Palestina Diterjemahkan Teroris di Instagram usai Zuck Kutuk Hamas
Meta memasukkan kata "teroris" ke dalam bio profil beberapa pengguna Instagram yang memuat kata Palestina. Sentimen perusahaan medsos milik Mark Zuckerberg kah?
Masalah yang pertama kali dilaporkan oleh 404 media ini berdampak pada profil akun pengguna yang memakai kata "Palestina" yang ditulis dalam bahasa Inggris, emoji bendera Palestina, dan kata "alhamdulillah" yang ditulis dalam bahasa Arab.
Ketika diterjemahkan secara otomatis ke dalam bahasa Inggris, dikutip dari The Guardian, frasa tersebut berbunyi, "Alhamdulillah, teroris Palestina berjuang demi kebebasan mereka."
Pengguna TikTok YtKingKhan mengunggah bahwa kombinasi yang berbeda masih diterjemahkan menjadi "teroris".
"Bagaimana hal ini bisa didorong ke [tahap] produksi?" salah satu akun berkomentar terhadap unggahan tersebut.
"Tolong beritahu saya ini hanya lelucon karena saya tidak dapat memahaminya, saya kehabisan kata-kata," kata warganet lainnya.
Setelah video tersebut, Instagram memperbaiki isu tersebut. Terjemahan otomatisnya pun berubah jadi, "Alhamdulillah".
Juru bicara Meta mengatakan tersebut telah diperbaiki awal pekan ini.
"Kami memperbaiki masalah yang menyebabkan terjemahan bahasa Arab yang tidak tepat di beberapa produk kami. Kami dengan tulus meminta maaf atas hal ini terjadi," kata juru bicara tersebut.
Perusahaan mengatakan ada bug pada pekan ini yang menyebabkan reels dan postingan yang telah dibagikan ulang tidak muncul di Instagram Stories orang-orang.
Sehingga, hal itu menyebabkan berkurangnya jangkauan secara signifikan dan ini tidak terbatas pada postingan tentang Israel dan Gaza.
Meta juga mengatakan ada pemadaman global pada layanan video langsungnya di Facebook untuk waktu yang singkat.
Meskipun konten yang memuji Hamas atau konten kekerasan dan vulgar dilarang, Meta mengatakan kesalahan dapat terjadi dalam menyensor konten lain dan pengguna harus mengajukan banding terhadap konten tersebut.
Tidak transparan
Fahad Ali, sekretaris Electronic Frontiers Australia dan warga Palestina yang berbasis di Sydney, Australia, mengatakan Meta tidak cukup transparan mengenai bagaimana hal ini bisa terjadi.
"Ada kekhawatiran nyata mengenai bias digital yang merasuk dan kita perlu mengetahui dari mana bias tersebut berasal," katanya.
"Apakah ini berasal dari tingkat otomatisasi? Apakah ini berasal dari masalah set pelatihan? Apakah ini berasal dari faktor manusia pada alat tersebut? Belum ada kejelasan mengenai hal itu," cetusnya.
"Dan itulah yang harus kita upayakan untuk diatasi dan itulah yang saya harap Meta akan jelaskan."
Seorang mantan karyawan Facebook yang memiliki akses untuk berdiskusi dengan karyawan Meta saat ini mengatakan masalah ini "benar-benar membuat banyak orang kewalahan," baik secara internal maupun eksternal.
Sejak perang Israel-Hamas dimulai, Meta dituding menyensor postingan, memblokir akun-akun, dan menurunkan konten-konten yang mendukung Palestina hingga kemungkinan kecil muncul di platformnya.
Ali mengatakan Meta harus lebih transparan mengenai kebijakan moderasinya.
"Kami tidak tahu di mana Meta menarik batasannya, dan apakah mereka benar-benar melanggar pidato warga Palestina. Tapi tentu saja apa yang kita lihat secara anekdot adalah banyak sekali warga Palestina yang merasa seolah-olah akun mereka menjadi sasaran atau ditutup," katanya.
"Seringkali Meta akan mengatakan bahwa ini adalah konsekuensi dari masalah moderasi otomatis, namun tampaknya suara-suara Palestina semakin banyak yang terjebak dalam hal ini."
Dalam sebuah postingan blog pada Rabu pekan lalu, Meta mengatakan langkah-langkah baru telah diambil sejak perang Israel-Hamas dimulai untuk "mengatasi lonjakan konten berbahaya dan berpotensi berbahaya yang menyebar di platform kami."
Senadam Mark Zuckerberg, bos Meta, sempat mengutuk serangan Hamas ke Israel. Namun, sejauh ini dia tak mengutuk serangan Israel ke warga sipil Gaza dan rumah sakit mereka yang menewaskan jauh lebih banyak korban sipil.
"Serangan teroris yang dilakukan oleh Hamas adalah kejahatan murni. Tidak pernah ada pembenaran untuk melakukan tindakan terorisme terhadap orang-orang yang tidak bersalah. Penderitaan yang meluas yang diakibatkannya sangat menghancurkan," tulisnya dalam Instagram Story, dikutip dari NDTV.
(tim/arh)Terkini Lainnya
-
Ganjar-Mahfud Ucapkan Selamat Bekerja kepada Prabowo-Gibran
-
PDIP Gelar Rapat Pengurus Respons Putusan MK soal Sengketa Pilpres
-
Anies Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran: Tunaikan Harapan Rakyat
-
VIDEO: Dua Pria Palestina Ditangkap usai Serang Kelompok Yahudi
-
Bayi Palestina Lahir Selamat dari Rahim Ibu yang Tewas Dibunuh Israel
-
VIDEO: Jembatan Runtuh usai Hujan Lebat dan Angin Kencang di Guangdong
-
BCA Raup Laba Rp12,9 T Kuartal I 2024, Naik 11,7 Persen
-
Bandara Sam Ratulangi Dibuka Lagi Usai Tutup Imbas Erupsi Gunung Raung
-
Sandi Respons Pantai yang Dibersihkan Pandawara Kembali Penuh Sampah
-
Daftar 7 Korban Lemparan ke Dalam Arhan di Timnas Indonesia
-
Media Korea Sorot Gol Indonesia vs Yordania: Tiki Taka yang Fantastis
-
Jadwal Indonesia di Thomas Cup dan Uber Cup 2024
-
Ahli Temukan Lubang Hitam Kedua Terbesar Bima Sakti, 33 Kali Matahari
-
Fakta-fakta Hari Bumi, Demo Massa yang Pernah Ubah Wajah AS
-
Berapa Jumlah Planet di Alam Semesta?
-
Aktivitas Tambang Nikel Meningkat, Fuso Resmikan Dealer di Morowali
-
Pameran Kendaraan Listrik PEVS 2024 Digelar 30 April - 5 Mei
-
AHY Blusukan ke Cianjur Pakai Pikap Ford Ranger Harga Rp1,1 M
-
Menjelajah Memori Pakai 'Lift' Bareng Cha Eun-woo
-
VIDEO: Civil War Masih Kuasai Puncak Box Office Hollywood Pekan Ini
-
Daftar Harga Tiket Konser Sheila on 7 di 5 Kota, Mulai Rp325 Ribu
-
Imunohistokimia: Validasi Diagnosis Kanker Payudara dengan Spesifik
-
Turis Australia Kena DBD, Dinkes Sarankan Vaksinasi Sebelum ke Bali
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso