yoldash.net

Saat Hawking dan Einstein Bicara Soal Tuhan

Ilmuwan sejauh ini belum bisa membuktikan keberadaan Tuhan berdasarkan penyelidikan awal alam semesta. Apakah itu berarti tak ada Pencipta?
Ilustrasi berdoa kepada Tuhan. Apakah sainstis percaya Pencipta? (Foto: Adhi Wicaksono)

Jakarta, Indonesia --

Para fisikawan besar memandang sebelah mata peran Tuhan dalam penciptaan alam semesta lantaran konsep tersebut tak tertangkap dalam teori dan observasi. Namun, apakah itu berarti membuktikan tak ada Pencipta?

Salah satu teori yang digunakan sebagai bahan skeptisisme terhadap konsep ketuhanan adalah teori ledakan besar atau Big Bang. Gagasan ini mengungkap alam semesta dimulai dengan satu titik maha padat yang lebih kecil dari atom, dengan kekuatan gravitasi tak terperi.

Titik ini kemudian 'meledak' untuk kemudian mengembang cepat menjadi semua materi, energi, dan ruang kosong yang kini meluas menjadi alam semesta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :

Saat para ilmuwan hendak menyelidiki awal yang benar-benar awal dari semesta, semua mentok. Masalahnya, saat alam semesta masih dalam kondisi titik ultra-padat, konsep waktu dan ruang menjadi tak ada. Tak ada awal, tak ada akhir. 

Fisikawan besar Stephen Hawking, dalam buku terakhirnya, "Brief Answers to Big Questions (2018), dikutip dari LiveScience, mencontohkan dengan lubang hitam; bintang runtuh yang begitu padat, yang bahkan cahaya pun tak bisa lolos dari tarikannya.

ADVERTISEMENT

Lubang hitam, seperti alam semesta sebelum Big Bang, memadat menjadi singularitas (kondisi hukum fisika tak berlaku, tak ada ruang dan waktu).

Di titik massa yang amat sangat padat ini, gravitasi begitu kuat sehingga mendistorsi waktu serta cahaya dan ruang. Sederhananya, di kedalaman lubang hitam, tak ada yang namanya waktu.

Karena alam semesta juga dimulai sebagai singularitas, Hawking menyebut waktu itu sendiri tidak mungkin ada sebelum Big Bang. Maka, jawaban Hawking atas apa yang terjadi sebelum Big Bang adalah, "tidak ada waktu sebelum Big Bang."

"Kami akhirnya menemukan sesuatu yang tidak memiliki penyebab, karena tidak ada waktu untuk penyebab," tulis Hawking, "Bagi saya ini berarti tidak ada kemungkinan keberadaan Pencipta, karena tidak ada waktu bagi pencipta untuk ada."

Pria yang kehidupannya difilmkan dalam The Theory of Everything (2014) itu pun menyatakan "alam semesta diciptakan secara spontan dari ketiadaan, menurut hukum sains".

"Jika Anda seperti saya, menerima bahwa hukum alam itu tetap, maka tidak butuh waktu lama untuk bertanya: Apa peran Tuhan?" lanjut dia, yang meninggal di tahun 2018.

Bagi Hawking, dan banyak ilmuwan lainnya, gabungan hukum gravitasi, relativitas, fisika kuantum, dan lainnya dapat menjelaskan segala sesuatu yang pernah terjadi atau akan terjadi di alam semesta.

"Jika Anda suka, Anda bisa mengatakan bahwa hukum [fisika] adalah karya Tuhan, tapi itu lebih merupakan definisi Tuhan ketimbang bukti keberadaanNya," tulis pria yang menderita penyakit saraf motorik yang membuatnya mengalami kelumpuhan itu.

"Apakah Tuhan menciptakan hukum kuantum yang memungkinkan terjadinya Big Bang?" kata Hawking, "Saya tidak ingin menyinggung keyakinan siapa pun, tapi menurut saya sains memiliki penjelasan yang lebih meyakinkan daripada Pencipta."

Terlepas pandangannya tentang Pencipta, Hawking masih menyisakan ruang yang cukup untuk harapan, keajaiban, dan, terutama, rasa sukur.

"Kita memiliki satu kehidupan ini untuk mengapresiasi rancangan besar alam semesta," Hawking menyimpulkan bab pertama dari buku terakhirnya itu," dan untuk itu saya sangat bersukur."

Einstein bicara Tuhan di halaman berikutnya...

Tuhan Menurut Einstein

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat