yoldash.net

Review Film: Monster - Halaman 2

Film Monster karya sutradara Hirokazu Kore-eda menunjukkan betapa kuatnya sebuah perspektif manusia jika dilihat dari banyak kacamata.
Foto: (dok. Gaga /Toho via IMDb)

Tampaknya Yuji Sakamoto juga ingin mengirimkan kritik sosial lewat Monster bagaimana orang Jepang--atau mungkin manusia secara umum--rela mengorbankan seseorang demi menjaga nama baik diri sendiri atau institusi.

Kritik itu dia sampaikan lewat penggambaran karakter Makiko Fushimi, kepala sekolah tempat Minato belajar yang tidak terlihat serius menangani kasus salah siswanya itu--jika dilihat dari sudut pandang Saori.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penulisan naskah yang tanpa cela ini kemudian dikombinasikan dengan penyutradaraan Hirokazu Kore-eda yang bisa mewujudkannya menjadi gambar yang cantik dan apik di layar, tapi tidak melupakan rasa tragis di dalamnya.

Kore-eda mampu membagi perbedaan tiga sudut pandang dengan sangat jelas. Salah satunya lewat menekankan ekspresi mikro pada wajah para aktor.

ADVERTISEMENT

Hal tersebut membuat kita para penonton jadi bisa memahami seperti apa, sih, ketika satu karakter memandang si "monster" dari perspektifnya sendiri. Lalu, berganti menjadi seperti apa perspektif "monster" itu terhadap "monster" lainnya.

Monster (2023), film Jepang yang disutradarai oleh Hirokazu Kore-eda.Eita Nagayama sebagai Hori, guru sekolah Minato dalam film Monster. (dok. Instagram @kaibutsumovie)

Namun, kolaborasi antara Hirokazu Kore-eda dan Yuji Sakamoto tidak akan lengkap tanpa Ryuichi Sakamoto dalam sektor musik. Kombinasikan triple threat itu, maka terciptalah film yang luar biasa.

Musik yang digubah oleh Ryuichi Sakamoto memang terdengar menenangkan, tapi sebenarnya sangat mengerikan. Permainan piano dari musik yang diciptakannya membuat hati ini seperti disayat pelan-pelan. Persis seperti kisah Minato dan Yori, terlihat baik-baik saja di luar, tapi ada "badai" yang berkecamuk dalam diri mereka.

Monster juga tidak akan berarti tanpa akting yang sangat baik dari dua pemeran anak-anaknya, yaitu Soya Kurokawa dan Hinata Hiiragi. Keduanya, meskipun masih berusia belasan tahun, sangat berani memutuskan bekecimpung dalam film yang mengandung LGBT dan kekerasan dalam keluarga ini.

Berkat penulisan Yuji Sakamoto dan penyutradaraan Hirokazu Kore-eda, akting dari Kurokawa dan Hiiragi berhasil menyampaikan pesan yang tersirat dan tersurat dalam film Monster. Meski bersimpati terhadap kehidupan mereka yang masih muda, mereka tetap bisa menunjukkan bahwa hidup masih bisa dibawa tersenyum.

Lewat karakter Minato dan Yori, kita belajar bahwa setiap orang berhak meraih kebahagiaannya masing-masing. Tidak terlepas, bahkan terutama, bagi anak-anak.

Tiada satu "monster" pun yang bisa merenggut hal itu dari wajah anak-anak yang masih polos dan masih berusaha untuk mencari tempat yang tepat di dunia ini.

[Gambas:Youtube]



(pra/pra)

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat