yoldash.net

Apa yang Terjadi Sebelum Big Bang?

Teori fisika terkuat soal awal mula semesta adalah Dentuman Besar atau Big Bang. Lalu adakah kejadian sebelum 'ledakan' itu?
Ilustrasi. Big Bang, teori awal mula semesta yang menyebut muasalnya dari satu titik ultra-padat yang kemudian terus mengembang. (Tangkapan layar web nasa.gov)

Jakarta, Indonesia --

Teori Dentuman Besar di dunia sains dianggap sebagai awal dari segalanya, sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu. Alam semesta meledak dan berkembang menjadi 'ada'. Lalu seperti apa kondisi sebelum Big Bang?

Sean Carroll, fisikawan teoretis di California Institute of Technology menyebut "Big Bang adalah momen dalam waktu, bukan titik dalam ruang."

Menurut penulis 'The Big Picture: On the Origins of Life, Meaning and the Universe Itself' (2016) itu, ada kemungkinan bahwa alam semesta pada Big Bang sangat kecil atau sangat besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasalnya, tidak ada cara untuk melihat ke masa lalu. Yang kita benar-benar tahu, kata Caroll dikutip dari LiveScience, adalah bahwa Big Bang itu "sangat, sangat padat dan dengan cepat menjadi kurang padat."

ADVERTISEMENT

Pada Dentuman Besar, lanjutnya, segala sesuatu menjadi lebih padat dan lebih panas daripada sekarang, tetapi tidak ada lagi yang "di luar" daripada yang ada saat ini.

Saat menjawab soal potensi seseorang, dengan pandangan seperti dewa, berdiri dalam kehampaan [di luar semesta] sambil melihat 'bayi' alam semesta yang mengerut tepat sebelum Big Bang, Carol menyebut itu tidak mungkin.

Baginya, alam semesta tidak mengembang ke luar angkasa; ruang itu sendiri lah yang diperluas.

"Tidak peduli di mana Anda berada di alam semesta, jika Anda menelusuri kembali 14 miliar tahun [lalu], Anda sampai pada titik di mana [semesta] itu sangat panas, padat, dan berkembang pesat," kata dia.

Caroll mengakui tidak ada yang tahu persis apa yang terjadi di alam semesta sampai 1 detik setelah Big Bang, ketika alam semesta cukup mendingin buat proton dan neutron bertabrakan dan tetap bersatu.

Paul M. Sutter, astrofisikawan di SUNY Stony Brook dan Flatiron Institute di New York City, menyebut perjalanan saintifik ke momen pertama kosmos atau semesta matematika membuat matematika semakin sulit untuk dipecahkan, sampai ke titik di mana semuanya berhenti.

Tanda utama bahwa kita memiliki medan yang belum dijelajahi adalah singularitas atau titik dengan kepadatan tak terhingga, awal Dentuman Besar.

Lihat Juga :

Dilihat dari nilai nominalnya, ini memberi tahu kita bahwa pada satu titik, alam semesta dijejalkan ke dalam titik yang sangat kecil dan sangat padat.

Sutter menyebut ini jelas tidak masuk akal, dan yang benar-benar memberitahu kita adalah bahwa kita membutuhkan fisika baru untuk menyelesaikan masalah ini. Alat (toolkit) kita, kata dia, saat ini tidak cukup baik. 

Bermacam teori dan hipotesis

Beberapa ilmuwan pun merilis pandangannya terkait Big Bang. Jika teori-teori itu semua terdengar agak halu, itu karena para ilmuwan belum memiliki cara untuk mengintip kembali ke momen Big Bang, apalagi apa yang terjadi sebelumnya.

Namun, Caroll menyebut tetap ada ruang untuk bisa dijelajahi.

Deteksi gelombang gravitasi dari tabrakan galaksi yang kuat pada tahun 2015 membuka kemungkinan bahwa gelombang ini dapat digunakan untuk memecahkan misteri mendasar tentang perluasan alam semesta pada detik krusial pertama itu.

Fisikawan teoretis juga memiliki pekerjaan yang harus dilakukan, kata Carroll, seperti membuat prediksi yang lebih akurat tentang bagaimana gaya kuantum seperti gravitasi kuantum dapat bekerja.

"Kami bahkan tidak tahu apa yang kami cari," kata Carroll, "sampai kami punya teori."

Berikut di antaranya teori-teori tersebut:

1. Awal dari segala awal

Hal ini diutarakan karena ketiadaan bukti atau alat untuk mengukur apa yang terjadi sebelum Big Bang.

Fisikawan Stephen Hawking menyebut momen Big Bang ini adalah yang paling penting: sebelum Big Bang, katanya, peristiwa tidak dapat diukur, dan dengan demikian tidak dapat ditentukan.

Hawking menyebut ini hipotesis tanpa tapal batas (no-boundary proposal): waktu dan ruang, katanya, terbatas, tetapi mereka tidak memiliki batas atau titik awal atau akhir, sama seperti planet Bumi yang terbatas tetapi tidak memiliki ujung.

"Karena peristiwa sebelum Big Bang tidak memiliki konsekuensi pengamatan, seseorang mungkin juga memotongnya dari teori dan mengatakan bahwa waktu dimulai saat Big Bang," katanya dalam sebuah wawancara di acara National Geographic "StarTalk" pada 2018.

Karena pandangannya itulah, dalam buku terakhirnya 'Brief Answers to Big Questions' (2018), Hawking menutup potensi soal keberadaan Tuhan.

"Saya pikir alam semesta tercipta secara spontan dari ketiadaan, menurut hukum sains. Jika Anda menerima itu seperti saya, bahwa hukum alam itu tetap, maka tidak dibutuhkan waktu lama untuk bertanya: Apa ada peran tersisa untuk Tuhan?" cetusnya.

Baginya, pandangan bahwa hukum-hukum fisika, termasuk teori Big Bang, adalah ciptaan Tuhan tak memberi bukti nyata soal wujud Pencipta.

"Jika Anda suka, Anda dapat mengatakan hukum-hukum itu kreasi Tuhan. Tetapi hal itu lebih kepada definisi dari Tuhan ketimbang bukti eksistensinya," tulis Hawking.

"Apakah Tuhan menciptakan hukum kuantum yang dapat membuat Big Bang terjadi?" tulis Hawking, "Saya tidak berkeinginan menyerang kepercayaan siapa pun, tetapi saya kira, sains punya penjelasan yang lebih menarik ketimbang entitas abadi itu."

Teori Dawai di halaman berikutnya...

Semesta Cermin Hingga Ekpyrotic

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat