Mayapada Hospital Bandung Sukses Angkat Tumor Tanpa Bekas Luka
![Mayapada Hospital Bandung Sukses Angkat Tumor Tanpa Bekas Luka tim dokter bedah saraf Mayapada Hospital Bandung sukses mengangkat tumor hipofisis dengan metode endoskopi transnasal transsphenoidal yang minim sayatan.](https://akcdn.detik.net.id/visual/2022/07/27/ilustrasi-autopsi_169.jpeg?w=650&q=90)
Mayapada Hospital Bandung, melalui salah satu pusat layanan unggulan yakni Tahir Neuroscience Center, terus berinovasi dalam layanan bedah saraf.
Baru-baru ini, tim dokter bedah saraf Mayapada Hospital Bandung sukses mengangkat tumor hipofisis dengan metode endoskopi transnasal transsphenoidal yang minim sayatan.
Tindakan itu dipimpin Dokter Bedah Saraf Konsultan Neuro Onkologi Mayapada Hospital Bandung, dr. Roland Sidabutar, SpBS, SubspN-Onk (K), M.Kes. Mereka menangani kasus tumor hipofisis pada pasien perempuan berusia 46 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, pasien datang dengan keluhan nyeri kepala yang tak berangsur pulih bahkan merasa semakin parah dan merasa sering lupa selama dua minggu terakhir.
Sebelum mendapat penanganan di Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital Bandung, pasien sudah menjalani pengobatan di rumah sakit lain namun memang tidak menunjukkan perbaikan.
ADVERTISEMENT
"Pasien mulai menjalani serangkaian pemeriksaan di Tahir Neuroscience Mayapada Hospital Bandung di penghujung akhir 2023 pada Bulan September, kemudian menjalani pemeriksaan MRI di sini," kata dr. Roland dikutip Senin (1/4).
Dari pemeriksaan itu, kata dia, hasilnya menunjukkan ada tumor hipofisis. Kemudian, pada akhirnya ia bersama tim melakukan tindakan untuk mengangkat tumor tersebut dengan cara minimal invasif atau minim sayatan.
"Yaitu melalui endoskopi transnasal transsphenoidal. Pasca-tindakan, kondisi pasien stabil dan semakin membaik," kata dr. Roland.
Lihat Juga : |
Menurut dia, metode pengangkatan tumor hipofisis endoskopi transnasal transsphenoidal ini merupakan pilihan pembedahan yang terkini dan ter-update. Hal itu karena banyak keunggulan dibandingkan dengan operasi konvensional.
Misalnya, lanjut dia, dari sisi durasi tindakan yang lebih singkat dan risiko kerusakan jaringan sekitar tumor akibat tindakan yang lebih minim sayatan. Tindakan ini juga tidak memerlukan jahitan sehingga dapat meminimalkan risiko pendarahan dan pemulihan pasien menjadi lebih cepat.
Adapun operasi ini dilakukan melalui endoskopi dengan memasukkan alat berupa tabung tipis dengan serta kabel optik melalui rongga hidung langsung ke lokasi tumor di dasar tengkorak, sehingga tidak ada luka sayatan di wajah / kepala pasien.
Namun demikian, endoskopi transnasal transsphenoidal membutuhkan keahlian dari dokter spesialis bedah saraf dengan pelatihan khusus dan jam terbang yang tinggi.
Untuk pengangkatan tumor hipofisis melalui endoskopi transnasal transsphenoidal maupun penanganan kasus saraf kompleks lainnya dapat ditangani secara komprehensif di Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital Bandung yang berstandar internasional.
Tidak sampai di situ, mereka juga didukung oleh kolaborasi tim dokter, dokter spesialis dan subspesialis, fasilitas, dan peralatan medis yang canggih.
Tumor Hipofisis
Dokter Roland menjelaskan, tumor hipofisis merupakan pertumbuhan sel abnormal yang terjadi pada kelenjar sebesar kacang yang terletak di dasar tengkorak di belakang hidung.
"Kelenjar ini juga dinamakan kelenjar pituitary dan berfungsi menghasilkan hormon-hormon yang mengatur fungsi penting tubuh, seperti pertumbuhan, metabolisme, dan reproduksi," ujarnya.
Menurut dr. Roland, kebanyakan tumor hipofisis bersifat jinak dan tidak semua penderita merasakan gejala. Namun, kata dia, bila seseorang merasakan gejala berarti terjadi tekanan tumor pada jaringan sekitarnya atau bisa juga terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormon.
"Tumor hipofisis yang berukuran lebih dari 2cm, dapat menyebabkan gejala seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri wajah, mual dan muntah, bahkan kejang," katanya.
"Pengobatan terhadap tumor ini akan spesifik diberikan tergantung pada jenis, ukuran, lokasi, dan pertumbuhan tumor," ujarnya.
(inh/inh)Terkini Lainnya
-
Menko Polhukam Pimpin Rapat Koordinasi soal PDN
-
Pelaku Mutilasi di Garut Ditangkap, Identitas Korban Masih Misterius
-
Ribuan Aparat Gabungan Dikerahkan Amankan Hari Bhayangkara di Monas
-
FOTO: Tolak Ubah Usia Wamil Israel, Warga Yahudi Bentrok dengan Polisi
-
VIDEO: Serangan bom Rusia ke Kharkiv, Bayi 8 Bulan Jadi Korban Luka
-
Demo Pecah di Israel, Warga Tolak Perubahan Usia Wamil Jadi 21 Tahun
-
NIK Jadi NPWP Resmi Berlaku Hari Ini
-
Inflasi Juni Capai 2,51 Persen Gara-gara Harga Makanan - Minuman
-
Mulai 5 Juli, Biaya Admin Tarik Tunai EDC BCA Rp4.000
-
Kata-kata Sang Adik usai Zhang Zhi Jie Kolaps dan Meninggal
-
Daftar 5 Tim Negara Lolos ke Perempat Final Copa America 2024
-
Netizen Berduka Pebulutangkis China Zhang Zhi Meninggal di AJC 2024
-
Arkeolog Malaysia Temukan Patung Buddha Lebih Tua dari Borobudur
-
Bahaya Kebocoran Data Pribadi, Termasuk Dicatut Buat Pinjol
-
Daftar Hp Tidak Bisa Pakai WA Juli 2024, Termasuk iPhone dan Samsung
-
BYD Buka Dealer 4S di Jantung Kota Jakarta
-
Perpanjangan SIM Harus Pakai BPJS Dimulai Hari Ini
-
Siap-siap Ramai di Jalan, BYD Serahkan 1.000 Mobil Listrik ke Konsumen
-
Ipar Adalah Maut Tembus 3,5 Juta Penonton, Dekati Capaian Siksa Kubur
-
Wonderland, Film Park Bo-gum hingga Suzy Tayang Juli 2024 di Netflix
-
Voice of Baceprot Usai Debut di Glastonbury: Baceprot till Die!
-
Kala Dua Desainer India Hipnotis Panggung Couture Paris
-
Bayi Meninggal Usai Vaksin, Kemenkes Sebut Imunisasi Ganda Aman
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso