yoldash.net

Bos BI Tak Mau Buru-buru Kerek Suku Bunga Meski Rupiah Tembus Rp16.400

Gubernur BI Perry Warjiyo melihat tak ada kebutuhan mendesak untuk menaikkan suku bunga acuan demi intervensi pelemahan nilai tukar rupiah.
Gubernur BI Perry Warjiyo melihat tak ada kebutuhan mendesak untuk menaikkan suku bunga acuan demi intervensi pelemahan nilai tukar rupiah. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).

Jakarta, Indonesia --

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo melihat tak ada kebutuhan mendesak untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate untuk intervensi pelemahan nilai tukar rupiah. Pasalnya, inflasi Indonesia masih terbilang rendah.

Dalam rapat dewan gubernur (RDG) BI yang berlangsung 19-20 Juni 2024, BI memutuskan kembali menahan suku bunga acuan pada level 6,25 persen.

"Pada saat ini belum perlu menaikkan BI Rate, cukup intervensi sama SRBI (Sekuritas Rupiah BI) karena inflasi rendah hanya 2,8 persen dan akhir tahun ini juga rendah. Supaya juga tidak menyebabkan dampak negatif ke pertumbuhan ekonomi," ujar Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI di Jakarta, Senin (24/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia memaparkan hampir semua mata uang negara melemah. Ia optimistis tren nilai tukar saat ini hanya sentimen jangka pendek dan akan kembali ke fundamental dan menguat di bawah Rp16 ribu.

ADVERTISEMENT

Perry mengatakan pihaknya berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan tiga instrumen, yakni intervensi di pasar valas, mengoptimalkan instrumen SRBI dan kenaikan suku bunga jika diperlukan.

Pernyataan tersebut memperkuat sikap BI yang mempertahankan kenaikan suku bunga sebagai pilihan terakhir untuk mendukung rupiah, terutama karena inflasi tetap berada di dalam target 1,5 persen-3,5 persen dan perekonomian diperkirakan akan tumbuh 4,7 persen-5,5 persen tahun ini.

Angka ini masih jauh dari target presiden terpilih Prabowo Subianto untuk meningkatkan ekspansi ekonomi hingga 8 persen selama masa jabatannya.

Dalam laporan investasi kuartal ketiga 2024 dalam DBS CIO Insights 3Q25, Chief Investment Officer DBS Bank Hou Wey Fook memaparkan kekuatan mata uang dolar AS akan berkurang seiring perekonomian AS yang kurang baik.

Selain itu, pelemahan dolar AS juga sejalan dengan wacana penurunan suku bunga The Fed, dan risiko dari pemilihan umum Negeri Paman Sam yang akan datang.

"DBS Group Research mempertahankan pandangan bahwa pelonggaran kebijakan (The Fed) akan segera dilakukan, dengan harga Fed Funds berjangka pada pemangkasan pertama di bulan November hingga Desember," ujar Fook.

Rupiah diperdagangkan mendekati level terendah dalam empat tahun terakhir di tengah tingginya permintaan dolar AS dan kekhawatiran investor akan kebijakan-kebijakan fiskal pemerintah yang akan datang.

Adapun nilai tukar rupiah ditutup di level Rp16.394 per dolar AS pada Senin (24/6) sore. Mata uang Garuda menguat 56 poin atau 0,34 persen dari perdagangan sebelumnya.

[Gambas:Video CNN]



(del/sfr)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat