Maskapai Keberatan soal Wacana Iuran Pariwisata via Tiket Pesawat
Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) menanggapi wacana iuran dana pariwisata via tiket pesawat.
Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja mengatakan wacana itu bisa membebani penumpang karena tiket akan semakin mahal.
"Maskapai juga akan terkena dampak karena jumlah penumpang akan berkurang jika harga tiket dianggap mahal," kata Denon seperti dikutip Antara, Rabu (25/4).
Menurut Denon, iuran pariwisata tidak pantas ditambahkan dalam komponen harga tiket pesawat. Pasalnya tidak semua penumpang pesawat tujuannya untuk pariwisata.
Ada juga yang memiliki keperluan bisnis, dinas pekerjaan, maupun urusan keluarga dan pribadi.
Belum lagi saat ini, sambungnya, maskapai sedang mengalami masalah kurangnya ketersediaan pesawat, suku cadang, dan sumber daya manusia.
Biaya operasional pun sekarang katanya meningkat di tengah pelemahan rupiah karena harga avtur, biaya sewa pesawat, biaya perawatan dan pengadaan suku cadang menggunakan transaksi dengan dolar AS.
Sementara itu, tarif batas atas tiket pesawat belum disesuaikan pemerintah sejak 2019, padahal komponen penerbangan sudah meningkat. Misalnya nilai tukar rupiah pada 2019 hanya Rp14.102 per dolar AS, namun kini sudah tembus Rp16.182 per dolar AS.
Harga minyak dunia, sambungya, juga naik dari US$67 per barel pada 2019 menjadi US$87,48 per barel sekarang.
"Dengan demikian pengenaan iuran pariwisata pada tiket pesawat akan menjadi kontraproduktif, karena dapat menyebabkan harga tiket naik, jumlah penumpang turun, dan kondisi bisnis maskapai penerbangan juga turun sehingga program perluasan konektivitas transportasi udara dari pemerintah menjadi tidak tercapai," kata Denon.
Sebelumnya, beredar undangan Rapat Koordinasi Pembahasan Rancangan Peraturan Presiden Dana Pariwisata Berkelanjutan. Ini dikeluarkan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi yang diterbitkan pada 20 April lalu.
Undangan tersebut diunggah oleh Anggota Dewan Pakar INACA Alvin Lie dalam akun Twitter @alvinlie21 pada Minggu (21/4).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno kemudian buka suara soal rapat itu.
"Memang ada rapat koordinasi pembahasan untuk rencana dana pariwisata berkelanjutan," ungkap Sandi dalam The Weekly Brief with Sandi Uno di Kemenparekraf, Jakarta Pusat, Senin (22/4).
Akan tetapi, Sandi menegaskan belum ada keputusan apapun terkait pungutan anyar tersebut. Ia berjanji, setidaknya hingga saat ini, belum ada beban tambahan dalam tiket pesawat.
Namun, rapat yang sedianya digelar pada Rabu kemarin itu ditunda hingga waktu yang tidak ditentukan.
Terkini Lainnya
-
PBNU soal Bahlil Mau Beri Izin Tambang: Pak Jokowi Sudah Janjikan
-
Jokowi Ajak Menteri dan Relawan Nobar Timnas U-23 di Istana
-
Nisa Ratu Narkoba Aceh Dituntut Vonis Mati
-
PM Singapura 'Pamit' ke Jokowi Sebelum Sama-Sama Lengser dari Jabatan
-
VIDEO: Detik-detik Bentrok Pendukung Palestina dan Israel di UCLA
-
Uzbekistan, Tanah Kelahiran Ulama Masyhur Imam Bukhari
-
Daftar 23 Pengusaha Penyumbang Bonus Rp23 M Buat Timnas U-23
-
BI Pamer Rupiah Masih Lebih Unggul Dibanding Lira hingga Yen
-
Bahlil Blak-blakan Alasan Investasi Foxconn di RI Ngaret
-
Keluarga Marselino dan Ridho Hadir dalam Nobar di Balai Kota Surabaya
-
Momen Lucu Valentino Rossi Diabaikan Bagnaia yang Juara MotoGP Spanyol
-
Eks Menpora Malaysia Minta FAM Tiru Strategi Indonesia
-
BSSN Ungkap Modus Bobol Rekening Lewat WhatsApp, Cek Cara Cegahnya
-
Samsung Targetkan Rilis Dialek Lokal Indonesia di Galaxy AI Tahun ini
-
Badan Geologi Bongkar Penyebab Gempa Garut M6,2
-
Pakar Jelaskan Sulitnya Kemudikan Moge Harley-Davidson
-
Spesifikasi Harley Dipakai Suami Istri Tewas Kecelakaan di Probolinggo
-
Minta Pertamax Diisi Pertalite, Pemilik LCGC Ngamuk di SPBU
-
Sinopsis Cell, Bioskop Trans TV 29 April 2024
-
Tiket 3 Kota Ludes, Tur Sheila on 7 Tunggu Aku Di Tersisa 2 Kota
-
ZEROBASEONE Gelar Konser Tunggal Perdana di Indonesia 26 Oktober
-
Catat, 7 Kebiasaan yang Dapat Mengecilkan Payudara
-
VIDEO: Rayakan Ultah Ke-70, Godzilla 'Mengamuk' di Gedung Tokyo
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso