yoldash.net

Cegah Anak Jadi Korban dan Pelaku Bullying, Orang Tua Harus Apa?

Keluarga jadi 'sekolah' pertama anak. Dari keluarga pula, anak bisa dicegah baik jadi pelaku maupun korban bullying. Seperti apa caranya?
Ilustrasi. Psikolog jelaskan apa yang perlu orang tua lakukan untuk mencegah anak jadi korban dan pelaku bullying. (iStockphoto)

Jakarta, Indonesia --

Keluarga jadi 'sekolah' pertama anak. Dari keluarga pula, anak bisa dicegah baik jadi pelaku maupun korban bullying. Seperti apa caranya?

Psikolog klinis anak dan remaja Monica Sulistiawati menuturkan sejauh pengalaman praktik dan teoritis dirinya, pelaku dan korban memiliki karakteristik tertentu.

"Ada hal tertentu yang bisa dilihat jadi potensi bahwa anak ini ada potensi, rentan jadi korban atau pelaku bullying," kata Monica pada Indonesia.com via telepon pada Selasa (14/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, anak-anak yang biasanya menjadi korban terlihat tertutup di sekolah, kurang percaya diri, cenderung menghabiskan waktu sendirian, dan ada kemungkinan keterampilan sosialnya terbatas.

Sementara itu, seorang anak bisa jadi pelaku bullying sebetulnya sama-sama punya kepercayaan diri rendah. Anak bisa dari keluarga yang permisif, neglect (cuek), atau otoriter.

ADVERTISEMENT

"Dia merasa dirinya enggak dihargai dalam keluarga sehingga berusaha mendapat pengakuan, penghargaan bahwa dirinya berharga, pantas jadi pusat perhatian tapi dengan cara negatif, dengan cara menindas," kata Monica.

Lantas, apa yang bisa dilakukan orang tua?

1. Menumbuhkan rasa keberhargaan diri anak

Ilustrasi anak sekolahIlustrasi. Untuk mencegah anak jadi korban dan pelaku bullying, orang tua perlu menumbuhkan keberhargaan diri anak. (Istockphoto/ Fizkes)

Bagaimana agar anak tidak jadi korban dan pelaku bullying? Monica menyarankan agar orang tua mencintai anak apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka.

Umumnya orang tua banyak mengoreksi anak sehingga secara tidak langsung anak harus sempurna. Padahal tidak selalu demikian.

"Orang tua perlu melihat hal positif, membahas hal menyenangkan dari anak, misal, hari ini main apa, apa yang bikin senang. Bukan [melulu soal akademis misal] hari ini nilainya gimana," jelasnya.

2. Berikan afeksi

Monica mengingatkan agar senantiasa memberikan afeksi buat anak. Orang tua bisa memeluk anak, menemani bermain, atau menemani screen time dengan duduk di samping anak.

Di sini orang tua bisa menunjukkan ketertarikan pada aktivitas anak. Anak menonton video, misal, orang tua bisa bertanya apa yang sedang ditonton, apa yang menurut dia menarik.

3. Menunjukkan empati

Orang tua disarankan untuk menunjukkan empati pada anak. Monica memberikan contoh saat anak curhat, orang tua sebaiknya jadi pendengar bukan menghujani anak dengan nasihat.

4. Tumbuhkan rasa percaya diri

Ilustrasi anak sekolahIlustrasi. Untuk mencegah anak jadi korban dan pelaku bullying, orang tua perlu menumbuhkan rasa percaya diri anak.  (Istockphoto/ Monkeybusinessimages)

Kalau anak merasa dirinya berharga, umumnya rasa percaya diri meningkat. Orang tua memfasilitasi anak untuk eksplorasi dan stimulasi.

Anak kerap membandingkan diri dengan anak lain karena, misal, nilai anak lebih jelek dibanding anak lain. Anak lain olahraganya lebih bagus.

"Orang tua boleh memfasilitasi supaya percaya dirinya tumbuh. Cari tau kesukaan anak, nilai anak jelek coba [katakan], 'Les yuk', 'Mau enggak belajar lagi'," kata Monica.

5. Perbaiki manajemen konflik di rumah

Psikolog klinis anak dan remaja Nisfie Hoesein berkata bullying bisa dicegah. Orang tua bisa mengedukasi anak bagaimana cara manajemen atau menangani konflik dengan sehat.

"Menghadapi konflik tanpa kata kasar, marah-marah. Kalau di rumah orang tua berkata kasar, marah, mengumpat, secara tidak langsung orang tua mengajarkan bullying," kata Nisfie dalam wawancara terpisah.



(els/pua)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat