yoldash.net

Cara Astronaut Sholat di Luar Angkasa, Banyak Pengecualian

Kondisi luar angkasa yang sama sekali berbeda dengan di Bumi memberi sejumlah perbedaan tata cara salat atau sholat. Simak rinciannya berikut.
Ilustrasi. Simak cara astronaut ibadah shalat di antariksa. (Kirill KUDRYAVTSEV / AFP)

Jakarta, Indonesia --

Para astronaut diperbolehkan tak kaku-kaku amat mengikuti sejumlah syarat sahnya salat atau shalat atau sholat seperti di permukaan Bumi lantaran kondisi ekstrem di luar angkasa.

Stasiun Antariksa Internasional (ISS), yang banyak dipakai sebagai base camp penelitian di luar angkasa, punya kecepatan mengorbit Bumi 26.600 km per jam. Walhasil, para penghuninya akan mengalami periode Matahari terbit dan tenggelam setiap 9 menit.

Itu belum masalah gravitasi yang amat rendah yang membuat badan melayang-layang dan tak bisa terus tegak menghadap satu titik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tuntunan salat di antariksa pun keluar dari para ulama usai beberapa astronaut muslim terbang ke ISS. Contohnya, Sultan Salman Al Saud dari Arab Saudi dan Sheikh Muszaphar Sukhor dari Malaysia.

ADVERTISEMENT

Keberangkatan Sukhor ke ISS pada 2006, misalnya, membuat Badan Antariksa Malaysia (ANGKASA) bekerja sama dengan Department of Islamic Development Malaysia (JAKIM) menggelar Seminar on Islam and Living in Space.

Hasilnya, para ulama menyatakan astronaut Muslim tetap bisa menjalankan ibadah meski membutuhkan beberapa penyesuaian, mengingat kondisinya tidak sama dengan di Bumi. Pedoman tersebut mengatur tata cara melakukan wudhu, tayamum, salat hingga berpuasa.

Pertama, bersuci. JAKIM mengungkap bersuci dari hadas kecil atau berwudu dilakukan dengan cara tayamum atau wudu kering. Hal senada dilakukan dalam hal bersuci dari hadas besar alias mandi besar.

"Hal ini (wudu) dapat dilakukan dengan memukulkan kedua telapak tangan pada permukaan yang bersih seperti dinding atau cermin ISS (meski tanpa debu)," kata JAKIM.

Kedua, masalah kiblat. Para ulama menyebut arah kiblat tak kaku-kaku amat saat di antariksa. Astronaut bisa memilih berdasarkan kondisi yang memungkinkan dengan prioritas menghadap berikut:

1. Ka'bah
2. Proyeksi Ka'bah
3. Bumi
4. kemana pun

Ketiga, waktu salat. JAKIM mengungkap waktu salat lima waktu ditentukan dalam durasi 24 jam, sama dengan satu hari di Bumi. Patokan waktunya berdasarkan zona waktu di lokasi peluncuran astronaut ke antariksa.

Dalam kasus Sukhor, dia memakai patokan jadwal shalat di lokasi pemberangkatannya di pelabuhan antariksa Baikonur, Kazakhstan.

Keempat, tata cara salat. Para ulama menjelaskan salat bisa menyesuaikan kondisi di ISS, bahkan termasuk sekedar membayangkan postur salat biasa.

"Postur fisik (seperti berdiri, rukuk dan sujud) sesuai dengan kondisi di ISS," kata JAKIM. Prioritasnya sebagai berikut:

1. Jika berdiri tegak tidak memungkinkan, postur berdiri dengan bentuk apa pun.
2. Rukuk dilakukan dengan mendekatkan dagu ke lutut atau tempat sujud.
3. Berbaring miring ke kanan dengan badan menghadap ke arah kiblat.
4. Berbaring telentang.
5. Menggunakan kelopak mata sebagai indikator perubahan postur dalam salat.
6. Membayangkan urutan salat.

Kelima, menggabung dan meringkas salat. Astronaut bisa melakukannya dengan cara dijamak dan qasar (diperpendek).

"Salat sehari-hari dapat dilakukan secara jamak (gabungan) dan qasar (disingkat), tanpa perlu qadha (mengganti) shalatnya," kata JAKIM.

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat