yoldash.net

Studi: Maksimal 128 Orang di Atas Candi Borobudur Jika Ingin Nyaman

Studi internal mengungkapkan angka maksimal pengunjung di atas Candi Borobudur 1.391 orang atau 128 orang secara bersamaan jika memperhitungkan kenyamanan.
Ilustrasi. Pembatasan pengunjung di Borobudur diperlukan untuk menjaganya dari kerusakan. (Foto: CNN Indonesia/Rahman Indra)

Jakarta, Indonesia --

Studi memperlihatkan pembatasan angka pengunjung harian di Candi Borobudur, dengan dan tanpa mempertimbangkan faktor kenyamanan, demi meminimalisasi kerusakan benda warisan Wangsa Syailendra berusia ribuan tahun itu.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan akan membatasi jumlah pengunjung di kawasan wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Caranya, membatasi jumlah pengunjung menjadi 1.200 orang per hari dan menaikkan harga tiket masuk menjadi US$100 dolar untuk wisatawan mancanegara dan Rp750 ribu untuk wisatawan domestik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu menuai polemik, terutama dalam hal kenaikan harga tiket. Sejumlah pihak menyebut langkah ini akan membatasi akses publik terhadap sejarah budaya bangsa.

Terlepas dari itu, beberapa penelitian mengungkapkan pentingnya pembatasan jumlah pengunjung, walau tak menyinggung soal kenaikan harga tiket.

ADVERTISEMENT

Sebuah kajian berjudul 'Physical Carrying Capacity (Daya Dukung Fisik) Candi Borobudur' yang ditulis oleh Isni Wahyuningsih dari Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, 2009, mengungkapkan perlu ada pembatasan pengunjung yang naik ke atas candi pada waktu bersamaan.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Magelang mencatat jumlah kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur mencapai 3,66 juta pada 2018. Angka tersebut naik menjadi 3,75 juta pada 2019, lalu turun menjadi 965.699 pada 2020.

"Dampak positif dari pemanfaatan Candi Borobudur antara lain mendatangkan manfaat/keuntungan secara ekonomis," demikian dikutip dari studi itu.

"Sedangkan dampak negatif yaitu terancamnya kelestarian candi yang ditimbulkan dari pemanfaatan tersebut," lanjutnya.

Ia merinci dampak negatif masalah pengunjung ini. Yakni, ausnya tangga candi akibat tekanan gesekan alas kaki pengunjung dengan batu candi, stabilitas candi akibat beban pengunjung, serta vandalisme (memanjat dinding candi/stupa, coret-coret, menggeser posisi batu, menggores/mencungkil batu atau relief candi, sampah) yang membahayakan batu-batu candi.

Isni lantas menggunakan rumus Daya Dukung Fisik Gun Douglas (1975) dan rumus modifikasinya oleh Fandeli dan Muhammad (2009), Isni mengungkapkan dua versi kapasitas maksimal pengunjung di tiga zona di Taman Wisata Candi Borobudur dengan atau tanpa mempertimbangkan faktor pemulihan.

Pertama, di atas monumen Candi Borobudur. Tanpa mempertimbangkan faktor pemulihan, kapasitas maksimal didapat 1.391 orang, dengan mempertimbangkan faktor pemulihan maksimal hanya 128 orang.

Kedua, di halaman atau pelataran Candi Borobudur. Tanpa melihat faktor pemulihan, angka maksimal adalah 5.670 orang, dan dengan faktor pemulihan 523 orang.

Ketiga, di taman wisata atau Zona II, kapasitas maksimalnya 111.666 orang, atau 10.308 orang dengan mempertimbangkan faktor pemulihan.

Berdasarkan Rencana Pengelolaan Pengunjung Borobudur tertanggal 31 Agustus 2020, mempertimbangkan faktor pemulihan berarti "wisatawan benar-benar memperoleh kenyaman dan secara leluasa dapat menikmati keagungan dan keindahan Candi Borobudur serta nyaman untuk membaca dan mencermati relief yang dipahatkan pada dinding-dinding candi".

"Secara ideal bangunan candi hanya layak dikunjungi oleh 128 orang," dikutip dari situs pu.go.id.

Jika tak mempertimbangkan faktor pemulihan, dalam waktu yang bersamaan Candi Borobudur dapat dinaiki oleh 1.391 orang.

"Namun kondisi demikian tentunya akan menimbulkan ketidaknyamanan pengunjung karena berdesak-desakan dan tentunya juga berpotensi akan mengancam kelestarian candi pada jangka panjang."

Kajian ini merupakan hasil kerjasama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Dalam kajiannya, Isni juga menyarankan perlunya kebijakan pembatasan pengunjung yang tetap memperhatikan kenyamanan dan kepuasan.

Bentuknya, pengaturan pola kunjungan/waktu kunjung ke candi agar pengunjung yang naik ke candi dapat terkontrol, misalnya dengan model tiket berlapis, sistem buka tutup sesuai dengan daya dukung candi, atau pengunjung tidak boleh naik ke candi kecuali untuk kepentingan tertentu.

"Mengoptimalkan fungsi taman sebagai peredam dan memencarkan pengunjung agar tidak naik bersamaan ke candi."

[Gambas:Video CNN]

(tim)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat