yoldash.net

Curhat Soal Ranjang dan Mentertawakan Kekalahan Ala Lirik Tarling

Lirik kopling (koplo dan tarling) yang menyebar luas di wilayah Indramayu dan sekitarnya acap kali berputar pada curhat pasutri yang lahir di warung kopi.
Lirik kopling (koplo dan tarling) yang menyebar luas di wilayah Indramayu dan sekitarnya acap kali berputar pada curhat pasutri yang lahir di warung kopi. (CNN INDONESIA/Safir Makki)

Jakarta, Indonesia --

Alkisah, seorang istri mengeluh lantaran suaminya tak lagi hangat dan mesra. Pria itu berani membuang muka kepadanya, membuat mereka berantem hingga berujung tidur beradu bokong di atas ranjang.

Laki resmi bli gelem ngekepi,
Masang gigir wani mbuang rai,
Kaya dudu laki rabi,
Ngadu bokong diduil gan beli

Kurang lebih artinya seperti berikut:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dasar suami enggak mau tanggung jawab
Malah munggung buang muka
Bukan kayak laki yang sudah menikah
Cuma bisa ngadu pantat, colek pun enggak

Kisah di atas adalah penggalan dari lagu Ngadu Bokong yang diciptakan Amin Hermawan dan dipopulerkan oleh seorang biduan asal Indramayu, bernama Githa Gusmania.

Lagu yang dibuat Amin dari kacamata perempuan itu mengisahkan seorang istri yang jengah akan kelakuan suaminya. Ia dongkol lantaran tubuhnya yang kini sintal bikin si suami melirik perempuan lain yang lebih singset.

Biduan Githa Gusmania manggung di sebuah acara syukuran (rasulan) di Indramayu, Jawa Barat, Desember 2022. Githa Gusmania salah satu biduan tarling/koplo yang sering manggung di wilayah Indramayu dan kota lainnya di pulau Jawa. Indonesia/Safir MakkiBiduan Githa Gusmania manggung di sebuah acara syukuran (rasulan) di Indramayu, Jawa Barat, Desember 2022. (Indonesia/Safir Makki)

"Itu artinya tentang suami istri, cuma yang cuek suaminya yang enggak mau dideketin sama istrinya. Tidurnya dikasih bantal di tengah-tengahnya," kata Githa saat berbincang dengan Indonesia.com beberapa waktu lalu, kemudian tertawa.

Bukan cuma lagu itu saja yang dinyanyikan Githa di atas panggung dan mengisahkan problematika pasutri. Ada pula Mung Dadi Mantan, Gubug Dami, dan Metu Telake. 

Githa tak sendiri. Biduan di wilayah Dermayon, Indramayu dan Cirebon, yang biasa membawakan lagu tarling dan koplo juga banyak membawakan lagu soal masalah ranjang pasutri. Misalnya Pengen Duwe Mertua dan Nganggo Onder yang dipopulerkan oleh Dian Anic.

Lihat Juga :
GALERI INTERAKTIF
Aduh, Aduh, Koplo

Yen wong lanang njaluk ning wadone
Kaya uwis ilang wibawane
Yen kelakuane masih angger
Sampeyan pantese nganggo onder

Kurang lebih artinya seperti berikut:

Kalau laki suka minta ke istrinya
Kayak dia sudah enggak punya wibawa
Kalau kelakuannya belum berubah
Kamu lebih pantes pakai rok aja

Lagu Nganggo Onder karya Zale RM di atas mengisahkan seorang istri yang merasa suaminya tak menampilkan sifat aslinya. Ketika terungkap, si istri pun "ilfil" alias "hilang feeling" karena suaminya tak cocok jadi seorang pria dewasa.

Musisi tarling Wadi Oon adalah salah satu orang yang kerap menulis lagu tarling dari kehidupan sehari-hari masyarakat, salah satunya soal persoalan rumah tangga seperti di atas.

Ia menulis berbagai topik untuk dituang jadi lirik, mulai dari percintaan, perselingkuhan, hingga pengkhianatan. Kisah-kisah humanis yang biasa terjadi, tapi kemudian jadi ciri khas musik dangdut akar rumput seperti tarling.

Biduan Githa Gusmania manggung dan menerima saweran dari penonton di sebuah acara syukuran (rasulan) di Indramayu, Jawa Barat, Desember 2022. Githa Gusmania salah satu biduan tarling/koplo yang sering manggung di wilayah Indramayu dan kota lainnya di pulau Jawa. Indonesia/Safir MakkiLirik kopling (koplo dan tarling) yang menyebar luas di wilayah Indramayu dan sekitarnya acap kali berputar pada curhat pasutri yang lahir di warung kopi. (Indonesia/Safir Makki)

"Kalau tarling liriknya pasti cerita sehari-hari masyarakat Indramayu ini," kata Wadi Oon dalam kesempatan terpisah.

Kisah sosial dan drama orang biasa dalam musik dangdut, koplo, dan tarling ini disebut peneliti dangdut Andrew N. Weintraub adalah salah satu ciri khas dan budaya tersendiri dari genre ini.

Dalam buku Dangdut: Musik, Identitas, dan Budaya Indonesia (2010), peneliti asal University of Pittsburgh itu menjelaskan tema-tema lagu dangdut yang sering ditemui terutama era 1970-an adalah soal hubungan laki-laki dan perempuan, serta isu sosial.

Lagu-lagu itu sejatinya tidak berusaha untuk menyediakan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, tapi cuma jadi ajang "numpang curhat" lantaran sudah kalah dari nasib.

"Sejumlah besar teks lagu dangdut melukiskan duka dan derita, umumnya akibat kegagalan hubungan, himpitan ekonomi, ketidakadilan sosial, dan hancurnya harapan." tulis Weintraub.

Lanjut ke sebelah...

 

[Gambas:Video CNN]



Curhat Soal Ranjang dan Obrolan Warung di Lagu Tarling ...

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat