yoldash.net

Kenapa Harus Ada Kecoak di Dunia ini?

Benci mendalam kepada kecoak yang doyan terbang di rumah? Jika iya, Anda perlu menata ulang hati karena dia punya peran lebih penting daripada yang terlihat.
Kecoa dianggap 'makhluk kotor' di berbagai kebudayaan. (Foto: iStockphoto/ananaline)

Jakarta, Indonesia --

Gemar merayap cepat dan terbang menuju Anda, sering kedapatan di gelas kopi atau sisa makan, dan beraroma comberan yang unik. Atribut-atribut itu cukup membuat kecoak dianggap musuh bersama di Bumi.

Dikutip dari BBC, kebencian terhadap kecoak itu lintas generasi dan peradaban; warga Mesir kuno membuat mantra yang isinya permohonan kepada dewa berkepala domba Khnum untuk mengusir kecoak; di era Romawi kuno, penulis Gaius Plinius Secundus alias Pliny the Elder berkisah tentang sifat "menjijikkan" kecoak;

Penjelajah Inggris abad 17 John Smith dari Jamestown mengeluhkan "kotoran beraroma buruk" dari "cacarooch", yang dengan cepat menginvasi seluruh Dunia Baru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Walau sebenarnya secara logis tidak masuk akal untuk takut kecoak--kecoak bukanlah vektor/perantara penyakit seperti nyamuk, tidak menyedot darah manusia, belum tercatat jadi pemicu pandemi--, banyak orang kerap mempertanyakan apa fungsi mereka di dunia dengan segala sifat menjijikannya itu.

ADVERTISEMENT

Profesor dan ketua departemen biologi di University of Texas di Tyler sekaligus pakar dunia tentang kecoak Srini Kambhampati menjawab pertanyaan ini secara terbalik dengan menjelaskan apa yang akan terjadi jika kecoak tidak ada di dunia.

Hilangnya kecoak secara besar-besaran dari muka Bumi disebut akan berdampak besar. Serangga, termasuk kecoak, merupakan sumber makanan bagi berbagai spesies burung dan mamalia kecil, seperti tikus.

Meski kecoak bukan satu-satunya makanan bagi hewan tersebut, hilangnya kecoak dari daftar makanan dapat mengurangi pasokan makanan yang dapat berdampak turunnya populasi hewan-hewan ini.

Salah satu hewan yang bergantung penuh pada kecoak adalah tawon parasit. Tawon parasit biasanya menjadi parasit di telur kecoak, sehingga bergantung sepenuhnya pada hewan yang kerap dianggap jorok ini.

"(Tawon parasit) ini hampir pasti akan punah," kata Kambhampati, seperti dikutip Live Science.

Punahnya tawon parasit mungkin tak akan terlalu memberikan dampak, tetapi berkurangnya populasi tikus akan berpengaruh siginifikan kepada ekosistem.

Tikus yang berperan sebagai predator juga berperan sebagai mangsa. Penurunan populasinya akan berdampak pada pasokan makanan predatornya, seperti kucing, serigala, sejumlah reptil, hingga burung pemangsa seperti elang.

Keseimbangan ekosistem bisa terganggu, yang pada akhirnya berdampak pada hidup manusia.

Siklus nitrogen

Hilangnya kecoak dari ekosistem tak hanya berdampak pada dunia hewan, tetapi juga pada lingkungan, salah satunya yang disebut siklus nitrogen.

"Kebanyakan kecoak memakan bahan organik yang membusuk, yang menangkap banyak nitrogen," ujar Kambhampati.

"Kecoak menangkap banyak nitrogen yang kemudian [lewat kotorannya] masuk ke tanah dan digunakan oleh tanaman. Dengan kata lain, kepunahan kecoak akan berdampak besar pada kesuburan hutan dan oleh karena itu secara tidak langsung [berdampak] pada semua spesies yang hidup di sana," imbuhnya.

Sebagai informasi, sebagian besar spesies kecoak tinggal di hutan dan tak sampai 1 persen yang bersinggungan dengan kehidupan manusia.

"Ada sekitar lima atau enam spesies yang berasosiasi dengan manusia, dan sayangnya mereka memberi nama buruk pada 4.900 spesies [kecoak lainnya] yang hidup tenang di hutan," tandas Kambhampati, seperti dikutip dari Wired.

[Gambas:Video CNN]

(lom/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat