yoldash.net

Tren Baru Tutup Kritik ke Pejabat di Medsos, Mention CS Perusahaan

Modus kekinian untuk menutupi kritik ke pejabat terpantau di Twitter, bentuknya akun yang nge-tag CS perusahaan. Ulah buzzer?
Ilustrasi. Timeline medsos kini dipenuhi modus ngetag akun resmi perusahaan diduga demi menutupi kritik. (iStockphoto/grinvalds)

Jakarta, Indonesia --

Tren dugaan pembungkaman di media sosial terbaru ditemukan di kolom reply unggahan para pejabat. Bentuknya, deret akun yang me-mention akun Customer Service (CS) perusahaan dengan pertanyaan 'nanggung'.

Salah satu warganet yang sadar terhadap modus-modus terduga buzzer semacam itu ialah @mazzini_gsp. Ia menyadari komentar di unggahan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Panowo diramaikan dengan reply yang menandai CS.

"Kalau kalian heran kenapa isi komennya banyak orang tag akun bot provider cellular, itu mereka bukan gabut gaes. Begitu caranya sekarang, akun bot ngebuzz buat nutupin komen orisinil netizen, kalau dulu kerahin akun trooper buat balesin komentar kontra, sekarang gak lagi," kicaunya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[Gambas:Twitter]

Dalam unggahan Ganjar itu, tampak beberapa reply dari akun dengan pengikut (follower) sedikit menandai beberapa akun perusahaan publik dengan pengaduan yang 'tak jelas'.

ADVERTISEMENT

Di saat yang sama, banyak kritik netizen terkait pernyataan Ganjar yang menolak Timnas Israel yang memicu kegagalan RI menggelar Piala Dunia U-20 tenggelam di bagian bawah.

Akun @reno42177752811 cuma berujar, "Bagi kuota min @Telkomsel."

Akun @Telkomsel pun mau tak mau terus membalas dengan menyatakan, "Kuota gratis belum ada nih Kak Reno. Kakak bisa beli paket data dengan mudah di aplikasi MyTelkomsel. Banyak promo menarik ..."

[Gambas:Twitter]

Senada, akun @Irviansyahzidan mendandai akun @pln_123 sambil menyatakan, "min listrik rumah saya matiii tolong dihidupkannnn yaa," tanpa merinci lokasi dan data lainnya meski ditanya.

Akun PLN pun meminta maaf baru bisa merespons karena "masuk dalam antrian sehingga Mimin memiliki keterbatasan dalam menjawab. Untuk kondisi saat ini apakah masih padam?"

Warganet @HadyaMirjab me-mention akun @triindonesia hanya untuk sekadar mengatakan, "min sinyal jelek buat main game."

Saat akun provider Tri membalasnya dan menanyakan lebih lanjut lokasi, tak ada reply dari akun di atas.

Tidak hanya pada postingan Ganjar. Beberapa bulan lalu unggahan Twitter di akun Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun diwarnai hal serupa ketika memberikan klarifikasi perseteruan dengan guru SMK terkait kata 'maneh'.

Pertanyaan atau sekadar pernyataan tak substantif dan tak detil yang me-mention, di antaranya, akun @BPJSKesehatanRI, @TelkomCare, @BNI, @myorbitid, memenuhi deret komen bagian atas.

Yang mengkritik tajam RK terkait intervensi dalam pemecatan sang guru pun banyak yang mesti digali hingga bawah.

Pakar media sosial dari Drone Emprit Ismail Fahmi menjelaskan hal itu merupakan tren terbaru dari buzzer. Hal itu dilakukan jika postingan salah satu sosok di media sosial berpotensi mengundang komentar negatif warganet.

"Itu kebisaan baru ya sebelumnya tren ini belum ada. Intinya ada di kalangan buzzer itu ketika ada satu postingan yang dianggap negatif buat mereka biasanya dibombardir dengan komen-komen yang bisa menutup komen yang lain," ujar Ismail kepada Indonesia.com lewat sambungan telepon, Senin (4/4).

Ia menilai CS dari operator maupun layanan publik lainnya secara otomatis merespons kicauan tersebut. Karena dianggap sebagai bentuk layanan kepada konsumen.

Meski demikian cara tersebut tak bisa berlangsung lama. Sebab, kata Ismail, komentar yang natural dari warganet lain yang akan bertengger di posisi paling atas dslam sebuah cuitan.

"Untuk awal-awal ini efektif sehingga berada di yang paling atas. Tapi kan hanya sebentar ketika publik pada kesel dan memberikan komentar. Itu hanya menunda saja sebenarnya," tuturnya.

[Gambas:Video CNN]

(can/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat