yoldash.net

Koplo, Tarling, dan Cerita Tiga Hajatan dalam Satu Gang Indramayu

Bagaimana tarling di Indramayu memiliki penampilan yang serupa dengan orkes dangdut koplo?
Kesenian tarling mulai melebur dengan dangdut berkat naiknya popularitas dangdut pada era 1970-1980-an. (CNN INDONESIA/Safir Makki)

Jakarta, Indonesia --

Matahari sedang terik-teriknya tepat di atas kepala ketika terdengar dentum sound system sember di sebuah gang di Kecamatan Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat. Dengan langkah pasti, kami menyusuri gang itu untuk menyaksikan kesenian masyarakat Indramayu: tarling.

Kami cukup heran ketika menyambangi Kandanghaur pada hari Rabu itu, karena ternyata ada beberapa hajatan yang digelar secara bersamaan di tengah pekan, dalam satu gang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Satu gang ada tiga hajatan sekaligus. Di sebelah sana ada kawinan, terus ada khitanan, dan rasulan," ungkap salah satu warga yang sedang sibuk mempersiapkan pesta. 

Rasulan merupakan salah satu tradisi dalam masyarakat Indramayu sebagai bentuk syukur atas kelahiran anak perempuan dalam keluarga mereka. 

Namun, tujuan kami ke kampung itu sebenarnya adalah untuk menyaksikan biduan tarling bernama Githa Gusmania yang dinantikan warga untuk memeriahkan pesta-pesta itu. Kali ini ia memilih manggung di acara khitanan.

Githa Gusmania naik ke atas panggung lalu menyapa para tamu setelah dipersilakan oleh MC.

"Mau dibawain lagu apa nih dari Githa?" tanya Githa menggunakan bahasa Dermayon (Indramayuan) kepada para penonton.

Biduan Githa Gusmania dan rekannya bersiap berangkat manggung di sebuah acara syukuran (rasulan) di Indramayu, Jawa Barat, Desember 2022. Githa Gusmania salah satu biduan tarling/koplo yang sering manggung di wilayah Indramayu dan kota lainnya di pulau Jawa. Indonesia/Safir MakkiBiduan Githa Gusmania dan rekannya bersiap berangkat manggung di sebuah acara syukuran (rasulan) di Indramayu, Jawa Barat, Desember 2022. (Indonesia/Safir Makki)

Ia pun membawakan lagu tarling populer dengan judul-judul yang unik dan beragam, seperti Midua Cinta, Pecak Welut, hingga Ngadu Bokong.

Githa tidak tampil sendirian di atas panggung. Ia diiringi oleh grup musik yang tampak seperti orkes melayu (OM) pada umumnya, lengkap dengan pemain gitar listrik, bas, keyboard, drum, pemukul simbal, dan pemain kendang.

Fenomena itu menimbulkan satu pertanyaan: bagaimana tarling memiliki penampilan yang serupa dengan orkes dangdut?

Etnomusikolog Aris Setyawan dalam situsnya mendefinisikan bahwa kesenian tarling mulai melebur dengan dangdut berkat naiknya popularitas dangdut pada era 1970-1980-an.

Seorang musisi tarling bernama Udin Zaen bersama grupnya, Kamajaya, menjadi pelopor lahirnya dangdut tarling pada era tersebut. Sub-genre dangdut itu pun segera populer di kalangan penggemarnya di Pulau Jawa.

[Gambas:Video CNN]



Sebelum melebur dengan dangdut, tarling sudah lama hadir di Dermayon-daerah yang meliputi Indramayu, Cirebon, serta wilayah lain di sekitar Priangan Timur, seperti Kuningan, Majalengka, dan Subang.

Namun, berdasarkan penelitian dari Sandra Bader, tarling yang merupakan abreviasi dari gitar dan suling, sudah hadir sejak puluhan tahun sebelumnya lewat tangan seorang musisi bernama Sugra.

"Tarling tumbuh besar di era kolonial Belanda pada 1930-an dan lahir dari tangan Sugra, seorang pemain gitar yang mentransfer skala pentatonik gamelan ke media gitar dan memainkannya secara beriringan dengan suling/seruling," jelas Bader.

Lanjut ke sebelah...

Koplo + Tarling = Kopling

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat