yoldash.net

Apa Jadinya Jika Suhu Tembus 50 Derajat Celsius? - Halaman 2

Suhu panas hingga lebih dari 50 derajat Celsius melanda sejumlah kota di dunia pada gelombang panas tahun ini. Simak apa dampaknya pada dunia.
Ilustrasi. Death Valley, AS, jadi tempat terpanas di Bumi. (Foto: REUTERS/STAFF)

Dev Niyogi, profesor di Purdue University, Indiana, AS, pernah jadi saksi bagaimana kota-kota terkena dampak panas ekstrem dalam penelitiannya ke New Delhi dan Pune, India, selama gelombang panas 2015 yang menewaskan lebih dari 2.000 orang.

"Anda bisa melihat perubahan fisiknya. Permukaan jalan mulai mencair, lingkungan menjadi sepi karena orang tidak keluar dan uap air naik dari tanah seperti fatamorgana gurun," kenangnya.

"Kita harus berharap bahwa kita tidak melihat [situasi] 50 derajat C. Itu akan menjadi wilayah yang belum terpetakan. Infrastruktur akan lumpuh dan ekosistem jasa akan mulai rusak, dengan konsekuensi jangka panjang."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Lonjakan kematian

Pada suhu 50 derajat Celsius atau setengah dari titik didih air dan lebih dari 10 derajat Celsius di atas suhu tubuh yang sehat, suhu panas dapat berubah menjadi racun.

Ketika berada pada kondisi tersebut, sel-sel manusia mulai mendidih, darah mengental, otot-otot mengunci di sekitar paru-paru dan otak kekurangan oksigen.

Dalam kondisi kering, keringat dapat mengurangi dampaknya. Namun, perlindungan ini akan melemah jika sudah ada uap air di udara.

Beberapa rumah sakit mendirikan bangsal spesialis. Para lansia, penderita obesitas, dan orang sakit jadi yang paling berisiko.

Di hampir semua negara yang mengalami panas ekstrem, tingkat rawat inap dan kematian cenderung meningkat ketika suhu melewati 35 derajat C. Dan ini makin lebih sering terjadi di banyak tempat.

Studi bertajuk "Future We Don't Want" dari aliansi kota-kota besar dunia, C40, memperkirakan jumlah penduduk kota yang terpapar panas ekstrem akan meningkat delapan kali lipat, menjadi 1,6 miliar, hingga 2050.

Niyogi pun mewanti-wanti adaptasi tak cuma perlu pada desain kota, tetapi juga bagaimana warga hidup di dalamnya. Namun, yang lebih dulu diantisipasi adalah efek bencana dari panas ekstrem, seperti banjir dan angin topan.

"Panas itu berbeda," kata Niyogi yang juga menjabat pimpinan Urban Environment Department di American Meteorological Society.

"Anda tidak melihat suhu merayap hingga 50 derajat C. [Kenaikan suhu] itu bisa membuat orang tidak sadar," sindirnya.

(can/dmi)

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat