yoldash.net

Nikmatnya Brongko, Kuliner Khas Kampung Islam Bali di Bulan Ramadhan

Kampung Islam Kepaon, di Kota Denpasar, Bali, memiliki kuliner khas bernama brongko yang hanya disajikan saat Bulan Ramadan.
Ibu Zaenah (60) salah satu penjual takjil brongko yang berada di kawasan Masjid Besar Al-Muhajirin Kepaon, di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Kamis (21/3). (CNN Indonesia/ Kadafi)

Denpasar, Indonesia --

Kolak memang jadi salah satu takjil berbuka puasa yang populer bagi masyarakat Pulau Jawa. Tetapi di Bali, masyarakat menggemari kuliner brongko.

Brongko adalah salah satu takjil berbuka puasa yang tidak boleh dilewatkan masyarakat Kampung Muslim Kepaon di bulan suci Ramadan.

Zaenah (60) salah satu penjual takjil brongko yang berada di kawasan Masjid Besar Al-Muhajirin Kepaon, di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, mengatakan brongko memang dijual saat Ramadan saja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari kita masih kecil sudah ada brongko. Saya jualan brongko sudah 25 tahun tapi jualan brongko hanya Ramadan saja," kata Zaenah saat ditemui di lapak dagangan takjilnya, Kamis (21/3).

Brongko terbuat dari tepung kanji, santan, juga rempah-rempah seperti kayu manis, cengkeh, kapulaga, daun pandan, dan bahan lainnya.

ADVERTISEMENT

Sementara untuk kuahnya cukup kental berwarna merah muda dan isian brongko berupa bulatan-bulatan kecil berwarna merah muda dan memiliki tekstur kenyal karena dibuat dari campuran tepung kanji.

Brongko biasanya disajikan dalam kondisi hangat tetapi juga bisa disajikan dengan ditambah es agar lebih segar.

"Untuk per cup-nya saya jual Rp5 ribu. Setiap hari selama Ramadan biasanya saya hanya produksi 30 cup dan semuanya terjual habis," imbuhnya.

Zaenah yang asli warga Kampung Muslim Kepaon menyampaikan, takjil brongko sudah ada sejak zaman buyutnya dan usahanya telah turun menurun. Saat Ramadan, banyak warga di luar Kampung Islam Kepaon mencari takjil brongko.

Selain itu, kata dia, brongko hanya dibuat saat Ramadan karena proses membuat brongko cukup lama yakni lebih dari dua jam. Belum lagi untuk membuat isiannya yang terbilang rumit.

Selain menjual brongko, Zaenah juga menjual takjil lainnya seperti kolak pisang, kue lapis, bubur sumsum, dan ketan.

"Kalau bukan bulan Ramadan saya tidak buat brongko karena dua jam lebih bikinnya dan agak rumit. Kalau kenapa namanya brongko, saya tidak tahu juga karena sudah dari dulu, ibu saya saja tidak tahu juga dan sudah ada dari dulu," ujarnya.

Padani salah satu tokoh Kampung Islam Kepaon mengatakan kuliner brongko diambil dari kata Suku Bugis yang nama aslinya barongko. Dia mengatakan kuliner itu sudah ada sejak Kampung Islam Kepaon ada sekitar abad 17 lalu.

"Brongko itu sudah sejak dulu ada dan kita tahunya barongko bagi orang Bugis itu namanya barongko mungkin pengaruh (bahasa) Bali akhirnya jadi brongko," kata Padani, saat ditemui di Masjid Besar Al-Muhajirin Kepaon.

"Brongko itu bukan artinya, itu istilah dari makanan itu. Itu di bulan Ramadan saja yang ada dan jangan coba-coba cari brongko di luar bulan puasa kalaupun ada nikmat kita tidak seenak di bulan Puasa. Itulah ciri khas brongko," ujarnya.



(kdf/pua)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat