yoldash.net

Lubang Hitam Bisa Jadi Mesin Waktu?

Bisakah lubang hitam menjadi mesin waktu? Simak penuturan ahli terkait efek gravitasi yang amat besar terhadap perjalanan lintas kala itu.
Bisakah lubang hitam menjadi mesin waktu? (iStockphoto/Elen11)

Jakarta, Indonesia --

Lubang hitam disebut-sebut dapat digunakan sebagai mesin waktu untuk ke masa depan atau kembali ke masa lalu. Benarkah asumsi tersebut?

Pendapat semacam itu muncul terutama di karya fiksi ilmiah. Film Interstellar (2014) contohnya. Karakter protagonis Cooper diceritakan jatuh ke lubang hitam gargantua hingga kemudian bisa memberi sinyal kepada putrinya di masa lalu. 

Lubang hitam sendiri terbentuk ketika bintang yang sekarat runtuh dengan sendirinya. Bedanya, ia kini menjadi objek amat padat dengan gravitasi super kuat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :

Saking kuatnya gravitasi lubang hitam, cahaya pun tak sanggup keluar jika sudah terperangkap.

ADVERTISEMENT

Padahal, cahaya adalah benda tercepat yang diketahui sejauh ini. Fakta itu pula yang membuat lubang hitam berwarna hitam lantaran cahaya tidak bisa dipantulkan ke arahnya.

Menurut Teori Relativitas Umum Albert Einstein, energi dan materi melengkung dan memanjangkan luar angkasa. Contoh sederhananya, semakin besar obyeknya, semakin renggang dan melengkung pula ruang yang ada di sekitarnya.

Mengutip The Conversation, ketika ruang merenggang, hal yang sama terjadi juga dengan waktu. Jam yang berada di dekat obyek luar angkasa yang sangat besar akan berdetak lebih lambat daripada jam yang berada lebih jauh.

Jika mengambil contoh lubang hitam, satu tahun di sana sama dengan 80 tahun di Bumi. Dengan cara itulah, lubang hitam bisa digunakan sebagai mesin waktu.

Contoh sederhananya, ambil selembar kertas lalu rapatkan kedua ujung dari kertas itu untuk membentuk lingkaran di tengah. Seperti itulah yang diperbuat lubang hitam terhadap waktu.

Hal tersebut membuat lubang hitam menjadi mesin waktu alami. Jika kita dapat entah bagaimana bisa masuk ke lingkaran itu, kita akan menemukan diri kita berada di titik mula di masa depan dan berakhir di satu titik di masa lalu.

Lantas, apakah dengan hal itu kita bisa kembali ke masa lalu atau berada di masa depan?

Sam Baron, Associate Professor Filsafat Sains di Universitas Katolik Australia, menilai hal tersebut tidak sesederhana yang dibayangkan akibat tiga masalah. Pertama, kita hanya bisa berjalan ke masa lalu si lubang hitam tersebut.

Itu artinya, jika sebuah lubang hitam muncul misalkan setelah dinosaurus punah, kita tidak dapat pergi ke masa yang lebih jauh daripada itu.

Kedua, kita mungkin harus melintasi apa yang disebut horizon peristiwa (event horizon) atau permukaan lubang hitam.

Melansir LiveScience, horison peristiwa bukan berbentuk batasan fisik. Ia bukan sebuah lapisan atau permukaan.

Lihat Juga :

Event horizon adalah jarak tertentu dari singularitas yang merupakan titik kepadatan abadi yang membuat sebuah obyek tidak dapat keluar jika jatuh ke dalamnya.

Untuk bisa melepaskan diri dari event horizon dan singularitas, Baron menyebut sesuatu harus bisa melaju lebih cepat dari cahaya. Sayangnya, hal tersebut tidaklah mungkin.

Ketiga, pesawat dan diri kita bisa saja mengalami proses 'spaghettification' alias merenggang seperti mi. Yang ekstrem, pesawat dan diri kita bisa merenggang hingga membuat kita berubah menjadi atom yang mengambang di kehampaan.

"Saat Anda melintasi horizon peristiwa, Anda akan terbentang rata, seperti mi. Nyatanya, Anda mungkin akan diregangkan begitu tipis sehingga Anda hanya akan menjadi untaian atom yang berputar ke dalam kehampaan," tutur Baron.

"Jadi, meskipun menyenangkan untuk memikirkan sifat-sifat lubang hitam yang membengkokkan waktu, di masa depan kunjungan ke era dinosaurus harus tetap berada di alam fantasi," tandasnya.

[Gambas:Video CNN]

(can/lth)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat