yoldash.net

Review Film: Ancika, Dia yang Bersamaku 1995 - Halaman 2

Review film Ancika Dia yang Bersamaku 1995: Ada beberapa alasan mengapa Ancika 1995 punya lebih banyak keunggulan dari versi trilogi asli Dilan.
Review film Ancika Dia yang Bersamaku 1995: Ada beberapa alasan mengapa Ancika 1995 punya lebih banyak keunggulan dari versi trilogi asli Dilan. (dok. MD Pictures via YouTube)

Hingga ketika Ancika 1995 tayang, saya mesti mengapresiasi Zee JKT48 dan Arbani Yasiz yang sukses melepas bayang-bayang Vanesha Prescilla dan Iqbaal Ramadhan sebagai ikon sejoli kisah Dilan. Terutama Arbani yang memang memerankan sosok Dilan.

Arbani mampu mengadaptasi berbagai gaya Dilan yang dulu digunakan Iqbaal dengan sangat baik dan natural tanpa harus terjebak pada bayang Iqbaal. Bahkan untuk sepersekian menit saya skeptis dengan pernyataan aktor 29 tahun tersebut bahwa ia dilarang menonton trilogi Dilan oleh Benni.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keputusan Pidi Baiq untuk langsung menunjuk Arbani nyatanya memang tepat. Meski usia Arbani kelewat lebih tua untuk Dilan dalam kisah asli film ini, ia mampu menampilkan kedewasaan sebagai tanda perkembangan karakter Dilan meski tidak signifikan.

Bila boleh lebih subjektif, justru karakter Dilan yang terbayang oleh saya ketika membaca novelnya beberapa tahun lalu lebih banyak muncul dalam sosok Arbani Yasiz dibanding saat dimainkan Iqbaal Ramadhan.

ADVERTISEMENT

Hanya saja, saya masih belum merasakan ada chemistry kuat antara Arbani dengan Zee di depan kamera, terutama untuk adegan-adegan asmara. Masih ada jarak yang terasa di antara keduanya, sehingga mereka memang tampil baik secara individu tapi kurang memuaskan sebagai pasangan.

Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 resmi tayang hari ini, Kamis (11/1) di bioskop Indonesia. Film ini merupakan film adaptasi dari buku bertujuk serupa karya Pidi Baiq.Review Film: Dengan tampilan Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 yang seperti ini, pihak studio diharapkan tidak menurunkan kualitas bila memang akan melanjutkan sebagian kisah dalam film ini dalam bentuk sekuel ataupun lepasan. (dok. MD Pictures via YouTube)

Apresiasi lain ingin saya berikan untuk tim desain produksi, art, sinematografi yang dipimpin Roy Lolang, editing, dan tata musik. Mereka bekerja dengan sangat baik untuk membuat Ancika 1995 ini sebagai film berkisah ringan dengan tampilan yang cukup berbobot.

Khususnya, pemilihan musik scoring oleh Andhika Triyadi yang sukses menebalkan atmosfer emosi dalam tiap cerita Ancika 1995.

Dengan tampilan Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 yang seperti ini, saya mengharapkan pihak studio tidak menurunkan kualitas bila memang akan melanjutkan sebagian kisah dalam film ini dalam bentuk sekuel ataupun lepasan.

Memang, ada beberapa bagian cerita dalam film ini yang sangat berpeluang untuk menjadi film lepasan. Namun saya sangat mewanti-wanti MD Picture dan Enam Sembilan Production selaku studio untuk tidak menurunkan standar dari yang sudah dilakukan di Ancika 1995 ini.

Bagi saya, biaya produksi yang bisa saya taksir mungkin menyentuh puluhan miliar rupiah ini cukup sepadan dengan hasilnya. Sekarang, tinggal bagaimana menantikan keputusan bisnis dari Manoj Punjabi dan Budi Ismanto selaku produser selepas Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 tayang di bioskop.

[Gambas:Youtube]



(end/end)

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat