yoldash.net

2 Hoaks dalam Viral Fenomena Solstis: Bencana dan Jadwal

Fenomena solstis atau titik balik Matahari, yang tak berkaitan dengan gempa hingga tsunami, bakal terjadi sebentar lagi. Simak jadwalnya.
Solstis di berbagai negara malah dirayakan dengan suka cita. (Foto: AP/Markus Schreiber)

Jakarta, Indonesia --

Titik balik Matahari atau solstis (solstice) bakal terjadi pada Kamis (22/12). Pakar mengungkap ini tak berkaitan dengan bencana alam atau pun risiko keluar rumah malam.

Fenomena yang terjadi tiap tahun ini membuat gempar karena sebuah video viral di TikTok yang mengimbau masyarakat untuk tak keluar malam pada saat solstis.

"Tidak boleh keluar malam tanggal 21 Desember 2022," tulis akun @hendrikecee di TikTok. Video itu sama sekali tak memberi penjelasan apa pun selain tulisan tadi dan tangkapan layar judul media yang terpotong.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah akun Twitter ber-follower puluhan ribu, yang beberapa kali bicara yang tak sesuai fakta sains, pun mengamplifikasi hoaks ini dengan mengklaim kaitan solstis dengan bencana alam seperti erupsi, gempa bumi, hingga tsunami.

ADVERTISEMENT

Namun, unggahannya sudah dihapus sejak kemarin.

Masalahnya, netizen, terutama kaum orang tua atau yang tak mengecek isi berita, kadung ramai mempercayainya.

Bantahan pakar

Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Nasional (OORPA/LAPAN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan unggahan-unggahan hoaks soal solstis itu banyak mengandung kesalahan.

"Dampak solstis yang dirasakan oleh manusia tentu tidak seekstrem yang dinarasikan seperti pada imbauan yang disinformatif dan menyesatkan," cetus lembaga tersebut, dikutip dari akun Instagram-nya.

Pertama, fenomena solstis di Indonesia terjadi pada 22 Desember, bukan 21 Desember.

ORPA/BRIN mengungkap solstis berasal dari bahasa latin: solstitium, yang terdiri dari dua kata yakni sol (Matahari) dan stitium yang berarti tempat berhenti, singgah, atau balik.

Alhasil, solstis berarti "peristiwa ketika Matahari berada paling utara maupun selatan ketika mengalami gerak semu tahunannya, relatif terhadap sumbu ekuator langit (perpanjangan/proyeksi khatulistiwa Bumi pada bola langit)."

[Gambas:Instagram]

Solstis terjadi dua kali setahun, yakni Juni dan Desember. Fenomena ini disebabkan oleh sumbu rotasi Bumi yang miring 23,44 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika (sumbu kutub utara-selatan ekliptika).

Saat Bumi berotasi juga sekaligus mengorbit Matahari, sehingga terkadang kutub utara dan belahan Bumi selatan menjauhi Matahari. Inilah kondisi solstis Juni.

Sebaliknya, fenomena solstis Desember terjadi saat Kutub Selatan dan belahan Bumi selatan condong ke Matahari, sementara Kutub Utara dan belahan Bumi utara menjauhi Matahari.

ORPA/LAPAN mengatakan fenomena Solstis Desember 2022 terjadi pada Kamis (22/12) pukul 04.49.14 WIB/05.49.14 WITA/06/49.14 WIT).

Kedua, tak berkaitan dengan bencana.

Lembaga riset ini menyatakan solstis memang berdampak terhadap sejumlah hal, yakni berupa gerak semu harian Matahari ketika terbit, berkulminasi, dan terbenam; intensitas radiasi Matahari yang diterima permukaan Bumi; durasi siang dan malam; serta pergantian musim.

ORPA juga menegaskan solstis tak terkait dengan bencana alam, mulai dari gempa hingga banjir rob.

"Sekalipun di hari terjadi solstis ini terjadi letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, maupun banjir rob, fenomena-fenomena tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan solstis," papar keterangannya.

Apa alasannya? Solstis merupakan urusan Matahari. Sementara, bencana gempa hingga gunung adalah masalah aktivitas geologis.

"Karena solstis merupakan fenomena murni astronomis yang juga dapat memengaruhi iklim dan musim di Bumi. Sedangkan fenomena-fenomena tersebut (erupsi, gempa, tsunami, banjir rob) disebabkan masing-masing dari aktivitas vulkanologis, seismik, oseanik, dan hidrometeorologi," papar ORPA/BRIN.

(tim/arh)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat