yoldash.net

Minim Nyeri dengan Teknik Minimal Invasif pada Operasi Bypass Jantung

Teknik minimal invasif atau minim sayat pada operasi bypass jantung artinya menyederhanakan prosedur bedah dan penggunaan alat, sehingga sayatan jadi minim.
Ilustrasi. (Foto: Istockphoto/Tharakorn)

Jakarta, Indonesia --

Sebagai salah satu penyakit dengan angka kematian tertinggi di Indonesia, jantung koroner biasanya memiliki gejala berupa nyeri dada hingga cepat lelah. Jika dibiarkan terus-menerus, penyempitan pada pembuluh darah koroner dapat menjadi semakin parah, dan akhirnya, menyebabkan serangan jantung.

Untuk mengatasinya, akan dilakukan bedah jantung. dr. Ismail Dilawar, SpBKTV Subsp. JD (K) dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan menyebutkan, bedah jantung itu bisa dilakukan dengan prosedur bedah konvensional, yakni melalui sayatan memanjang ke bawah guna membelah tulang dada.

Seiring perkembangan dunia medis, kini bedah jantung dapat dilakukan dengan teknik minimal invasif atau minim sayat yang menyederhanakan prosedur bedah dan penggunaan alat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan teknik minimal invasif, operasi bypass sebagai tujuan utama dapat kita buat lebih simpel, lebih minimalis, jadi yang tidak perlu dikerjakan, tidak dikerjakan," kata dr. Ismail dalam obrolan bersama Indonesia, Rabu (24/1).

dr. Ismail menyatakan, kebanyakan sakit jantung koroner ditandai dengan nyeri dada merupakan gejala khas.

ADVERTISEMENT

"Nyerinya juga spesifik. Rata-rata pasian merasakan dada terasa tidak nyaman atau chest discomfort. Chest discomfort atau dada tidak nyaman ini mengganggu pasien, dia akan merasa bahwa dadanya berat, tidak kuat beraktivitas," kata dr. Ismail.

Penyakit jantung koroner itu terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari ringan yang bisa dikontrol dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup, tahap sedang dengan tindakan pemasangan stent/ring jantung, hingga tahap berat di mana pasien akan diharuskan menjalani operasi bypass jantung.

dr. Ismail menjelaskan, operasi bypass jantung merupakan prosedur bedah yang bertujuan memperbaiki aliran darah ke jantung. Prosedur ini juga bisa dijalankan bagi pasien yang mengalami gagal jantung atau nyeri dada yang dikategorikan berat.

"Bypass itu adalah salah satu solusi untuk mengatasi "kemacetan" di pembuluh darah koroner. Kita menyebutnya Bypass Artery Coroner, atau kalau orang-orang kedokteran mengatakan CABG (Coronery Artery Bypass Grafting)," ujarnya.

Pada prosedur ini, dokter akan membuat jalur pintas (bypass) baru dari pembuluh darah yang tidak tersumbat ke otot jantung yang suplai darahnya terganggu. Adapun jalur pintas baru itu menggunakan pembuluh dari tubuh pasien sendiri, misalnya di kaki, tangan, juga dada.

dr. Ismail menyebut, tim Mayapada Hospital kerap menjalankan prosedur CABG yang dilakukan dengan teknik minimal invasive surgery. Dirinya menegaskan, teknik minimal invasive surgery merupakan cara yang dapat meminimalkan dampak operasi, termasuk bekas luka sayatan hingga rasa sakit usai prosedur.

"Untuk operasi bypass, (mempertahankan kinerja jantung) itu tujuan utama, tapi dengan teknik minimal invasive surgery, kita buat lebih simple, lebih minimalis. Jadi yang tidak perlu dikerjakan, tidak dikerjakan," tuturnya.

Dirinya menjelaskan, operasi bypass jantung dengan teknik minimal invasive surgery artinya tidak menggunakan peralatan sebanyak pada conventional surgery. Sehingga, risiko pun jadi lebih kecil.

"Conventional surgery masih menggunakan banyak alat, bahan yang kadang-kadang dapat menimbulkan bahaya bagi tubuh pasien. Dengan tidak menggunakan alat-alat tersebut, maka risikonya akan kecil sekali," kata dr. Ismail.

dr. Ismail mencontohkan, operasi bypass jantung konvensional dilakukan dengan memotong tulang dada. Hal ini kerap dirasa terlalu menakutkan bagi pasien. Teknik minimal invasive surgery pun menjadi jalan keluar pada kasus seperti ini, di mana sayatan dibuat melalui celah tulang iga.

Selain tidak mengenai tulang dada, sayatan yang dibuat di tepi dada itu juga akan meninggalkan bekas yang lebih kecil. Menurut dr. Ismail, bekas luka masih dapat diperkecil melalui penggunaan alat bantu berupa endoskop, yakni alat yang panjang, tipis, serta dilengkapi kamera dan lampu di bagian ujungnya.

Kamera endoskop yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien itu terhubung ke layar monitor, sehingga dokter dapat mengetahui kondisi internal pada tubuh pasien. Cara ini sekaligus meminimalkan prosedur operasi yang semula merupakan operasi besar.

"Lukanya tadi sangat kecil, sampai beberapa cm saja, 3 sampai 5 cm. Kemudian tidak dilakukan di daerah tengah, tidak memotong dada, lukanya di samping. Jadi meminimalkan teknik surgery operasi," ujar dr. Ismail.

Sampai saat ini, teknik minimal invasive surgery yang kerap menjadi pilihan pasien yang harus menjalani operasi bypass jantung disebut dr. Ismail mencatatkan kepuasan tinggi, dengan tetap memprioritaskan pencapaian tujuan utama, yakni memperbaiki kinerja jantung.

"Pasien merasa senang mendapatkan luka operasi yang lebih kecil, lebih kecil bekas operasinya, nyeri operasinya juga lebih sedikit. Yang paling penting adalah tujuannya tetap tercapai," katanya.

Adapun teknik minimal invasive surgery ini dilakukan setelah pasien dipastikan memenuhi sejumlah kriteria. dr. Ismail menegaskan, ada kasus-kasus tertentu di mana pasien hanya bisa menerima prosedur bedah konvensional.

Untuk itu, dr. Ismail mendorong seseorang untuk segera berkonsultasi dengan dokter saat merasakan nyeri dada, terlebih jika nyeri itu berulang. Pertama kali, pasien dapat menemui dokter umum yang akan mengadakan pemeriksaan fisik awal dan mencatat berbagai gejala.

Apabila dinilai perlu, dokter umum kemudian akan merujuk pasien pada dokter spesialis jantung, yang melakukan pemeriksaan secara lebih mendetail, termasuk dengan menggunakan ekokardiografi atau USG jantung, serta menentukan jika pasien memerlukan tindak medis.

Lebih jauh, dr. Ismail mengingatkan bahwa orang berusia 30 tahun ke atas serta yang memiliki riwayat sakit kencing manis atau gula darah untuk melakukan medical check up. Tujuannya, mengetahui kondisi internal tubuh sehingga dapat dilakukan antisipasi seperti mengonsumsi obat dan kontrol ke dokter secara teratur saat diketahui ada organ yang tidak bekerja maksimal.

"Dianjurkan kalau kita yang di atas 30 tahun atau di atas 40, kita check up, sehingga kita ketahui dari awal kalau ada sumbatan. Ingat, mengurangi penyumbatan mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit jantung koroner di kemudian hari," pungkas dr. Ismail.

Cardiovascular Center Mayapada Hospital sebagai pusat layanan kesehatan terpadu khusus untuk menangani penyakit jantung yang dilengkapi dengan dokter spesialis dan subspesialis yang ahli, peralatan canggih dengan teknologi terkini, untuk penanganan berbagai penyakit jantung secara komprehensif mulai dari skrining, diagnosis, operasi jantung sampai dengan rehabilitasi jantung, dan menyediakan layanan kegawatdaruratan jantung yang selalu siaga 24 jam.

(rea/rir)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat