yoldash.net

Ahli Prediksi Manusia Bakal Kehilangan 1 Detik

Dinamika rotasi Bumi yang dipicu oleh mencairnya es di kutub dan putaran inti Bumi diprakirakan membuat waktu 'berubah'.
Ilustrasi. Rotasi Bumi disebut tak konstan yang berdampak pada waktu. (iStockphoto/Elen11)

Jakarta, Indonesia --

Studi baru memprediksi mencairnya es di kutub mengubah rotasi Bumi dan sempat menunda tren percepatan waktu dalam sehari imbas melambatnya inti Bumi. Meski begitu, pada akhirnya pengurangan 1 detik diperlukan.

Rotasi atau perputaran Bumi pada porosnya menentukan lama hari alias jumlah jam, menit, hingga detiknya. Namun, rotasi itu tidak konstan; ia dapat berubah sedikit saja, bergantung pada apa yang terjadi di permukaan Bumi dan intinya yang cair.

Perubahan yang hampir tidak terlihat ini terkadang berarti jam dunia perlu disesuaikan dengan 'detik kabisat', yang mungkin terdengar kecil namun dapat berdampak besar pada sistem komputasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak detik ditambahkan selama bertahun-tahun. Namun setelah tren melambat yang cukup lama, rotasi Bumi kini semakin cepat karena adanya perubahan pada intinya.

ADVERTISEMENT

"Satu detik kabisat negatif (pengurangan 1 detik dalam sehari) belum pernah ditambahkan atau diuji, sehingga masalah yang dapat ditimbulkannya adalah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Patrizia Tavella, anggota Time Department di International Bureau of Weights and Measures di Prancis, menulis dalam sebuah artikel yang menyertai penelitian tersebut, dikutip dari CNN.

Studi di jurnal Nature berjudul 'A global timekeeping problem postponed by global warming' yang terbit pada 27 Maret mengungkap fenomena ini terjadi lantaran dipengaruhi oleh pemanasan global dan proses di inti Bumi.

Mencairnya es di kutub memang menunda lompatan detik selama tiga tahun, mendorongnya dari tahun 2026 hingga 2029, demikian temuan laporan tersebut.

"Bagian dari mencari tahu apa yang akan terjadi dalam ketepatan waktu global, bergantung pada pemahaman apa yang terjadi akibat efek pemanasan global," kata Duncan Agnew, profesor geofisika di University of California San Diego dan penulis studi tersebut.

Sebelum 1955, satu detik didefinisikan sebagai waktu tertentu yang diperlukan bumi untuk melakukan satu kali rotasi terhadap bintang-bintang. Era jam atom yang sangat presisi, yang terbukti merupakan cara yang jauh lebih stabil dalam menentukan detik fisik, kemudian hadir.

Sejak akhir 1960an, dunia mulai menggunakan Waktu Universal Terkoordinasi (UTC) untuk menetapkan zona waktu. UTC mengandalkan jam atom namun tetap mengimbangi rotasi planet.

Namun, karena kecepatan rotasinya tidak konstan, kedua skala waktu tersebut perlahan-lahan menyimpang. Ini berarti 'detik kabisat' harus ditambahkan sesekali agar keduanya kembali sejajar.

Perubahan rotasi Bumi dalam jangka panjang didominasi oleh gesekan pasang surut di dasar laut sehingga memperlambat rotasinya.

Agnew menyebut dampak mencairnya es di kutub, yang disebabkan oleh manusia yang membakar bahan bakar fosil yang memanaskan Bumi, menjadi faktor yang signifikan.

Saat es mencair ke lautan, air lelehan es itu bergerak dari kutub menuju ekuator atau khatulistiwa, yang selanjutnya memperlambat kecepatan rotasi Bumi.

Agnew mengatakan pencairan es di kutub "sudah cukup besar sehingga mempengaruhi rotasi seluruh Bumi dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya."

"Bagi saya, fakta bahwa manusia telah menyebabkan perubahan rotasi Bumi sungguh menakjubkan."

Ted Scambos, ahli glasiologi di University of Colorado Boulder yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengibaratkan proses tersebut seperti seorang pemain skate board yang berputar dengan tangan di atas kepala. Saat dia menurunkan lengan ke arah bahu, putarannya melambat.

Masalah inti Bumi

Walau pencairan es mungkin memperlambat putaran Bumi, laporan tersebut juga mengungkap ada faktor lain yang berperan dalam ketepatan waktu global: proses di inti Bumi.

Inti cair planet ini berputar secara independen dari kulit terluarnya yang padat. Jika inti melambat, kata Agnew, kerak Bumi yang padat akan semakin cepat untuk mempertahankan momentum dan itulah yang sedang terjadi saat ini.

Sangat sedikit yang diketahui tentang apa yang terjadi sekitar 1.800 mil (sekitar 2.896 km) di bawah permukaan Bumi, dan tidak jelas kenapa kecepatan inti Bumi berubah.

"Ini pada dasarnya tidak dapat diprediksi," aku Agnew.

Masalah besar

Meski pencairan es di kutub memberikan pengaruh yang melambat, studi tersebut mengungkap secara keseluruhan rotasi Bumi semakin cepat. Artinya, dunia akan segera perlu melakukan pengurangan satu detik untuk pertama kalinya.

"Satu detik kedengarannya tidak terlalu lama," kata Agnew, namun sistem komputasi yang dirancang untuk aktivitas seperti transaksi bursa saham harus akurat hingga seperseribu detik.

Banyak sistem komputer yang mempunyai perangkat lunak yang memungkinkannya menambah satu detik, namun hanya sedikit yang mempunyai kemampuan untuk mengurangi satu detik. Manusia perlu memprogram ulang komputer, sehingga menimbulkan potensi kesalahan.

"Tidak ada yang benar-benar mengantisipasi bahwa kecepatan Bumi akan mencapai titik di mana kita mungkin harus menghilangkan detik kabisat," kata Agnew.

Menurutnya, temuan ini bisa menjadi alat yang ampuh terkait cara manusia mengubah planet ini.

"Bisa dikatakan bahwa begitu banyak es yang telah mencair sehingga mengubah rotasi Bumi dalam jumlah yang dapat diukur, saya pikir ini memberi Anda gambaran, 'oke, ini adalah masalah besar'," tandasnya.

Scambos mengatakan "masalah besar" yang terungkap dari penelitian ini adalah bahwa "perubahan dari inti Bumi kini cenderung lebih besar daripada tren hilangnya es di kutub, meskipun hilangnya es telah meningkat dalam dekade terakhir."

"Ini adalah momen yang 'wah' bagi beberapa aplikasi komputer," katanya. Namun, kata dia bagi kebanyakan orang kehidupan akan berjalan seperti biasa.

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat