yoldash.net

Kenapa Mahasiswa Sampai Gelar Protes di Sejumlah Kampus AS?

Sejumlah kalangan akademisi yang terdiri dari mahasiswa dan dosen menggelar aksi protes di beberapa kampus Amerika Serikat.
Demo mahasiswa Universitas Columbia bela Jalur Gaza. (Getty Images via AFP/MATTHEW HATCHER)

Jakarta, Indonesia --

Sejumlah kalangan akademisi yang terdiri dari mahasiswa dan dosen menggelar aksi protes di beberapa kampus Amerika Serikat.

Aksi protes tersebut sudah berlangsung selama beberapa hari terakhir dan meluas ke berbagai perguruan tinggi seperti Columbia, Yale, gingga New York University.

Pihak kepolisian juga telah diturunkan di beberapa kampus untuk mengadili dan menangkap para demonstran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Demo yang melibatkan sejumlah elemen masyarakat hingga akademisi tersebut menjadi buntut dari upaya pembungkaman yang dilakukan kampus terhadap mahasiswa.

ADVERTISEMENT

Apa yang sebenarnya terjadi?

Aksi protes yang terjadi di beberapa kampus AS merupakan salah satu upaya penegakan hak asasi manusia di Gaza, Palestina.

Banyak dari demonstran yang mengaku kecewa terhadap AS yang tetap membiayai Israel untuk menggempur Palestina dalam beberapa waktu terakhir.

Terlebih, terdapat sikap dari pemerintah AS yang dinilai tak menjamin kebebasan berpendapat di lingkungan akademik.

Seperti kisah salah seorang mahasiswa Muslim berprestasi asal Universitas Selatan California (USC) bernama Asna Tabassum yang dibungkam kampusnya karena terpilih untuk melakukan pidato kelulusan.

Ia disebut telah menyebarkan ujaran kebencian terhadap kaum Yahudi di media sosial.

Pihak USC pun bersuara soal kabar tersebut dan membatalkan pidato Tasbanum karena alasan keamanan.

"Intensitas perasaan, yang dipicu oleh media sosial dan konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah, telah berkembang hingga mencakup banyak suara di luar USC dan telah meningkat hingga menciptakan risiko besar terkait keamanan dan gangguan pada awalnya," demikian ditulis Rektor USC Andrew Guzman seperti dikutip Reuters, Kamis (18/4).

"Kami telah memutuskan bahwa mahasiswa pidato perpisahan kami tidak akan menyampaikan pidato pada saat pembukaan," tambah Guzman.

Lebih dari itu, terdapat kelompok pro-Israel yang turut menolak Tabassum. Mereka mempertanyakan kepada pihak kampus akan kredibilitas Tabassum sebagai seorang yang layak berpidato saat kelulusan.

Melihat hal demikian, dewan hubungan Amerika-Islam (CAIR) turut memberikan kritikan karena dinilai merusak kebebasan akademis.

"Begitu juga dengan pencemaran nama baik dan membahayakan mahasiswa Yahudi, Muslim dan Palestina yang didasarkan pada komentar-komentar yang menghasut dan mencurigakan yang dibuat oleh beberapa orang tak dikenal dan bertopeng di luar kampus," direktur eksekutif CAIR Afaf Nasher, pada Rabu (24/4).

Beberapa mahasiswa juga merasa bahwa pihak kampus telah gagal dalam melindungi hak mereka sebagai bagian dari akademisi.

"Sebagai seorang mahasiswa Palestina, saya juga merasa tidak aman selama enam bulan terakhir, dan hal itu merupakan akibat langsung dari pernyataan sepihak dan kelambanan tindakan Columbia," ujar Mahmoud Khalil, seorang mahasiswa berdarah Palestina di Columbia University.

Mahasiswa asal Israel pun menyatakan hal serupa dan merasa tak aman untuk bisa belajar di lingkungan kampus.

"Ketika Anda menjadi mahasiswa Israel di kampus ini, Anda merasa seperti ada target di belakang Anda, Anda merasa tidak aman dan tidak heran mahasiswa dari Israel begitu ragu untuk datang ke sini," ucap Milton Zerman, seorang mahasiswa tahun kedua di Universitas Berkeley California.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Respons Otoritas dan Kampus

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat