G7 Kompak Semprot China soal Bantu Rusia Invasi Ukraina
Para pemimpin negara G7 mewanti-wanti keras Beijing, China, atas dukungannya kepada Rusia yang hingga kini masih melancarkan invasi ke Ukraina sejak Februari 2022.
Amerika Serikat Cs menuding relasi mesra China dan Rusia selama ini mempermudah Presiden Vladimir Putin melancarkan invasi, termasuk memasok logistik dan material yang membantu peperangan.
Lihat Juga : |
G7 mengancam bakal memberikan sanksi lebih lanjut terhadap China yang diduga sudah secara material mendukung mesin perang Moskow.
Peringatan keras G7 ini keluar di akhir pertemuan puncak ketujuh negara dengan perekonomian terbesar itu di Italia pada Jumat (14/6).
Pernyataan bersama ini muncuk ketika AS berupaya meningkatkan upaya diplomatik demi meyakinkan Eropa agar mengadopsi sikap yang lebih keras terhadap China atas perannya dalam membantu militer Rusia di tengah invasi ke Ukraina.
"Dukungan berkelanjutan China untuk basis industri pertahanan Rusia memungkinkan Rusia untuk mempertahankan perang ilegalnya di Ukraina dan memiliki implikasi keamanan yang signifikan dan luas," kata para pemimpin G7 dalam komunike, Jumat (16/3), melansir CNN.
"Kami menyerukan kepada China untuk menghentikan transfer material-material penggunaan ganda, termasuk komponen-komponen senjata dan peralatan, yang merupakan masukan untuk sektor pertahanan Rusia," lanjut mereka.
Para pemimpin juga mengancam tindakan lebih lanjut, termasuk sanksi, untuk menghukum entitas China yang disebut membantu Rusia menghindari embargo Barat.
"Kami akan terus mengambil tindakan terhadap para pelaku di China dan negara-negara ketiga yang secara material mendukung mesin perang Rusia, termasuk lembaga keuangan, sesuai dengan sistem hukum kami, dan entitas lain di China yang memfasilitasi akuisisi Rusia terhadap barang-barang untuk basis industri pertahanannya," demikian bunyi pernyataan bersama tersebut.
Mereka juga bersumpah untuk memberlakukan "langkah-langkah ketat untuk mencegah penyalahgunaan dan membatasi akses ke sistem keuangan kami."
Para pejabat AS menuduh China membantu Rusia memperluas manufaktur militer, termasuk melalui ekspor seperti semikonduktor, material dan peralatan mesin yang disebut memungkinkan Moskow untuk meningkatkan produksi tank, amunisi, dan kendaraan lapis baja.
Beijing sendiri telah membantah tudingan itu. Mereka mengaku tidak menyediakan senjata untuk kedua belah pihak dan mempertahankan kontrol ekspor yang ketat terhadap barang-barang yang memiliki kegunaan ganda.
AS dan Uni Eropa telah menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan China. Pekan ini, AS menjatuhkan sanksi baru terhadap perusahaan-perusahaan di China yang memasok semikonduktor ke Rusia.
"China tidak memasok senjata, tetapi kemampuan untuk memproduksi senjata tersebut dan teknologi yang tersedia untuk melakukannya," kata Presiden AS Joe Biden dalam KTT pada Kamis (13/6).
"Jadi, pada kenyataannya, mereka membantu Rusia."
G7 juga telah mengambil sikap yang lebih keras terhadap kebijakan ekonomi China, terutama dalam masalah kelebihan kapasitas industri.
Mereka berjanji untuk mengambil tindakan terhadap "praktik-praktik yang tidak adil" untuk "menyamakan kedudukan di lapangan dan memperbaiki kerugian yang sedang berlangsung."
"Kami menyatakan keprihatinan kami tentang penargetan industri yang terus-menerus dilakukan oleh China dan kebijakan dan praktik non-pasar yang komprehensif yang mengarah pada limpahan global, distorsi pasar, dan kelebihan kapasitas yang berbahaya di berbagai sektor yang terus meningkat, yang merusak pekerja, industri, dan ketahanan serta keamanan ekonomi kami," bunyi pernyataan dalam komunike bersama tersebut.
(del/rds)[Gambas:Video CNN]
Terkini Lainnya
-
Sandiaga Bela Jokowi, Bantah Cawe-cawe Usung Kaesang di Pilgub DKI
-
PDIP: Andika Perkasa Prioritas Pertama Jadi Cagub Jakarta
-
KPU: Usia Cagub-Cawagub Harus 30 Tahun saat Pelantikan 1 Januari 2025
-
Ramai-ramai Kutuk Israel Sahkan Pos Permukiman di Tepi Barat
-
FOTO: Tolak Ubah Usia Wamil Israel, Warga Yahudi Bentrok dengan Polisi
-
VIDEO: Serangan bom Rusia ke Kharkiv, Bayi 8 Bulan Jadi Korban Luka
-
Jokowi Bidik Rp8.178 T dari Family Office yang Layani Crazy Rich
-
NIK Jadi NPWP Resmi Berlaku Hari Ini
-
Inflasi Juni Capai 2,51 Persen Gara-gara Harga Makanan - Minuman
-
FOTO: Bukti Spanyol Kuat Secara Taktikal dan Mental
-
Euro 2024: Kane Yakin Inggris Dapat Momentum Usai Gebuk Slovakia
-
Kata-kata Sang Adik usai Zhang Zhi Jie Kolaps dan Meninggal
-
Arkeolog Malaysia Temukan Patung Buddha Lebih Tua dari Borobudur
-
PDNS Diretas, Data dan Pencairan KIP Kuliah Aman?
-
Bahaya Kebocoran Data Pribadi, Termasuk Dicatut Buat Pinjol
-
BYD Buka Dealer 4S di Jantung Kota Jakarta
-
Perpanjangan SIM Harus Pakai BPJS Dimulai Hari Ini
-
Siap-siap Ramai di Jalan, BYD Serahkan 1.000 Mobil Listrik ke Konsumen
-
Ipar Adalah Maut Tembus 3,5 Juta Penonton, Dekati Capaian Siksa Kubur
-
Wonderland, Film Park Bo-gum hingga Suzy Tayang Juli 2024 di Netflix
-
Voice of Baceprot Usai Debut di Glastonbury: Baceprot till Die!
-
Kala Dua Desainer India Hipnotis Panggung Couture Paris
-
Bayi Meninggal Usai Vaksin, Kemenkes Sebut Imunisasi Ganda Aman
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso