yoldash.net

Starlink Banting Harga, Dugaan Predatory Pricing Mencuat

Dugaan predatory pricing mencuat ke permukaan setelah Starlink banting harga dari Rp7,8 juta menjadi Rp4,6 juta untuk perangkat kerasnya.
Ilustrasi. Dugaan predatory pricing mencuat ke permukaan setelah Starlink banting harga dari Rp7,8 juta menjadi Rp4,6 juta untuk perangkat kerasnya. (Foto: Tangkapan layar instagram @starlink_satellites)

Jakarta, Indonesia --

Beroperasinya Starlink di Indonesia memicu kontroversi. Terlebih, baru-baru ini layanan internet berbasis satelit milik Elon Musk itu banting harga perangkat kerasnya dari Rp7,8 juta menjadi Rp4,6 juta sebagai promo hingga 10 Juni.

Dugaan predatory pricing Starlink ini kemudian mencuat ke permukaan sampai akhirnya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) turun tangan dengan menggelar Forum Group Discussion, Rabu (29/5).

Forum tersebut melibatkan pihak-pihak terkait, mulai dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI), dan perwakilan Starlink Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Starlink diduga melancarkan strategy predatory pricing lantaran banting harga perangkat keras sampai 40 persen setelah resmi masuk pasar ritel Indonesia.

ADVERTISEMENT

Namun begitu, anggota KPPU Hilman Pujana mengatakan potensi dugaan predatory pricing perlu dibuktikan lebih lanjut. Menurutnya tidak bisa dikatakan predatory pricing hanya karena menjual produk lebih murah.

"Potensi adanya predatory pricing, dari sisi praktik di kompetisi tentunya predatory pricing ini butuh proses. Jadi, tidak hanya kita bicara orang jual lebih murah, bukan seperti itu konsepnya," kata Hilman, mengutip Detik, Kamis (30/5).

"Jadi, orang pelaku usaha yang melakukan predatory pricing ini ada beberapa persyaratan untuk bisa disebut sebagai aksi dari predatory pricing," lanjut dia.

Namun begitu, melalui kuasa hukumnya, Starlink Indonesia membantah melakukan predatory pricing.

Perusahaan beranggapan potongan harga perangkat keras dari Rp7,8 juta menjadi Rp4,6 juta itu berlaku sementara waktu.

"Sama sekali tidak ada predatory pricing. Promosi yang dilakukan Starlink hal wajar yang diperbolehkan oleh hukum," kata Senior Associate Soemaipradja & Taher, Krishna Vesa.

Starlink sebelumnya menjual perangkat kerasnya senilai Rp7.800.000, tapi mereka banting harga hingga Rp4.680.000 bagi pelanggan awal. Sementara itu, biaya bulanan berlangganan Starlink senilai Rp750.000 per bulan.

ASSI menyoroti harga layanan dan perangkat Starlink yang lebih murah dibandingkan pemain satelit lainnya. Mereka menilai Starlink menawarkan harga yang tidak wajar.

"Harga Starlink lebih murah dibanding pemain lokal. Contoh harga lokal yang paling murah untuk VSAT yang unlimited itu Rp3,5 juta, sedangkan harga Starlink itu Rp750.000. Bisa dihitung berapa kali perbedaan harganya," kata Sekjen ASSI Sigit Jatiputro.

"Kemudian, harga perangkat yang paling murah di lokal itu Rp9,1 jutaan dan Starlink untuk harga promo itu Rp4,6 jutaan," lanjut dia.

(tim/dmi)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat