yoldash.net

Alasan Orang Masih Percaya Cerita Hantu Saat Ini

Selain alasan pengalaman dan pola pikir, media sosial juga menjadi penyebab orang Indonesia masih percaya pada cerita hantu.
Ilustrasi. Selain alasan pengalaman dan pola pikir, media sosial juga menjadi penyebab orang Indonesia masih percaya pada cerita hantu. (iStockphoto/VSanandhakrishna)

Jakarta, Indonesia --

Budaya tutur lisan yang mengakar dalam masyarakat Indonesia telah melahirkan berbagai cerita rakyat atau folklor. Salah satunya cerita hantu dan mitos yang menyertainya.

Salah satunya seperti cerita tentang makhluk halus Nyi Blorong yang faktanya masih dipercaya oleh sebagian masyarakat Jawa di era digital seperti saat ini.

Nyi Blorong merupakan makhluk halus berwujud perempuan cantik dengan kulit bersisik emas. Konon, ia diyakini bisa memberikan kekayaan bagi para pengikutnya asalkan mereka bersedia mengikuti persyaratan yang diberikan, alias dengan cara pesugihan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saking kuatnya cerita tentang Nyi Blorong yang mengakar dalam masyarakat Jawa, sosoknya itu kemudian diadaptasi dalam film berjudul Perkawinan Nyi Blorong (1983) yang dibintangi Clift Sangra dan Suzanna, atau Petualangan Cinta Nyi Blorong (1986).

Guru Besar Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada, Heddy Shri Ahimsa-Putra, menyebut bahwa hal itu karena pola pikir masyarakat di Indonesia, khususnya orang Jawa seperti dalam kasus Nyi Blorong, belum banyak berubah.

ADVERTISEMENT

Walau zaman telah berganti dan teknologi telah berkembang, kisah Nyi Blorong dan cerita kesaktiannya masih hidup sampai sekarang. Hal ini karena cerita-cerita tersebut tertanam kuat dalam pikiran mereka sejak dulu kala.

Suzzanna dalam Petualangan Cinta Nyi Blorong (1986)Suzzanna dalam film Petualangan Cinta Nyi Blorong (1986) Walau zaman telah berganti dan teknologi telah berkembang, kisah Nyi Blorong dan cerita kesaktiannya masih hidup sampai sekarang. (dok. PT. Soraya Intercine Films via Instagram @suzzannaofficial )

Menurut Heddy, masyarakat Indonesia khususnya Jawa masih hidup dalam pikiran teologis dan mitologis. Artinya, semua yang ada di sekeliling mereka harus dijelaskan dengan personifikasi atau mengorangkan sesuatu yang pada dasarnya impersonal.

"Kalau dalam [pandangan] orang Barat, gaib itu ya energi, atau gelombang. Kalau di sini belum bisa membuat abstraksi seperti itu, makanya orang di sini membuat personifikasi, yang gaib tadi dipersonifikasikan, diorangkan," ujar Heddy.

Ia lalu mencontohkan perilaku orang yang datang ke dukun atau paranormal ketika menemukan peristiwa aneh dalam dirinya. Seperti cerita dari teman Heddy, seorang paranormal di Yogyakarta.

Heddy bercerita bahwa temannya kedatangan seorang perempuan yang kulitnya mengelupas seperti ular yang berganti kulit. Bukan hanya itu, perempuan itu disebut kesurupan makhluk halus berwujud Nyi Blorong.

Dari cerita itu, Heddy mengartikan bahwa ada sebagian orang yang percaya bahwa Nyi Blorong dan tokoh gaib lainnya dalam cerita rakyat bukanlah rekaan. Hal itu dikarenakan ada beberapa orang yang mengalami langsung peristiwa tersebut.

"Jadi memang ada orang-orang dengan pengalaman riil seperti itu dan [pengalaman] itu diceritakan pada orang lain, dan itulah yang berkembang di masyarakat," ujar Heddy.

Lanjut ke sebelah...

Pengaruh Media Sosial

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat