yoldash.net

Untuk Apa Manusia Jatuh Cinta?

Manusia biasanya mengalami jatuh cinta secara alami. Apa tujuan saintifik di balik 'berjuta rasa' cinta itu? Ujung-ujungnya agar manusia tidak punah.
Jatuh cinta ternyata memiliki alasan saintifik. (Foto: iStockphoto)

Jakarta, Indonesia --

Frasa 'jatuh cinta berjuta rasanya' dan 'cinta itu buta' sudah terlampau klise. Alih-alih meratapinya, para pakar lebih tertarik mengungkap proses kimiawinya di otak dan tujuannya dalam proses evolusi. Simak rinciannya.

Mengutip situs Mount Elizabeth, perasaan senang pada awal jatuh cinta distimulasi oleh tiga zat kimiawi di otak.

Pertama noradrenaline yang menstimulasi produksi adrenalin. Zat itu memicu detak jantung dan telapak tangan yang berkeringat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lihat Juga :

Kedua, zat dopamin yang menimbulkan perasaan menyenangkan bagi manusia. Ketiga, phenylethylamin yang dilepaskan ketika seseorang berdekatan dengan yang dicintainya.

Lebih lanjut, manusia pun biasanya mengalami tiga fase dalam jatuh cinta yakni nafsu, atraksi, dan keterikatan.

ADVERTISEMENT

Nafsu (lust) dikendalikan oleh level testosteron pada pria dan oestrogen pada wanita. Semua mamalia di muka bumi memiliki dua hal tersebut.

Kemudian, atraksi (attraction). Perasaan ini serupa dengan efek dari obat-obatan atau alkohol yakni euforia emosional dan perilisan sejumlah zat di otak termasuk dopamin, adrenalin, dan norepinephrine.

Lihat Juga :

Adrenalin lah yang menjadi penyebab pipi seseorang yang jatuh cinta biasanya memerah, berkeringat di tangan, dan detak jantung yang meningkat.

Selanjutnya ada keterikatan yang membuat dopamin serta norepinephrine diganti dengan oksitoksin. Oksitoksin (hormon peluk) muncul ketika seseorang merasa terikat secara emosional dan membuat rencana jangka panjang bersama.

Di sisi lain, mengutip Wired, jatuh cinta ternyata merupakan perasaan yang muncul dari alam bawah sadar. "Pikiran bawah sadar kita punya sekitar 10 kali informasi lebih banyak daripada otak rasional kita," kata neuro saintis Gabija Toleikyte.

"Jadi, ketika kita jatuh cinta dengan seseorang, itu terlihat seperti pengalaman sementara. Namun, otak sebetulnya sedang bekerja sangat keras untuk menghitung dan menghasilkan perasaan tersebut," imbuhnya.

Sementara itu, Helen Fisher, seorang antropolog biologi, membuat studi terhadap 17 orang yang baru jatuh cinta. 10 di antaranya adalah wanita, dan tujuh sisanya pria.

Dari hasil pemindaian otak mereka, diketahui ada aktivitas di area ventral tegmental, sebuah area di otak yang membuat dopamin dan mengirim stimulan ke area lainnya.

"Itu adalah bagian dari sistem apresiasi otak, jaringan otak yang menghasilkan keinginan, pencarian, energi, fokus dan motivasi," tulis Fisher.

Fisher juga mengatakan perasaan mencintai pada pandangan pertama mirip dengan ketakutan. "Ketakutan bisa diaktivasi kapan pun, begitu juga marah, gembira, sedih, jadi perasaan mencintai pun begitu," katanya.

Lihat Juga :

"Jadi ketika katakan ada gadis muda pergi ke kolam renang bersama keluarganya dan dia melihat ada pria di sisi lain, merupakan hal biasa untuk merasa tertarik karena mereka tidak berbaur dengan orang lainnya," ujar Fisher.

Terkait tujuan jatuh cinta, Toleikyte menuturkan hal itu dilakukan manusia untuk tidak merasa egois dan memikirkan orang lain. Sementara, Fisher menilai, manusia jatuh cinta adalah untuk bertahan hidup.

"Ikatan manusia berevolusi sejak empat juta tahun yang lalu dan bersama dengan itu, sistem otak tentang cinta romantis berevolusi, membiarkan kita untuk memulai proses pencarian pasangan dengan individu tertentu supaya meneruskan DNA kita ke masa depan," katanya.

[Gambas:Video CNN]

(lth/arh)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat