yoldash.net

Penipuan Online Dominasi Kasus Keamanan Siber, Cek Dugaan Pemicunya

Survei APJII mengungkap penipuan online mendominasi kasus keamanan siber. Simak sejumlah masalah kelakuan warga yang potensial memicunya.
Ilustrasi. Kasus siber kebanyakan berupa penipuan online. (iStock/fizkes)

Jakarta, Indonesia --

Penipuan online jadi insiden keamanan siber yang paling banyak dialami warga RI. Apa sebabnya?

Hal itu berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bertajuk 'Penetrasi dan Perilaku Internet 2023'.

Survei ini berdasarkan wawancara dengan bantuan kuesioner terhadap 8.510 responden dengan metode pengambilan sampel multi-stage random sampling. Margin of error-nya mencapai 1,14 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pertanyaan terkait 'Kasus Kerentanan Keamanan yang Dialami', survei itu mengungkap banyak yang mengaku menjadi korban penipuan online.

Rinciannya 10,3 persen responden mengalami penipuan online. Berikutnya, 9,28 persen kasus perangkat terkena virus; 7,96 persen kasus pencurian data pribadi atau phising.

ADVERTISEMENT

Selain itu, 5,55 persen responden mengakui tidak dapat mengakses akun di aplikasi-aplikasi tertentu akibat pencurian data pribadi.

Terlepas dari itu, pada tema 'Mengalami Kerugian Akibat Transaksi Internet', hanya 4,83 responden yang mengaku pernah mengalami kerugian akibat transaksi di Internet.

Sebanyak 95,17 persen lainnya mengaku tidak pernah mengalami kerugian.

Tak jaga

Soal penyebab masalah keamanan siber ini, survei APJII juga mengungkap sejumlah fakta unik. Dalam tema survei terkait 'Tindakan untuk Menjaga Keamanan Data', 34,4 persen responden mengaku tidak tahu dan tidak pernah menjaga keamanan data.

Sementara, yang lainnya tetap melakukan usaha menjaga datanya dengan berbagai cara. Yakni, waspada ketika menggunakan aplikasi yang meminta data pribadi (20,69 persen), menggunakan kombinasi password yang tak mudah ditebak (16,47 persen).

Selain itu, mengganti password berkala (13,85 persen), hanya menggunakan aplikasi yang terverifikasi (9,41 persen), dan memasang antivirus (4,87 persen). Tindakan lainnya di bawah 1 persen.

(can/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat