yoldash.net

Satelit India Aditya-L1 Bakal Mendarat di Matahari?

Satelit India Aditya-L1 punya misi mengawasi Matahari tanpa gangguan. Apakah dia akan mendarat di bintang Tata Surya ini?
Satelit Aditya-L1 akan melakukan studi dengan berfokus pada Matahari. (Tangkapan layar twitter @isro)

Jakarta, Indonesia --

Fenomena misi antariksa India kian mentereng buntut keberhasilan peluncuran misi Aditya-L1. Apakah satelit ini benar-benar akan mendarat di Matahari?

Sebelumnya, India sukses jadi negara pertama yang mendarat di kutub selatan Bulan lewat misi Chandryaan-3, mengalahkan misi Luna-25 milik Rusia yang jatuh tersungkur di Bulan.

Tak lama kemudian, Aditya-L1 sukses terbang ke luar angkasa pada Sabtu (2/9) siang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ISRO, lembaga antariksa India, menjelaskan Aditya-L1 adalah "satelit yang didedikasikan untuk studi komprehensif tentang Matahari."

ADVERTISEMENT

Wahana ini memiliki 7 muatan berbeda yang dikembangkan secara lokal; lima oleh ISRO dan dua oleh lembaga akademis India yang bekerja sama dengan ISRO.

Wahana ini punya sejumlah tujuan:

1. Diagnosis terhadap fenomena atmosfer Matahari berupa plasma coronal dan coronal loops (suhu, kecepatan, dan kepadatan).

2. Memahami proses yang memanaskan korona (lapisan terluar atmosfer) matahari.

3. Asal usul, perkembangan, dan dinamika lontaran massa koronal (CME).

4. Studi tentang pendorong prediksi cuaca luar angkasa.

5. Pengukuran medan magnet korona.

Titik L1

Nama misi ini terdiri dari dua makna. Aditya dalam bahasa Sansekerta berarti Matahari. Sementara, L1 mengacu pada Lagrange Point 1 pada sistem Matahari-Bumi.

Titik L1 adalah lokasi di luar angkasa dengan gaya gravitasi dua benda langit, seperti Matahari dan Bumi, berada dalam posisi seimbang. Hal ini memungkinkan suatu benda yang ditempatkan di sana tetap relatif stabil terhadap kedua benda langit tersebut.

ISRO menyatakan penempatannya yang strategis di titik L1 Lagrange juga memastikan Aditya-L1 terus memandang Matahari secara konstan dan tanpa gangguan.

Lokasi ini juga memungkinkan satelit mengakses radiasi Matahari dan badai magnet sebelum dipengaruhi oleh medan magnet dan atmosfer Bumi.

Selain itu, stabilitas gravitasi titik L1 meminimalkan kebutuhan upaya pemeliharaan orbital yang sering dilakukan, sehingga mengoptimalkan efisiensi operasional satelit.

Saat sudah mencapai titik L1, Aditya-L1 akan berada sekitar 1,5 juta km dari Bumi, mengarah ke Matahari, yaitu sekitar 1 persen jarak Bumi-Matahari.

"Matahari adalah bola gas raksasa dan Aditya-L1 akan mempelajari atmosfer luar Matahari," kata ISRO.

"Aditya-L1 tidak akan mendarat di Matahari atau mendekati Matahari lebih dekat," lanjut lembaga tersebut.

Rute perjalanan

Setelah peluncurannya, Aditya-L1 tetap mengorbit Bumi selama 16 hari, di mana ia menjalani 5 manuver untuk mendapatkan kecepatan yang diperlukan untuk perjalanannya.

Sejauh ini, Aditya-L1 sudah sukses melakukan sekali Earth-bound Maneuvre (EBN) is performed successfully from ISTRAC, Bengaluru. Orbit baru yang dicapai wahana ini adalah 245 km x 22.459 km.

"Manuver berikutnya (EBN#2) dijadwalkan pada 5 September 2023, sekitar 03.00 IST (04.30 WIB)," demikian keterangan ISRO di akun X-nya.

[Gambas:Twitter]

Saat sudah menyelesaikan deret manuver itu, Aditya-L1 menjalani manuver penyisipan Trans-Lagrangian1, menandai dimulainya lintasan 110 hari menuju tujuan di sekitar titik L1 Lagrange.

Sesampainya di titik L1, manuver lain mengikat Aditya-L1 ke orbit di sekitar L1, lokasi gravitasi seimbang antara Bumi dan Matahari.

"Satelit ini menghabiskan seluruh masa misinya dengan mengorbit di sekitar L1 dalam bentuk orbit tidak beraturan pada bidang yang kira-kira tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan Bumi dan Matahari," menurut ISRO.

(tim/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat