yoldash.net

Apakah Jam Bisa Ngaret?

Waktu lebih 'ngaret' dari yang dibayangkan terutama karena terikat ruang dan gravitasi. Simak cara kerja lengkap sang kala.
Ilustrasi. Waktu tak sekaku seperti yang dibayangkan terutama karena gravitasi. (Foto: morgueFile/bluescreen)

Jakarta, Indonesia --

Waktu tak terpisahkan dari hidup; masa lalu, kini, dan masa depan. Namun, cara kerjanya tak sekaku yang dikira. Sang kala bisa 'ngaret' terutama karena faktor ruang dan gravitasi.

Dilansir dari Howstuffworks, kita menggunakan jam hingga detik untuk membagi hari dalam satuan yang lebih kecil. Kita menggunakan kalender untuk mengelompokkan hari menjadi tingkatan yang lebih besar.

Dulu, manusia menganggap waktu itu konstan alias kaku, pasti sedetik itu segitu ukuran durasinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :

Pada abad ke-17, misalnya, fisikawan Isaac Newton mengibaratkan waktu sebagai anak panah yang ditembakkan dari busur, berjalan dalam garis lurus dan tidak pernah menyimpang dari jalurnya. Bagi Newton, satu detik di Bumi sama lamanya dengan detik di Mars, Jupiter, atau di luar angkasa.

Dia percaya gerak absolut tidak dapat dideteksi, yang berarti tidak ada sesuatu pun di alam semesta yang memiliki kecepatan konstan, bahkan cahaya. Waktu harus berdetak dari satu detik ke detik berikutnya, tanpa perbedaan antara dua titik waktu yang dilaluinya.

ADVERTISEMENT

Gagasan lama para ilmuwan juga mengira bahwa ruang dan waktu terpisah, dan bahwa alam semesta hanyalah sekumpulan benda kosmik yang tersusun dalam tiga dimensi.

Seiring kemajuan temuan fisika, para peneliti menyebut waktu tidak konstan dan tidak sesederhana kelihatannya. Ada celah 'jam karet' alias elastisitas waktu, meski tak seperti fenomena sosial yang lazim ditemui di Indonesia. 

Pada 1905, Albert Einstein menegaskan kecepatan cahaya tidak bervariasi, tetapi konstan, bergerak dengan kecepatan 299.792 kilometer per detik. Dia mengibaratkan waktu lebih seperti sungai, pasang surut tergantung pada efek gravitasi dan ruang-waktu.

Waktu akan dipercepat dan diperlambat di sekitar benda kosmologis dengan massa dan kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu satu detik di Bumi bukanlah durasi waktu yang sama di mana pun di alam semesta, seperti dikutip dari Space.

Beberapa dekade kemudian, teori Einstein terbukti benar. Pada Oktober 1971, fisikawan J.C. Hafele dan Richard Keating menguji teori Einstein dengan menerbangkan empat jam atom cesium di pesawat keliling dunia, menuju ke timur dan kemudian ke barat.

Dalam makalah mereka yang diterbitkan pada 1972 di jurnal Science, Hafele dan Keating melaporkan jam udara sekitar 59 nanodetik lebih lambat dari jam atom berbasis darat saat bergerak ke timur, dan 273 nanodetik lebih cepat daripada jam darat saat bergerak ke barat.

Hasil tersebut mendukung teori Einstein bahwa waktu berfluktuasi di seluruh alam semesta.

Einstein juga memperkenalkan konsep waktu sebagai dimensi keempat, yang berarti ruang dan waktu terkait erat. Teori relativitas umumnya menunjukkan bahwa ruang-waktu mengembang dan berkontraksi bergantung pada momentum dan massa materi di dekatnya.

Hal itu kemudian dibuktikan oleh Gravity Probe B NASA, yang menunjukkan bahwa ruang dan waktu memang terhubung.

Kenapa waktu cuma bisa maju?

Meskipun Newton dan Einstein mengemukakan teori-teori yang saling bertentangan soal waktu, kedua jenius itu sepakat bahwa waktu hanya bergerak maju. Sejauh ini, nol bukti fisik bahwa ada entitas di alam semesta yang dapat menghindari waktu, bergerak mundur, atau melompat ke masa depan.

Para ilmuwan tidak sepenuhnya yakin alasannya, tetapi mereka memiliki beberapa teori.

Teori pertama bergantung pada Hukum Kedua Termodinamika. Hukum ini menyatakan bahwa segala hal di alam semesta cenderung bergerak dari entropi rendah ke tinggi, dari keseragaman ke ketidakteraturan. Contohnya, dari Big Bang bergerak ke susunan galaksi dan penghuninya yang hampir acak di masa kini.

Gerak maju waktu ini dikenal sebagai "panah waktu" yang diciptakan oleh astronom Inggris Arthur Eddington pada 1928.

Teori lain menunjukkan bahwa berlalunya waktu disebabkan oleh alam semesta kita yang mengembang pasca-ledakan besar (Big Bang). Saat alam semesta mengembang, ia menarik waktu bersamanya karena ruang dan waktu terhubung menjadi satu.

Apakah berarti jika alam semesta mencapai batas ekspansi dan mulai menyusut, maka waktu akan berbalik mundur? Bisakah waktu jadi bergerak mundur saat kembali ke titik awal sebelum Big Bang, yang bisa disebut sebagai Big Crunch?

Ilmuwan tak punya bukti ilmiah sejauh ini. Namun, manusia dapat mendalilkan apa yang mungkin terjadi. Kita tunggu saja teori-teori fisika revolusioner berikutnya selepas era Einstein dan Stephen Hawking.

(lom/arh)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat