kucing Populasi Thailand dilaporkan mengalami penurunan karena 'resesi seks' dan banyak warga yang memilih untuk mengadopsi kucing.](https://akcdn.detik.net.id/visual/2022/11/30/resesi-seks-kini-ancam-thailandthailand-lifestyle_169.jpeg?w=650&q=90)
Populasi Thailand dilaporkan mengalami penurunan karena 'resesi seks' dan banyak warga yang memilih untuk mengadopsi kucing.
Survei National Institute of Development Administration pada September 2023 melaporkan 44 persen responden Thailand menyatakan kurang berminat punya anak.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para responden menyebut biaya pengasuhan anak, khawatir kondisi masyarakat terhadap anak, dan terbebani dengan pengasuhan anak menjadi alasan utama.
Keengganan ini tercermin dalam tingkat kesuburan Thailand, yang mencapai 1,08 pada 2023. Angka ini menjadi terendah kedua di Asia Tenggara setelah Singapura sebesar 0,97 di periode yang sama.
ADVERTISEMENT
Wakil perdana Menteri Thailand Somsak Thepsutin menyampaikan kekhawatiran dirinya jika tren tersebut terus berlanjut.
Thepsutin mengatakan populasi Thailand bisa menyusut setengahnya dari 66 juta menjadi 33 juta dalam waktu 60 tahun.
Sementara itu, istilah resesi seks (sex recession) kali pertama dicetuskan Kate Julian, peneliti dan penulis, pada 2018 untuk tulisannya di The Atlantic.
Resesi seks merujuk pada fenomena hubungan seks yang kian surut. Ia mengutip penelitian dari Jean M. Twenge, profesor psikologi di San Diego State University, yang mengeksplorasi kehidupan seksual warga Amerika.
Cerita pasutri pilih adopsi kucing
Salah satu pasangan yang memilih untuk memelihara kucing adalah Sira Kitpinyochai dan Boontarika Namsena. Mereka mengaku lebih punya 11 kucing dibanding anak.
Sebelum menikah, Kitpinyochai dan Namsena sepakat tak memiliki anak.
"Anak-anak [jadi] lebih seperti beban karena banyak biaya yang dikeluarkan," kata mereka, dikutip Channel NewsAsia, Rabu (19/6).
Mereka juga memandang tak punya waktu merawat anak karena durasi bekerja yang panjang di Thailand.
"Sebagian besar waktu di kantor 10 hingga 12 jam," ujar Namsena.
Dia lalu berkata, "Bagaimana kami punya waktu untuk merawat anak-anak kami."
Warga Thailand lain Anchalee juga punya penilaian serupa. Dia menganggap tuntutan kehidupan professional sangat berat dan menjalani hari-hari dengan begitu sulit.
"Saya tidak ingin mempunyai anak karena kehidupan saya sendiri sudah cukup sulit," ujar dia.
(isa/rds)[Gambas:Video CNN]
Terkini Lainnya
-
Surya Paloh Ungkap Ada Pertemuan dengan Jokowi 2 Pekan Lalu
-
SYL Sebut Semua Istri Pejabat Diberi Uang Bulanan: Prosedur Tetap
-
LBH Padang: Ada 7 Orang Lain Diduga Disiksa Polisi
-
VIDEO: Prosesi Pemotongan Kambing Dam Haji Tamattu
-
VIDEO: Penembakan Massal di Rumah Ibadah Rusia Tewaskan 9 Orang
-
Netanyahu Ngotot Perang Akan Lanjut Meski Gencatan Senjata
-
Harga Cabai hingga Bawang Kompak Turun Awal Pekan Ini
-
BRI Bawa Inovasi dan Pengalaman Transformasi Digital di PDC 2024
-
Kemenhub Dorong Penetapan Gaji Pokok Awak Kapal Indonesia
-
Darwin Nunez Cetak Gol Lagi Usai Paceklik 2 Bulan
-
Fakta-fakta Menarik Jelang Kroasia vs Italia di Euro 2024
-
Spalletti: Italia Pantang Pakai Catenaccio untuk Redam Kroasia
-
10 Hewan Cerdas di Dunia, Pecahkan Teka-teki Hingga Ingatan Kuat
-
BSSN: Gangguan Pusat Data Nasional Ulah Serangan Siber Ransomware
-
NASA Temukan Batu Berwarna Pertama di Mars
-
Fakta Mencengangkan Konsumen Mobil Listrik: Menyesal dan Kecewa
-
FOTO: Taksi Terbang Xpeng X2 Bisa Melayang 25 Menit
-
Profil Virgoun, dari Surat Cinta untuk Starla ke Kasus Narkoba
-
Jokowi Akui Izin Konser di Indonesia Ruwet
-
Jokowi Usai Coldplay-TayTay Skip RI: Kenapa Sih Selalu Singapura?
-
Bingung Turunkan BB? Ini 6 Cara Memulai Diet buat Pemula
-
Pemulihan Anak Korban Kekerasan Seksual, Apa yang Paling Dibutuhkan?
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso