yoldash.net

Rasa Nostalgia di Semangkuk Kolak Legendaris Bu Mumun

Kolak Bu Mumun telah berdiri di Jalan Sabang, Jakarta sejak 1990 silam. Semangkuk kolaknya memberikan rasa nostalgia seperti pulang ke kampung halaman.
Kolak Bu Mumun telah berdiri di Jalan Sabang, Jakarta sejak 1990 silam. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Jakarta, Indonesia --

Teriknya matahari tak melunturkan semangat para penjaja takjil untuk tetap berdagang di sekitar Jalan Sabang, Jakarta Pusat pada Selasa (19/3) lalu.

Di salah satu titik, tepatnya di area trotoar dekat Hoka Hoka Bento dan minimarket Papaya, Kolak Legendaris Bu Mumun juga sudah mulai ramai didatangi pembeli. Padahal, jam berbuka puasa masih sekitar 4-5 jam lagi.

"Ini lagi bungkus pesanan lewat WA (WhatsApp), minta dibuatkan 90 kantong," ujar Dian (40). Suaranya terdengar nyaring di antara pembeli yang berebut ingin dilayani duluan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dian dan putra-putri serta menantu Bu Mumun lainnya terlihat sibuk melayani pembeli. Sesekali satu per satu dari mereka berteriak meminta tambahan kolak yang harus diisi ulang dari gentong.

"Tiap hari begini, dari jam 2 [14.00 WIB], tuh, yang beli udah ngantre. Mana ada yang pesen lewat telpon, jadi riweuh [ribet] gini, lah. Si Ibu [Bu Mumun] di belakang, masih masak," kata Dian berbincang dengan Indonesia.com saat ditemui di lokasi.

ADVERTISEMENT

Kolak yang dijajakan di Kolak Legendaris Bu Mumun dari segi tampilan sebenarnya sama saja dengan kolak-kolak lainnya. Ada pisang, ubi atau singkong, tape, kolang kaling, hingga biji salak.

Satu hal yang membuat kolak Bu Mumun terlihat berbeda adalah semua bahan dibuat terpisah. Satu wadah untuk kolak, satu wadah untuk tape, satu wadah untuk ubi, satu wadah lainnya untuk kolang-kaling, dan wadah lainnya berisi biji salak.

Kata Dian, cara ini merupakan inisiatif sang ibu yang memisahkan setiap bahan. Soalnya, tak sedikit pembeli yang hanya memesan satu atau dua jenis bahan kolak.

"Kan, ada yang cuma mau biji salak, ada juga yang cuma mau tape, macam-macam lah. Makanya, biar enggak nyampur-nyampur, dibuat terpisah," kata Dian.

Salah satu pembeli yang ditemui di lokasi, Nur Komalasari (46), mengungkapkan bahwa kolak Bu Mumun punya rasa yang berbeda. Selain pilihan topping yang beragam dan bisa dipesan sesuai selera, rasa manis dari kolaknya pun tidak bikin giung.

Warga berbelanja takjil di kios Kolak legend bu Mumun. Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024.Warga berburu takjil di warung Kolak Legendaris Bu Mumun, Jakarta, Selasa (19/3). (Indonesia/Adhi Wicaksono)

"Enak rasanya, manisnya kayaknya enggak pakai gula biang. Terus kolaknya juga lebih kental. Campuran santannya juga enak, bikin rasa gurih di kolaknya muncul, tapi takarannya pas," kata dia.

Nur memang sudah jatuh cinta dengan kolak Bu Mumun. Ia telah menjadi pelanggan setia kolak Bu Mumun sejak 26 tahun lalu.

Hampir setiap bulan Ramadhan, Nur akan mampir ke Jalan Sabang hanya untuk membeli kolak Bu Mumun.

"Iya sudah sering beli. Rasanya, sih, kalau buat saya enggak ada tandingannya ya. Enak," katanya.

Kolak bu Mumun memang memiliki rasa yang cukup unik. Campuran santan dan gula merah membuat rasa gurih dan manis sama-sama menonjol. Tak ada yang lebih unggul satu sama lain.

Indonesia.com mencicipi campuran semua kolak yang terdiri dari pisang uli, ubi, tape singkong, biji salak, hingga kolang-kaling.

Santan yang digunakan merupakan santan asli dari kelapa, bukan santan sachet yang sudah banyak dijual saat ini.

Penggunaan gulanya pun merupakan gula kelapa asli, bukan gula biang yang sekali lagi sudah banyak dijual untuk memudahkan para pedagang.

Gula merah memang menjanjikan rasa manis yang khas. Tapi, bagi mereka yang tidak terlalu suka manis, mungkin harus pikir-pikir dulu sebelum membelinya.

Rasa lain yang ditawarkan dari kolak ini adalah rasa nostalgia. Saat mencicipi kolak ini, seperti dibawa ke masa lalu, saat-saat menikmati kolak rumahan, buatan nenek di kampung halaman.

Kolak ini memang memiliki rasa dan aroma pulang kampung. Tak heran karena semua dimasak sendiri oleh si empunya warung, Bu Mumun, yang meracik kolaknya sejak pukul 03.00 WIB.

Simak cerita kolak Bu Mumun di halaman berikutnya..

Berjualan kolak sejak Soeharto masih berkuasa

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat