yoldash.net

Pakar Bongkar Ancaman 'Kiamat' dari Asteroid di Balik Matahari

Beberapa asteroid besar bersembunyi di balik Matahari dan bisa menjadi ancaman serius bagi Bumi.
Ilustrasi. Pakar mengungkap sejumlah asteroid besar bersembunyi di balik Matahari dan bisa menjadi ancaman serius bagi kehidupan di Bumi. (Foto: iStockphoto)

Jakarta, Indonesia --

Pakar mengungkap sejumlah asteroid besar bersembunyi di balik Matahari dan bisa menjadi ancaman serius bagi kehidupan di Bumi.

Setiap saat, Matahari menyembunyikan asteroid yang tak terhitung jumlahnya dari pandangan. Termasuk asteroid Apollo, serta asteroid Atens yang mengorbit hampir seluruhnya di bagian dalam Bumi.

"Asteroid Atens adalah yang paling berbahaya karena mereka melintasi orbit Bumi pada titik terjauhnya. Anda tidak akan pernah melihatnya datang, sampai batas tertentu, karena mereka tidak pernah berada di kegelapan langit malam." ujar Scott Sheppard, ilmuwan di Carnegie Institution for Science, mengutip LiveScience.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagian besar batuan luar angkasa yang tersembunyi ini kemungkinan besar cukup kecil untuk terbakar seluruhnya di atmosfer Bumi jika bersentuhan.

Diperkirakan masih banyak asteroid yang belum ditemukan yang berdiameter lebih dari 140 meter yang berpotensi destruktif dan bisa menghancurkan sebuah kota.

ADVERTISEMENT

"Kami pikir kami telah menemukan sekitar 40 persen dari asteroid tersebut di lingkungan 140 meter," kata Amy Mainzer, profesor ilmu planet di Universitas Arizona dan peneliti utama dua misi perburuan asteroid NASA.

Menurut perkiraan lembaga antariksa Amerika Serikat itu, tersisa sekitar 14.000 asteroid yang bisa ditemukan. Namun, kemungkinan juga ada objek yang jauh lebih besar di balik sang Surya.

Sheppard mengatakan, meskipun sangat langka, sejumlah asteroid raksasa yang berukuran diameter lebih dari 1 km mungkin bersembunyi di bawah sinar Matahari.

Pada 2022, Sheppard dan rekan-rekannya menemukan satu asteroid super besar yang tertutup Matahari. Temuan ini mereka ungkapkan dalam sebuah makalah di The Astronomical Journal.

Para peneliti mulanya sedang berburu asteroid di dekat planet Venus ketika tidak sengaja menemukan 2022 AP7, sebuah asteroid raksasa selebar 1,5 km dengan orbit lima tahunan. Hal ini membuat batu angkasa raksasa itu hampir tidak terlihat oleh teleskop.

"Saat berada di langit malam, ia berada pada titik terjauh dari matahari, dan sangat redup. Satu-satunya saat cuaca agak terang adalah saat berada di dalam Bumi, dekat Matahari," kata Sheppard.

Saat ini, AP7 2022 melintasi orbit Bumi hanya ketika planet kita dan asteroid berada di sisi berlawanan dari Matahari, sehingga tidak berbahaya. Namun, kesenjangan tersebut perlahan-lahan akan menyempit selama ribuan tahun, sehingga membuka peluang tabrakan yang bisa menyebabkan bencana di Bumi.

"Melalui survei kami hingga saat ini, kami menemukan bahwa pasti ada beberapa asteroid Atens berukuran beberapa kilometer lagi yang dapat ditemukan," tambah Sheppard.

Teka-teki

Meneliti asteroid di dekat Matahari merupakan tantangan tersendiri bagi para astronom. Sebagian besar teleskop ruang angkasa mengarahkan pandangannya ke sisi malam planet ini, untuk menghindari silau Matahari dan kerusakan akibat radiasi.

Sementara itu, teleskop yang berbasis di Bumi menghadapi kendala yang lebih besar lagi.

"Bukan hanya silau Matahari yang menjadi masalah namun pemilihan waktu juga merupakan masalah besar," kata Sheppard.

Setelah Matahari mencapai posisi sekilas ini, teleskop darat memiliki waktu kurang dari 30 menit untuk mengamati area dekat tepi Matahari sebelum tenggelam di bawah cakrawala dan menghilang sepenuhnya dari pandangan.

Dalam periode singkat ini, teleskop berbasis di Bumi memiliki tantangan lainnya, untuk melihat langsung ke dalam atmosfer Bumi. Pasalnya, gas-gas di atmosfer juga menyerap banyak panjang gelombang cahaya inframerah.

"Itulah mengapa Anda perlu pergi ke luar angkasa," kata Luca Conversi, manajer Pusat Koordinasi Objek Dekat Bumi (NEO) ESA.

Sementara itu, teleskop luar angkasa bebas dari pengaruh distorsi atmosfer planet.

Ini memungkinkan mereka melakukan pencitraan inframerah, atau kemampuan untuk mendeteksi panas yang berasal dari objek luar angkasa, bukan hanya pantulan sinar Matahari yang membuat objek dapat dideteksi oleh teleskop cahaya tampak.

"Hanya sebagian kecil permukaan asteroid yang disinari Matahari, bahkan di luar angkasa. Jadi, alih-alih melihat sinar matahari yang dipantulkan dari permukaan, [teleskop inframerah] melihat emisi termal dari asteroid itu sendiri, sehingga kita dapat menemukannya." kata Conversi.

Pengalaman buruk masa lalu di halaman berikutnya...

Belajar dari Pengalaman

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat