yoldash.net

Rasa Nostalgia di Semangkuk Kolak Legendaris Bu Mumun - Halaman 2

Kolak Bu Mumun telah berdiri di Jalan Sabang, Jakarta sejak 1990 silam. Semangkuk kolaknya memberikan rasa nostalgia seperti pulang ke kampung halaman.
Munirah (69) pemilik Kolak Legendaris Bu Mumun di Jalan Sabang, Jakarta. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Nama lengkapnya Munirah. Tapi kini orang-orang mengenalnya dengan panggilan Bu Mumun atau Mpok Mumun. Pada tahun ini, usianya menginjak 69 tahun.

Ada kekhawatiran di sorot matanya saat berbincang sore itu. Dia mengaku takut kolak yang sudah dijual sejak 34 tahun lalu tak memiliki penerus jika kelak dirinya dipanggil Tuhan. 

"Saya bilang kalau tahun depan ibu enggak ada gimana ini. Kita dikasih umur alhamdulillah masih ada sekarang. Tapi tahun depan sudah 70 [tahun], kita enggak tahu ini saya masih hidup atau tidak. Tapi, ya, begitu [anak-anak] gitu, bilangnya enggak bisa," kata Mumun. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mumun sendiri tidak pelit membagikan resep kepada anak-anaknya yang sering membantu berjualan. Namun, anak-anaknya terlihat enggan dan kurang tekun ketika diajak membantu di dapur. 

Makanya, Bu Mumun mengaku takut jika kolaknya tak memiliki penerus. Padahal, pelanggannya bukan hanya orang Jakarta. Ada dari Lampung, Tangerang, Palembang, hingga Bandung. 

ADVERTISEMENT

"Yang [rumahnya] jauh-jauh itu sekali beli buat seminggu. Mereka sengaja bawa satu toples besar. Jadi pesannya langsung banyak," kata dia. 

Bu Mumun sendiri mengaku sudah berjualan sejak tahun 1990 silam saat Preside ke-2 RI Soeharto masih berkuasa. Sejak awal, ia sudah berjualan kolak di Jalan Sabang. 

Kala itu, hanya dia yang berjualan kolak setiap bulan Ramadhan. Kondisinya jelas berbeda dengan sekarang, di mana hampir setiap belokan ada penjaja kolak yang berjualan.

Walau demikian, Bu Mumun tidak merasa tersaingi. Ia percaya dirinya memiliki basis pelanggan setia yang cukup besar.

"Ya, tidak apa-apa. Rezeki Allah yang atur. Toh, pelanggan tetap bedatangan meskipun yang jualan kolak juga makin banyak," katanya. 

Kolak yang tidak cepat basi

Warga berbelanja takjil di kios Kolak legend bu Mumun. Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024.Keramaian Kolak Legendaris Bu Mumun di Jalan Sabang, Jakarta, Selasa (19/3). (Indonesia/Adhi Wicaksono)

Soal kekhasan atau hal yang spesial dari kolak ini, menurut Bu Mumun, selain rasa dan penggunaan gula asli, kolaknya juga tahan lama alias tidak cepat basi. 

"Bukan saya pamer, ya, tapi ini memang terbukti kolak saya tidak cepat basi," kata dia. 

Menepis penggunaan pengawet, Bu Mumun pun membagikan tips agar kolaknya tidak cepat basi. Cukup keluarkan semua uapnya, maka masakan jadi awet tahan lama. 

"Kita selalu kasih ruang buat semua makanan yang dimasak. Kita keluarkan uapnya dan tentunya proses memasaknya juga harus benar-benar bersih," kata dia.

Selain itu, Bu Mumun juga selalu menggunakan bahan-bahan yang segar. Dalam satu hari, dia akan menghabiskan 8-10 tandan pisang uli. Untuk ubi, dibutuhkan dua kuintal ubi hanya untuk dua hari. 

"Dari semua itu, omset bersih kita adalah Rp13 juta sampai Rp15 juta [per hari]. Lumayan meskipun masaknya harus dari jam 3 pagi," kata dia. 

Di usia senjanya, Bu Mumun tetap memilih berjualan. Baginya, kebahagiaannya justru muncul saat memasak kolak.

"Bagi saya, sih, saya bahagia kalau di dapur dan masak. Jadi kalau disuruh istirahat dari jualan, saya justru sedih dan merasa kesepiaan. Kasihan juga pembeli yang sudah antre berjam-jam," katanya. 

(asr/asr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat