yoldash.net

Ahli Bicara Teori Big Bang dalam Al-Qur'an

Teori kreasi alam semesta yang paling populer dan logis, Big Bang, sudah dibicarakan dalam Al-Qur'an 14 abad lalu. Simak penjelasannya.
Ilustrasi. Teori fisika penciptaan alam semesta yang paling populer, Big Bang, sudah dibicarakan dalam Al-Qur'an. (istock/Vitalina)

Jakarta, Indonesia --

Teori fisika tentang penciptaan alam semesta yang paling populer dan logis, Big Bang atau Ledakan Besar, sudah dibicarakan dalam Al-Qur'an 14 abad lalu. Simak persamaannya.

Al-Qur'an sendiri turun berangsur pada 14 abad lalu (mulai 610 Masehi). Sementara, teori Big Bang baru muncul di abad 20.

Salah satu yang dijelaskan dalam Al-Quran adalah tentang penciptaan Bumi, yakni dalam surat Al-Anbiya' ayat 30. Ayat ini dihubungkan dengan teori big bang, karena terdapat kemiripan antara ayat Alquran dengan teori big bang tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman?" demikian terjemahan ayat tersebut, dikutip dari NU.

ADVERTISEMENT

Tafsir ayat ini salah satunya bisa dilihat di Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka. 

Berdasarkan studi yang diterbitkan di Jurnal Tafsere bertajuk 'Konsep Penciptaan Bumi dalam Al-Qur'an [Studi terhadap Qs. Al-Anbiya': 30] Menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar', surat tersebut menjelaskan awal alam semesta yang merupakan satu kesatuan.

"Ayat ini dihubungkan dengan teori big bang, karena terdapat kemiripan antara ayat Alquran dengan teori big bang tersebut," menurut peneliti dari IAIN Bukittinggi itu.

Menurut penulis, frasa "fafataqnahuma" pada ayat tersebut merupakan "isyarat tentang apa yang terjadi pada langit dan bumi (diumpamakan cairan atom/ segumpal) pertamanya berupa ledakan dahsyat."

Hal itu mengakibatkan tersebarnya benda-benda alam raya ke seluruh penjuru, yang berakhir dengan terciptanya berbagai benda langit yang terpisah, termasuk tata surya dan bumi.

"Jika dihubungkan dengan teori big bang maka penafsiran tersebut sejalan dengan teori big bang," kata penulis.

Dari satu kesatuan itu, kata penulis, atas kehendak Allah, langit dan bumi dipisahkan. Langit diangkat ke atas dan membiarkan bumi berada di bawah. Keduanya terpisahkan oleh udara, hingga hujan turun dari langit dan tanah pun menumbuhkan tanaman- tanaman.

Seberapa mirip dengan Big Bang?

Paul M. Sutter, profesor riset Astrofisika di SUNY Stony Brook University dan Flatiron Institute, AS, melansir LiveScience, menyebut Teori Big Bang memaparkan soal muasal alam semesta dari satu titik maha padat dengan kekuatan gravitasi tak terkira.

Titik ini kemudian 'meledak' dan terus berkembang menjadi semesta saat ini.

Ada beberapa teori soal pembentukan alam semesta. Namun, sejauh ini yang paling ilmiah dan populer dengan ragam variasinya adalah teori Ledakan Besar tersebut.

Konsep ini bisa dilacak sejak 1927. Seorang pendeta dan ilmuwan Belgia bernama George Lemaitre menyebut alam semesta dimulai sebagai sebuah atom purba besar yang hamil kemudian meledak dan mengirimkan atom-atom yang lebih kecil yang kita lihat hari ini.

Pada 1929, astronom Edwin Hubble menemukan bahwa alam semesta ini tidak statis dan terus mengembang. Konsep ini kemudian berkembang menjadi teori Big Bang seperti yang diusulkan oleh astronom Fred Hoyle.

Pada intinya, teori Big Bang ini memaparkan bahwa semesta berasal dari satu titik maha padat dengan kekuatan gravitasi tak terkira. Titik ini kemudian 'meledak' dan terus berkembang menjadi semesta saat ini.

Masalahnya, hukum fisika tak berlaku dalam kondisi maha ekstrem pada masa awal pembentukan alam semesta itu. Hal ini menyulitkan para ilmuwan untuk membuktikan dan mengetahui dengan pasti apa yang terjadi saat itu.

Dikutip dari BBC, serangkaian perhitungan dan observasi antariksa membawa pada penjelasan ke sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu. Berikut kronologi 'awal' semesta:

1. 0 detik ledakan besar. Semua materi di alam semesta muncul dari satu titik atau singularitas yang maha padat.

2. Kurang dari satu detik setelah ledakan besar, semuanya amat samar.

3. Sekian detik usai ledakan besar. Materi mengembang dengan kecepatan dan suhu yang sangat tinggi, berlipat ganda setiap 10-34 detik, menciptakan ruang saat mengembang dengan cepat.

Dalam sepersekian detik, gravitasi dan semua gaya lainnya terbentuk. Energi berubah menjadi partikel materi dan antimateri, yang sebagian besar saling menghancurkan. Untungnya, beberapa hal selamat.

Proton dan neutron mulai terbentuk dalam detik pertama; dalam beberapa menit proton dan neutron ini dapat berfusi dan membentuk inti hidrogen dan helium.

4. Saat alam semesta berusia belasan menit, pakar mengungkap kondisinya berupa sup proton, neutron, dan elektron yang intens, masih bisa dijangkau oleh teori fisika yang sama yang digunakan untuk memahami bom nuklir dan reaktor nuklir.

5. Saat semesta berusia beberapa puluh menit, kondisinya adalah kumpulan proton, neutron, dan elektron yang amat banyak.

Kelemahan

Paul menerangkan teori Big Bang ini punya kelemahan lantaran belum ada teori fisika yang bisa menjelaskan secara utuh. Saking tingginya gravitasi dan energi lainnya, semua teori fisika runtuh.

Misalnya, teori relativitas umum Einstein. Teori ini tak bisa menjelaskan saat alam semesta dijejalkan ke dalam satu titik padat yang tak terhingga; singularitas Big Bang.

Singularitas (kondisi hukum fisika tak berlaku, tak ada lagi kapan dan di mana) sering dibingkai sebagai "permulaan" alam semesta. Tapi, kata dia, itu sama sekali bukan permulaan.

Secara matematis, singularitas pada Big Bang tidak memberitahu kita bahwa alam semesta bermula dari sana. Sebaliknya, kondisi itu cuma memberi tahu kita bahwa relativitas umum itu telah kehilangan kekuatannya untuk memprediksi dan menjelaskannya.

Sutter juga mengatakan manusia belum memiliki teori fisika yang bisa mengatasi kondisi suhu dan tekanan yang amat sangat tinggi di tahap Ledakan Besar ini.

Ia mencontohkannya saat alam semesta berusia 380 ribu tahun setelah Big Bang.

Saat itu, volumenya satu juta lebih kali lebih kecil dari ukurannya saat ini. Suhu rata-ratanya 10 ribu Kelvin atau 9.726 derajat Celsius. Saking panas dan padatnya, materi menjadi plasma, yakni saat atom terkoyak menjadi proton, neutron, dan elektron.

Artinya, kata dia, untuk memahami sepenuhnya saat-saat awal alam semesta, manusia membutuhkan teori fisika baru.

[Gambas:Video CNN]

(lom/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat