yoldash.net

Kisah Kegagalan Albert Einstein Satukan 2 Teori yang Bertentangan

Albert Einstein hingga akhir hayatnya gagal menyatukan dua teori yang saling bertentangan. Teori apa itu?
Albert Einstein gagal menyatukan teori relativitas umum dengan mekanika kuantum hingga akhir hayatnya. (REUTERS/ANTONY PAONE)

Jakarta, Indonesia --

Fisikawan Albert Einstein punya mimpi yang belum juga tercapai sampai ia meninggal dunia 18 April 1955. Ia gagal menyatukan teori relativitas umum dengan mekanika kuantum.

Einstein mencetuskan teori relativitas pada awal tahun 1900an. Seiring zaman, teori tersebut telah melalui beragam ujian dan lulus dengan memuaskan.

Mengutip Space, teori relativitas umum dari Einstein mampu mendeskripsikan beragam fenomena, dari mulai momen penciptaan hingga akhir waktu dan bahkan perjalanan dari luar angkasa jauh hinga ke lubang hitam yang besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teori Einstein pun telah berkontribusi menciptakan hasil karya lain seperti gelombang gravitasi, orbit merkurius, dan lensa gravitasi.

ADVERTISEMENT

Akan tetapi, ketika diaplikasikan ke dalam dunia kuantum atau sub-atomik. Ia pun berdebat dengan fisikawan Niels Bohr soal teori tersebut.

Pada akhirnya teori Bohr menang sehingga Einstein memasukkan teori kuantum ke dalam perhitungannya. Einstein lalu mencoba mengaplikasikan teori gravitasinya ke dalam dunia super kecil kuantum.

Hasilnya, usaha Einstein gagal.

Einstein menghabiskan sisa hidupnya tanpa sekalipun kesuksesan mengintegrasikan teori relativitas umum dengan mekanika kuantum hingga ia meninggal. Kini 'peninggalan' Einstein sampai saat ini masih tersimpan di Philadelphia's Mütter Museum and Historical Medical Library.

Di sana, tersimpan irisan otak Einstein yang diambil oleh Thomas Harvey saat mengautopsinya namun gagal dikembalikan.

Mengutip dari Live Science, Harvey kemudian mengklaim telah mendapat persetujuan putra Einstein soal itu. Namun keluarga Einstein membantah hal tersebut.

Masalah Fundamental

Don Lincoln, ilmuwan senior di US Department of Energy's Fermilab menilai, masalah awal pada teori relativitas umum dan mekanika kuantum adalah soal sistemik: "Teori relativitas menggunakan serangkaian persmaan diferensial yang menggambarkan apa yang disebut para matematikawan sebagai ruang yang halus dan dapat dibedakan," katanya.

"Dalam istilah Layman, itu artinya matematika teori relativitas umum berarti halus tanpa ujung yang lancip," tulis Lincoln lagi.

Hal sebaliknya terjadi di mekanika kuantum yang menggambarkan sebuah dunia yang terkuantikasi (quantized world) misalnya sebuah dunia di mana materi datang dalam potongan-potongan yang terpisah.

Pada intinya, matematika dari dua teori tersebut (persamaan diferensial dari teori relativitas umum dan matematika diskret dari mekanika kuantum) secara fundamental berselisih.

Adanya hal tersebut bukan berarti kesulitan yang tidak dapat diatasi. Lagipula, bagian dari mekanika kuantum dideskripsikan dengan baik oleh persamaan diferensial.

Namun masalah muncul jika seseorang mencoba menggabungkan dua teori tersebut yakni ketidakterbatasan yang berlimpah. Ketika hal itu muncul dalam kalkulasi, itu berarti Anda entah bagaimana telah membuat kesalahan.

Sejauh ini, belum ada teori gravitasi kuantum yang bisa diterima secara luas. Sederhananya, pertanyaan soal itu sangat sulit untuk saat ini. Dunia mikro dari kuantum dan dunia makro dari gravitasi telah lama saling berlawanan. 

Kendati demikian, para pakar terus mencari cara menemukan kaitan yang dapat menyatukan kedua teori tersebut. Di saat yang sama, teori gravitasi kuantum tetap menjadi salah satu tujuan sains modern yang paling ambisius - harapan bahwa suatu hari nanti impian Einstein bisa terwujud.

(can/lth)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat