yoldash.net

Pengusaha Klaim Kinerja Industri Tekstil Terburuk 9 Tahun Terakhir

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyebut industri tekstil lokal pada 2023-2034 dalam kondisi terburuk sejak sembilan tahun terakhir.
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyebut industri tekstil lokal pada 2023-2034 dalam kondisi terburuk sejak sembilan tahun terakhir. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).

Jakarta, Indonesia --

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyebut industri tekstil lokal pada 2023-2034 dalam kondisi terburuk sejak sembilan tahun terakhir.

"Banyak faktor yang mempengaruhi, baik faktor pasar, teknologi, regulasi, dan lainnya," ujar Kompartemen Sumber Daya Manusia API Harrison Silaen di Solo, Jawa Tengah, seperti dikutip Antara pada Selasa (25/6).

Ia menilai pemerintah perlu memiliki arah jelas untuk menangani masalah industri tekstil jika menganggap industri itu penting. Menurut Harrison, pengusaha lokal kesulitan bersaing dengan masifnya produk impor tekstil yang diizinkan masuk.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mari kita semua, termasuk lembaga bersama-sama menjaganya. Kami sadar sekitar 20 kementerian dan lembaga yang berkaitan dengan industri tekstil, semua memiliki kepentingan masing-masing," katanya.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, API juga berjuang untuk berkomunikasi dengan pihak lain dan memperbaiki kinerja di sektor industri.

Pada kesempatan sama, Wakil Ketua API Jawa Tengah Liliek Setiawan mengatakan kondisi geopolitik terutama krisis di Eropa yang dipicu oleh perang Ukraina dan Rusia menjadi salah satu penyebab lesunya pasar di kawasan tersebut.

"Ini jadi gejolak dalam ekonomi, gejolak yang negatif. Ini diperparah dengan lesunya market akibat pergeseran prioritas untuk spending money (membelanjakan uang)," katanya.

Terlebih, Indonesia bukan satu-satunya negara produsen atau pengekspor tekstil.

Liliek menilai industri tekstil dalam negeri tengah menghadapi predatory pricing atau strategi ilegal menjual barang di bawah harga untuk merebut pangsa pasar.

"Jadi tantangan tidak hanya datang dari faktor eksternal, namun juga dari dalam negeri, termasuk masalah regulasi. Kondisi saat ini disebut sebagai kondisi terburuk sejak sembilan tahun terakhir untuk dunia tekstil," katanya.

Bahkan, menurut dia jika dibiarkan maka predatory pricing ini tidak hanya berdampak pada perusahaan besar tetapi juga akan mematikan UMKM.

"Kalau UMKM berdampak artinya dampaknya sudah masif. Apalagi pelaku ekonomi kita 95 persen di UMKM," terangnya.

[Gambas:Video CNN]



(sfr/agt)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat