yoldash.net

3 Alasan Tentukan Idulfitri Pakai Hisab, Termasuk Tak Bikin Ribet

Apa untungnya memakai metode hisab dalam menentukan Idulfitri maupun awal bulan hijriyah lainnya? Muhammadiyah ungkap faktanya.
Ilustrasi. Ketum PP Muhammadiyah mengungkap keuntungan metode hisab ketimbang rukyat. (ANTARA FOTO/Adwit B Pramono)

Jakarta, Indonesia --

Muhammadiyah mengungkap sejumlah keuntungan penggunaan metode hisab wujudul hilal dalam menentukan awal Ramadhan dan Idulfitri.

Dalam menentukan awal Ramadhan, 1 Syawal atau Lebaran Idulfitri, dan 10 Dzulhijjah alias Lebaran Iduladha, Muhammadiyah menggunakan metode hisab wujudul hilal.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan penggunaan metode hisab hakiki wujudul hilal memiliki fungsi praktis dalam hal ibadah maupun non-ritual.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan benda-benda langit itu juga beredar dengan kepastian. Apa ada Bulan itu demi toleransi mundur dulu? Bulan itu mau datang ya datang, Matahari mau terbenam ya terbenam," ungkap dia, dikutip dari situs Muhammadiyah.

ADVERTISEMENT

"Kepastian transaksi, kepastian tentang hari dan tanggal dan lain sebagainya. Yang tidak pasti dalam terawangan kita kan kematian dan ajal," imbuh Haedar.

Karenanya, Muhammadiyah terus mendorong segera direalisasikan kalender Islam globa agar "keresahan-keresahan yang dihadapi umat Islam sekarang tidak terjadi kembali."

Terkait dengan metode hisab hakiki wujudul hilal, Haedar mengatakan metode ini ditopang tiga hal yang kokoh, yakni landasan atau pilar teologis, sains, dan praktis untuk memudahkan umat dalam menentukan agenda-agenda penting lainnya.

Pertama, landasan teologis atau keagamaan yang berasal dari Al Qur'an maupun Hadis. Dalam Al Qur'an, katanya, tidak sedikit surat yang menerangkan tentang metode hisab untuk menentukan waktu, termasuk Hadis Nabi Muhammad SAW.

Kedua, sains. Menurutnya, Agama Islam merupakan agama yang cinta pada ilmu. Wujud yang dipahami oleh Muhammadiyah sebagaimana konsep wujud itu, yaitu prinsip keberadaan.

Hilal sebagai benda langit sangat bisa diamati melalui alat hasil atau produk ilmu pengetahuan.

"Bagi kami tidak bisa melihat dan tidak bisa tampak di hadapan kita belum tentu hilal itu tidak ada. Bagi kami konsepnya jauh lebih kuat jika konsepnya wujud atau ada," ungkap Haedar.

Ketiga, praksis atau kemudahan. Haedar menyebut Allah SWT menghendaki kemudahan dalam beragama, bukan kesusahan. Kemudahan yang dimaksud oleh Muhammadiyah bukan yang pragmatis, tetapi kemudahan yang diberikan oleh agama.

"Muhammadiyah memandang kemudahannya banyak dari metode hisab itu," ujar dia.

Salah satu kemudahan yang didapatkan dari penggunaan metode hisab hakiki wujudul hilal, imbuh Haedar, umat akan lebih mudah menentukan rencana, karena penentuan waktu-waktu penting bagi umat Islam.

"Dengan hisab kita akan bisa menghitung 50 sampai 100 tahun ke depan. Tapi kalau misalkan tunggu besok H-1, itukan susah. Dan seperti hidup kita sehari-hari dalam bertransaksi dengan kalender yang kemudian menjadi pasti," ungkap Haedar.

Dalam metode rukyat alias pengamatan hilal, penentuan penanggalan hijriah ditentukan dengan pemantauan sehari sebelum bulan tersebut. Jika tak tampak, maka perhitungannya digenapkan menjadi 30 hari.

Masalahnya, kerap ada perbedaan geografis dan cuaca yang menyulitkan pemantauan langsung. Alhasil, rukyat sering menghasilkan tanggal yang berbeda-beda.

"Akan sangat merepotkan bila pembuatan kalender menggunakan rukyat, karena kaverannya sangat bersifat terbatas pada letak geografis tertentu pada hari pertama visibilitas hilal. Hal ini akan berakibat pada berbedanya tanggal hijriyah di berbagai tempat," ungkap Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Rahmadi Wibowo.

(tim/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat