Indonesia Diprediksi Banjir Lansia di 2035, Apa yang Harus Disiapkan?
![Indonesia Diprediksi Banjir Lansia di 2035, Apa yang Harus Disiapkan? Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) menyebut Indonesia diprediksi akan mengalami banjir lansia pada rentang waktu 2035-2040.](https://akcdn.detik.net.id/visual/2023/04/11/ilustrasi-mendengarkan-musik-1_169.jpeg?w=650&q=90)
Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) menyebut Indonesia diprediksi akan mengalami banjir lansia pada rentang waktu 2035-2040.
Peneliti Pusat Riset Kependudukan BRIN Resti Pujihasvuty mengatakan, jumlah lansia di lima tahun tersebut akan mengalami peningkatan sekitar 17 hingga 20 persen dari komposisi demografi penduduk.
Lantas, apa yang harus disiapkan dalam menghadapi bonus demografi kedua ini?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Resti mengatakan, pada 2035 jumlah lansia diprediksi mendekati dua kali lipat dari 2020 yang jumlahnya 26 juta jiwa, sehingga pada 2035-2040 jumlahnya menjadi 48 juta jiwa.
"Dengan prediksi proporsi lansia yang semakin meningkat, kita punya tugas untuk memastikan kita di masa yang akan datang sebagai lansia nantinya tetap dapat produktif dan berkontribusi pada perekonomian negara," kata Resti dalam webinar bertajuk "Lansia-Ku di Era Ageing Population" yang diselenggarakan oleh BRIN di Jakarta pada Rabu (19/6) melansir Antara.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, berdasarkan riset dari Universitas Respati Indonesia (URINDO), permasalahan muncul saat lansia menghabiskan masa tua dalam kondisi sakit baik fisik atau jiwa.
Riset menyebut dengan kondisi lansia yang sakit, total peluang ekonomi keluarga yang hilang setiap bulan sedikitnya Rp1 triliun.
Resti menjelaskan riset itu mengasumsikan seorang lansia dengan kondisi yang sehat dan tetap produktif sedikitnya dapat memiliki penghasilan sekitar Rp1 juta setiap bulan.
Sementara di lain sisi, anggota keluarga yang mengasuh lansia dalam kondisi sakit diasumsikan kehilangan sedikitnya Rp4 juta setiap bulan.
Peran keluarga dan teman sebaya
Interaksi positif dengan keluarga dan komunitas teman sebaya disebut berperan penting dalam mempersiapkan lansia yang lebih produktif.
Resti menuturkan, saat ini BRIN tengah menggiatkan edukasi dan literasi tentang cara menjaga kesejahteraan fisik dan jiwa ketika memasuki usia senja.
Salah satunya, dengan memastikan lansia tidak mengalami kondisi kesepian karena bisa memberikan dampak negatif terhadap kesehatan lansia.
"Jadi memang kondisi kesepian memiliki aspek negatif terhadap kesehatan jiwa lansia, mulai dari menyebabkan depresi, percobaan bunuh diri, tekanan psikologis tinggi, kecemasan, hingga skizofrenia," jelas Resti.
Berdasar Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes pada 2018, prevalensi lansia ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) ringan sebesar 12,8 persen, sementara prevalensi lansia alami depresi sebesar 7,7 persen.
Selain itu, kata dia, kondisi kesepian dapat menyebabkan lansia mengalami masalah kesehatan fisik, seperti serangan jantung, stroke, kanker, diabetes, alzheimer, hingga dalam kondisi yang serius adalah kematian dini pada lansia.
Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya keluarga menjaga dan memelihara hubungan serta interaksi sosial yang positif dengan lansia.
Ia juga menilai penting agar lansia memiliki komunitas sebaya untuk menjaga keterhubungan lansia dengan dirinya sendiri dan lingkungan.
(pua/pua)[Gambas:Video CNN]
Terkini Lainnya
Peran keluarga dan teman sebaya
Awas, 6 Kelompok Orang Ini Tidak Boleh Makan Daging Kambing
Hari Yoga Internasional, Pahami Manfaatnya untuk Fisik dan Mental
5 Alasan Kamu Sering Merasa Lapar Meski Sudah Makan
Viral Gejala Ensefalitis Dikira Gangguan Mental, Ini Kata Dokter
Arkeolog Minim, BRIN Khawatir Peninggalan Kuno RI Hilang
BRIN: Sungai Citarum Terkontaminasi Bahan Aktif Obat Paracetamol
Dalai Lama Buka Suara soal Rumor Kesehatan Memburuk di Usia 89 Tahun
Dirjen Aptika Mundur imbas PDNS Hingga Lukisan Gua Tertua Dunia